Mohon tunggu...
Nafa Zahra Saphira
Nafa Zahra Saphira Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Penulis amatir yang sedang berusaha keluar dari zona nyaman. Gemar baca buku, terutama novel fiksi dan komik jejepangan. Sedikit banyak tahu tentang Kpop. Belakangan ini senang menulis daily jurnal. Memiliki keyakinan bahwa setiap karya pasti akan memilki pembacanya masing-masing.

Selanjutnya

Tutup

Roman Artikel Utama

Cerpen: Sudah Bukan Rahasia Bahwa Aku Suka

12 Oktober 2023   20:51 Diperbarui: 24 Oktober 2023   21:03 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apel penutupan berlangsung khidmat. Diakhiri dengan pesan singkat dari Pembina supaya pulang ke rumah dengan hati-hati dan sampai jumpa kembali pada Diklat minggu depan.

Seusai briefing singkat, sebagian pengurus pergi ke masjid untuk menunaikan ibadah Ashar. Ada yang ke toilet, ada pula yang duduk-duduk sambil berbincang di depan masjid. Ruang sanggar sepi, menyisakan aku sedang teratur melepas atribut Pramuka yang kukenakan. 

Tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Aku menoleh sambil memasukkan dasi ke dalam tas. Ternyata Kak Adit. Ia masuk dengan langkah tenang dan berhenti di depan mejaku.

"Yang lain pada ke mana, Dek?" tanyanya melihatku sendirian di ruangan ini.

Mati-matian menekan rasa gugup, aku berhasil menjawab dengan suara tenang, "Beberapa ada yang salat dan ada yang di toilet, Kak."

Aku lanjut memasukkan peluit dan balok ke dalam tas, tapi justru kurasakan tatapan Kak Adit masih tertuju padaku. Jadi kuberanikan untuk membalas tatapannya. "Mmm, ada apa, Kak?"

"Ini, nanti ada briefing lagi bareng Dewan. Tolong suruh temanmu yang lain jangan pada pulang dulu, ya."

"Oke, Kak. Nanti kusampaikan."

Percakapan terhenti. Anehnya, Kak Adit masih berdiri di dekat mejaku. Seperti ada sesuatu yang ingin ia katakan lagi. Namun, ragu. Rasa gugupku entah kenapa perlahan menguar lenyap digantikan sensasi nyaman yang aman. Mungkin karena pembawaan Kak Adit yang begitu tenang, atau... karena aku akhirnya berani untuk mengobrol dengannya?

"Hari ini lancar, Dek?"

"Lancar, Kak. Tadi ada satu-dua yang molor dari jadwal, tapi selebihnya aman."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun