"Apa ini? Apa-apaan ini?! Siapa kau?!!",kata syahrir kepada segerombol pria bertopeng sembari berusaha melepaskan ikatan-ikatan disekujur tubuhnya.
Mayor Jendral Soedarsono dan 14 pimpinan sipil perlahan membuka topeng-topengnya.
"Aku? Kau tanya tentang identitasku? Sekarang, apakah kau sudah mengenaliku?", kata Mayor Jendral Soedarsono.
"So..Soe..Soed... Soedarsono?", kata Syahrir terbata-bata.
"Ya, aku. Soedarsono. Kami adalah kelompok oposisi Persatuan Perjuangan yang tidak puas atas diplomasi yang dilakukan oleh pemerintahan Kabinet Syahrir II dengan pemerintah Belanda", kata Soedarsono mewakili kelompoknya.
"Mengapa kau lakukan ini? Apa yang kau inginkan?",kata Syahrir.
"Kau mau tau alasannya? Karena hal itu sangat merugikan perjuangan Bangsa Indonesia. Kami menginginkan pengakuan kedaulatan penuh kemerdekaan, sedangkan kabinet yang berkuasa hanya menuntut pengakuan kedaulatan atas Jawa dan Madura", kata soedarsono.
Syahrir ditahan dan disekap di Paras. Mengetahui penculikan ini, Soekarno sangat marah.
"Segera perintahkan Polisi Surakarta untuk menangkap para pimpinan kelompokan tersebut!", kata Soekarno.
Akhirnya pada 1 Juli 1946, ke-14 pimpinan tersebut sukses ditangkap dan dijebloskan ke penjara Wirogunan. Namun, pada 2 Juli 1946, tentara Divisi 3 yang dipimpin Mayor Jendral Soedarsono menyerbu kembali penjara Wirogunan dan memerdekakan ke-14 pimpinan penculikan tersebut.
"Kenapa semua ini bisa terjadi? Kalian sangat ceroboh! Cepat segera perintahkan Letnan Kolonel Soeharto, pimpinan tentara di Surakarta, untuk menangkap Mayjen Soedarsono dan pimpinan penculikan tersebut!",kata Soekarno.