"Saya berani membuat penyataan, saya tidak akan mengikuti jejak tercela para PKI itu, dan saya ingin menjadi pemuda tangguh dalam memberantas para PKI!", kata Syahrir.
Setelah kejadian itu, Syahrir melanjutkan pendidikan ke Belanda di Fakultas Hukum, Universitas Amsterdam. Disana, Syahrir berusaha mendalami sosialisme. Secara sungguh-sungguh dia berkutat dengan teori-teori sosialisme.
Selain itu, Syahrir juga menceburkan diri dalam Perhimpunan Indonesia yang sedang dipimpin oleh Mohammad Hatta.Â
--Masa pendudukan Jepang--
"Ayo, kita susun strategi untuk perang kali ini", kata Soekarno.
"Baik bung, saya siap membokong kau dari mana pun", kata Hatta.
"Aku akan membangun jaringan gerakan bawah tanah anti-fasis. Jepang tak mungkin memenangkan perang, oleh karena itu kaum pergerakan mesti meyiapkan diri untuk merebut kemerdekaan disaat yang tepat", kata Syahrir.
Situasi berubah menjadi terang ketika Jepang semakin terdesak oleh pasukan sekutu.
"Bung, ada berita tentang perkembangan perang lingkungan kehidupan bahwa Jepang semakin terdesak oleh sekutu", kata Syahrir dengan sembunyi-sembunyi mendengarkan berita dari stasiun radio luar negeri.
"Baik, ayo kita matangkan persiapan untuk melawan Jepang", kata Hatta.
"Siap bung", kata Syahrir.