Mohon tunggu...
GEYA
GEYA Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Hope

Kumpulan sebuah karya yang dapat menghibur, menginspiratif dan bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Mawar Tak Lagi Merah

14 Januari 2025   14:00 Diperbarui: 14 Januari 2025   18:48 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

penulis : Nadya Saraswati (IG: nadya_saras)

Angin malam saat ini berhembus sangat kencang sampai-sampai bintang dan bulan tak menampakan diri di langit. Disaat semua orang berada dalam mimpinya ada seorang pria yang sedang terdiam sambil memainkan pemantik api. Ia selalu memikirkan cinta pertamanya yang kandas akibat kekuasaan.

***

Beberapa tahun yang lalu seorang gadis sedang berjalan disebuah pasar, membawa keranjang dengan memakai gaun panjang dan rambut yang terurai.

"hai, selamat pagi..." gadis itu menyapa semua penjual disana dan dari kejauhan seorang pria memperhatikannya.

"maaf bu, apakah anda mengenal gadis itu?" tanya pria tinggi nan tampan itu sambil menunjuk gadis cantik tersebut.

"tentu semua penjual disini tahu gadis cantik itu. Setiap minggu Ia selalu ke pasar dan membagikan bunga mawar yang indah dan harum dari kebunnya, kami menyebutnya gadis mawar" jawab penjual jeruk.

Mata pria itu masih tertuju pada gadis tersebut, sampai-sampai menghalangi pembeli lain yang ingin membeli buah.

"hei apakah kau ingin membeli buah, jika iya cepatlah kau menghalangi kami" saut seorang perempuan tua yang ingin membeli buah.

Pria itu pun membeli buah jeruk dan bergegas mengikuti gadis itu sampai rumahnya. Namun ketika ingin masuk ke dalam rumah, gadis itu tiba-tiba berhenti.

"sepertinya ada yang mengikuti ku" kata gadis itu dalam hatinya sambil melihat sekelilingnya, namun tidak ada siapa-siapa karena pria itu telah bersembunyi di balik pohon dan gadis mawar pun masuk kedalam rumah.

***

Setiap hari minggu pria tinggi nan tampan itu selalu mengunjungi pasar untuk melihat gadis mawar, namun pria itu tidak berani untuk menghampirinya karena malu. Tetapi sudah 1 bulan gadis tersebut tidak terlihat di pasar, pria tinggi itu pun sudah bertanya kepada semua penjual disana namun mereka pun tidak tahu keberadaan gadis mawar itu. Karena penasaran pria itu pergi kerumah gadis mawar dan sampainya disana rumah gadis mawar sangatlah sepi tetapi kebunnya masih terawat dengan baik. Dengan tekat yang tinggi pria itu mengetuk pintu rumah gadis mawar. Awalnya tidak ada yang menjawab namun karena pria itu mengetuknya sampai matahari terbenam akhirnya terdengar juga suara dari dalam.

"siapa kamu, ingin apa? Ayahku tidak ada dirumah Ia sudah pergi." Tutur seorang gadis dari dalam rumah.

"aku Satria, pemuda dari desa sebelah. Setiap minggu aku selalu melihatmu di pasar namun sudah beberapa minggu ini kau tidak terlihat, para pedagang di pasar juga mencarimu bahkan mereka mengkhawatirkanmu. Sebenarnya ada apa? Sebaiknya kau buka pintunya lalu ceritakan kepadaku, mungkin aku dapat membantumu." Kata pria itu yang bernama Satria.

Sudah panjang lebar Satria berbicara namun suara gadis itu tidak kembali terdengar.  Satria tidak pantang menyerah Ia terus berteriak bahkan sampai tengah malam dan akhirnya pintu pun terbuka sedikit, dengan wajah ketakutan gadis mawar itu menyuruh Satria cepat masuk, lalu Ia kembali mengunci pintu rumahnya kembali.

"namaku Bela" gadis itu memperkenalkan diri dan mulai bercerita tentang apa yang terjadi kepada keluarganya.

Ternyata ayahnya pergi ke Kota untuk menemui Pemimpin Kota Bare yang bernama Tuan Hiro, seluruh orang mengenalnya Ia adalah pemimpin yang serakah dan licik. Ternyata ayahnya dan Tuan Hiro merupakan adik kakak, dahulu mereka mendapatkan warisan dari kedua orang tuanya namun Hiro yang licik membuat ayah Bela terkena masalah dan akhirnya diusir bahkan warisannya dicabut. Ayah Bela berkelana sampai bertemu dengan orang tua Ibunya Bela, Ia bekerja diperkebunan mereka dan karena dilihat ayah seorang pria yang baik dan penuh tanggung jawab maka Ia di jodohkan oleh Ibu sampai akhirnya lahirlah Bela gadis yang cantik. Mereka selama ini hidup dengan bahagia sampai akhirnya 1 bulan kemarin beberapa suruhan Tuan Hiro datang dan mengacak-acakan rumah namun saat itu Bela tidak sedang dirumah. Maka dari itu ayah pergi menemui paman Hiro dan sampai saat ini ayah tidak kunjung pulang bahkan tidak memberikan kabar. Maka dari itu Bela tidak berani keluar jauh dari rumah, Ia keluar hanya untuk merawat kebun bunga mawarnya saja, sedangkan Ibu Bela sudah lama meninggal dunia.

Setelah mendengar semua ceritanya, Satria mengerti dengan kondisi Bela saat ini dan mulai membantunya. Mulai saat itu Bela dan Satria menjadi lebih dekat sebagai teman, bahkan rasa teman itu tumbuh menjadi cinta.

Suatu hari Satria pergi ke Kota menuju tempat Tuan Hiro untuk mengetahui keberadaan Ayahnya Bela. Ketika malam tiba Satria memantau kediaman Tuan Hiro dan ketika Ia berjalan di gang kecil tak sengaja Ia melihat pria tua yang sedang merintih kesakitan. Ketika menghampiri pria tua itu sungguh terkejutnya Satria karena pria yang Ia lihat adalah Ayahnya Bela, Satria mengenalinya karena banyak sekali foto Bela dan kedua orang tuanya di dinding rumahnya. Satria pun langsung menolongnya dan membawa Ayah Bela pulang kembali kerumah, namun ditengah perjalanan Ayah Bela menghebuskan nafasnya dan memberikan sepucuk surat untuk Bela kepada Satria.

Tapi tiba-tiba suara rombongan prajurit membuat Satria takut dan dengan tergesah Ia bersembunyi meninggalkan jasad Ayahnya Bela. Prajurit menemukan Ayahnya Bela dan membawanya pergi. Satria pun mengikuti mereka tapi dia terkejut karena seorang perempuan memegang pundaknya, ternyata Ia putri sulung Tuan Hiro yang bernama Aura. Aura jatuh hati kepada Satria saat pertama kali melihatnya, mereka saling berkenalan namun Satria bergegas pergi.

Aura terus mencari Satria bahkan Ia selalu mencari cara untuk bisa terus bersamanya, dengan kekuasaan yang dimilikinya Ia membuat Satria terpaksa untuk menikahi Aura. Beberapa minggu kemudian Satria dan Aura menikah sedangkan Bela yang berada di desa menunggu Satria yang tak kunjung menemuinya.

Bela merasa kesepian, setiap hari hanya ditemani bunga mawar merah dikebunnya, bahkan terkadang Ia juga membuat roti lalu Ia bagikan kepada orang-orang disekitarnya sampai-sampai roti yang dibuat Bela terdengar oleh Aura. Aura pun memerintahkan suruhanya untuk menemui Bela dan membawakan roti buatannya.

Sudah 3 bulan Bela membuatkan roti untuk Aura tanpa saling bertemu, sampai akhirnya Bela disuruh membuat seribu roti untuk pesta ulang tahunnya dan disaat itulah Bela ikut untuk mengantarkan roti ke kediaman Tuan Hiro.

"hei kamu tolong bawakan roti ini ke ruangan itu" kata salah satu dayang sambil menunjuk ruangan diujung.

Bela pun mengantarkan roti keruangan tersebut dan ketika Ia masuk tidak ada siapa-siapa disana namun ketika Ia berbalik badan tak sengaja menjatuhkan sebuah kotak yang membuat isinya berantakan, Bela pun segera membereskannya kembali namun seketika Ia terdiam karena melihat sebuah kertas dengan tulisan tangan ayahnya lalu Bela pun membacanya sampai air matanya jatuh. Namun karena ada suara langkah kaki yang mendekat, Ia pun membawa surat itu sambil mengusap air matanya dan segera meninggalkan ruangan. Ia berjalan dengan cepat sampai tak sengaja menabrak salah satu tamu undangan sampai gelas yang dipegang tamu itu terjatuh. Semua mata tertuju pada Bela lalu dengan cepat tangan Bela ditarik oleh salah satu dayang disana dan membawanya kebelakang.

"kamu kenapa?" tanya salah satu dayang.

Bela terus menangis tidak menjawab pertanyaan dayang itu dan setelah mendapatkan uang Ia pun bergegas pergi dengan cepat tanpa berbicara apapun.

Dari hari itulah kehidupan Bela sangat hancur, Bela yang ceria saat ini sering menyendiri dan selalu menangis tiap malam. Ia sedih karena tidak punya siapa-siapa lagi di dunia ini, semua yang dicintainya pergi tanpa memberikan penjelasan.

***

Dan waktu itu saat kericuhan terjadi Satria dan Bela sempat bertatap mata, Satria terus mencari Bela namun Bela sudah pergi dari kediaman Tuan Hiro. Satria sering mengunjungi rumah Bela secara diam-diam namun Ia tak berani untuk menemui Bela karena merasa bersalah, apa lagi ketika Bela tahu jika Ia sudah menikah.

Sampai akhirnya Aura menyadari bahwa sikap suaminya itu berubah dan Ia juga mengetahui jika suaminya sering berkunjung ke rumah Bela. Karena geram Aura meracuni kebun mawar Bela.

Karena ulah Aura mawar-mawar dikebun mati tidak tersisa, Bela sungguh terpuruk karena kebun bunga mawar ini adalah peninggalan orangtuanya dan mawar-mawar itu salah satu yang membuatnya kuat dan bahagia selama ini. Selain itu Bela sering kali dapat tekanan dan dibuat menderita oleh Aura secara terang-terang sampai Bela tak kuat dan pergi meninggalkan rumah.

Saat itu lah Bela tidak terlihat kembali bahkan kabarnya tak terdengar lagi. Satria pun sampai saat ini terpukul dan diam seperti tak bernyawa.

Kini bunga mawar sudah mati dan tak cerah berwarna merah seperti dulu lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun