Mohon tunggu...
Nadia Zahra Ramadhani Sufi
Nadia Zahra Ramadhani Sufi Mohon Tunggu... Lainnya - nadiazrs

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi UNJ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tantangan Ilmu Sosiologi untuk Beradaptasi dalam Cyber Society

28 Oktober 2022   21:51 Diperbarui: 28 Oktober 2022   22:47 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Iftitahul Laili Maghfiro memotret fenomena ini melalui kajiannya atas gaya hidup komunitas cosplayer dan para penggemarnya di Surabaya. Menurutnya, sebagian wibu memiliki kesulitan untuk membedakan realitas nyata dengan realitas maya. Beberapa di antara mereka bahkan memiliki pacar virtual, yaitu karakter anime idolanya. Mereka tidak lagi tertarik dengan kekasih riil yang bagi mereka tidak sempurna.[8]

Berbagai karakter realitas virtual yang berbeda dengan karakter realitas nyata ini mau tidak mau harus dihadapi oleh sosiologi dengan cara yang berbeda dengan saat sosiologi menghadapi realitas nyata. Untuk itulah kajian metateori menjadi penting.

Metateori mengkaji struktur dasar dalam teori sosiologi. Bagi Ritzer, metateori sosiologi harus berpusat pada analisis reflektif atas teori-teori yang sudah ada, bukan merumuskan aturan-aturan apriori untuk sebuah praktek teoretis[9]

Berbagai karakter realitas virtual yang berbeda dengan karakter realitas nyata ini mau tidak mau harus dihadapi oleh sosiologi dengan cara yang berbeda dengan saat sosiologi menghadapi realitas nyata. Untuk itulah kajian metateori menjadi penting.

Metateori mengkaji struktur dasar dalam teori sosiologi. Dari berbagai metateori yang berkembang dalam kajian sosiologi, metateori George Ritzer termasuk yang sangat luas dipakai untuk menjelaskan objek kajian sosiologi. 

Salah satunya adalah fakta sosial. Namun ternyata paradigma fakta sosial ketika dipakai untuk menjelaskan realitas virtual, perlu ada penyesuaian-penyesuaian tertentu, terutama berkaitan dengan aspek keterlibatan manusia dalam menentukan fakta sosial.

Konsep-konsep lama yang berkaitan dengan fakta sosial perlu ditata ulang untuk menyesuaikan dengan perkembangan baru cyber society. Salah satu contohnya adalah konsep sosiologi tentang struktur sosial.

Bagi Allison Cafanagh, konsep kelas dan ketidakadilan, misalnya, tak lagi dapat didefinisikan dalam kaitannya dengan struktur kekuasaan tradisional yang menempatkan kepemilikan kekuasaan, kekayaan dan prestige sebagai determinan dalam menentukan posisi seseorang dalam kelas-kelas sosial. 

Dalam era teknologi informasi, kelas mestinya memiliki definisi lain yang lebih berorientasi teknologi dan media. Kelas sosial dengan demikian memerlukan ukuran baru seperti inklusi/eksklusi dan akses terhadap new media.[10]

Inilah yang disebut virtual reality, sebuah realitas baru yang muncul pada era informasi. Tujuan utama virtual reality pada dasarnya untuk menciptakan ilusi keterlibatan dalam sebuah lingkungan yang dapat dirasakan sebagai tempat yang sebenarnya, dengan sejumlah interaktifitas yang cukup untuk melakukan tugas-tugas tertentu dengan cara yang efisien dan menyenangkan.[11]

Paradigma kedua adalah definisi sosial. Paradigma ini menekankan perspektif mikro dalam sosiologi. Dalam perspektif paradigma definisi sosial, objek kajian sosiologi adalah makna-makna subjektif individu ketika ia sedang berinteraksi dengan orang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun