"Ada sih. Tapi mungkin mereknya gak sebagus punyamu," jawab Hani.
"Ah, tidak masalah. Lagipula, sama-sama lipbalm kan?" ujar Friska.
Hani pun menyerahkan lipbalm itu. Kemudian, Friska mencobanya dan berkata, "Hei, apakah bibirku sekarang terlihat bagus? Bibirku terasa kering tadi. Ah, kenapa aku lupa membawa pelembap di cuaca yang panas ini? Padahal, itu sangat penting bagiku," omel Friska.
Di tengah omelannya, Hani tiba-tiba berkata, "Hani. Namaku Hani bukan hei!"
"Apa maksudmu? Oh, maaf aku terbiasa seperti itu."
Mereka pun tertawa bersama. Dari sinilah, kedekatan Friska dan Hani dimulai. Mereka mulai terbuka satu sama lain. Bahkan, Friska mengetahui bahwa Hani merupakan anak panti asuhan. Itulah mengapa Hani selalu sendirian. Dia tidak mempunyai teman. Dari awal, Friska merasa bahwa Hani adalah anak yang baik. Dia ingin dekat dengannya. Makanya, dia bertanya mengenai lipbalm kepadanya.
Tak lama kemudian, terjadi masalah besar. Hari itu, Friska terlihat buru-buru ingin pulang sekolah. Padahal, mereka berjanji akan bermain dahulu sebelum pulang ke rumah.
"Friska, kamu mau ke mana?"Â
"Aku mau pulang. Lagi ada urusan."
"Bukankah kita janji akan bermain dulu?"
"Kita tunda aja mainnya. Aku benar-benar harus pergi sekarang. Sampai ketemu besok ya, Han."