Mohon tunggu...
Nadia Octavia Chandra
Nadia Octavia Chandra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia

Welcome~ Seorang ISFJ yang suka menulis, menonton film, dan memasak. Untuk mengenal lebih jauh, silakan difollow ya... Enjoy my article 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kesalahpahaman

15 Oktober 2023   23:58 Diperbarui: 16 Oktober 2023   01:04 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: panimpact.kr

"Kamu mau ngapain sih datang ke sini lagi?" tanya seorang wanita dengan serius.

"Fris, ini salah paham. Aku bisa jelasin ke kamu," ujar orang di hadapannya itu. Dia adalah Hani.

"Halah, gak usah sok baik deh. Aku sudah tahu kelakuanmu. Kelihatannya aja baik, tapi hatimu ternyata busuk. Mulai besok, anggap kita gak saling kenal!" ucap wanita itu.

Seketika, Hani merasa hancur. Dia berusaha untuk menjelaskan kepada sahabatnya. Tapi, semua itu ditolak mentah-mentah.

***

Pada tahun ajaran baru, ibu guru memberitahu bahwa ada murid baru di kelas XI B. Beliau mempersilakan murid itu masuk kelas dan memperkenalkan dirinya.

"Hai, namaku Friska. Aku pindahan dari SMA Bakti Indah," ujar Friska singkat.

"Friska, kamu bisa duduk di sebelah Hani," ujar Bu Ima, wali kelas XI B.

"Terima kasih, Bu."

Saat Friska berjalan, anak-anak sekelas langsung memandanginya. Bahkan, mata anak laki-laki hampir lepas karena terpana dengan kecantikannya. Sayangnya, dia memiliki kepribadian yang buruk. Dia sangat cuek dan angkuh. Dia tidak peduli dengan salah satu laki-laki di kelas. Laki-laki itu bernama Jordi. Dia jatuh cinta pada pandangan pertama. Dia berusaha untuk PDKT dengan memberikan surat kepadanya. Namun, surat itu disobek dan dibuang tanpa membacanya terlebih dahulu.

***

Suatu hari, Friska sedang menggeledah tasnya, seperti mencari sesuatu yang penting. Tiba-tiba, dia berkata, "Hei, apa kamu punya lipbalm?"

Hani bingung. Jarang-jarang, Friska mau mengobrol dengannya. Ini menjadi momen yang pertama bagi mereka.

"Ada sih. Tapi mungkin mereknya gak sebagus punyamu," jawab Hani.

"Ah, tidak masalah. Lagipula, sama-sama lipbalm kan?" ujar Friska.

Hani pun menyerahkan lipbalm itu. Kemudian, Friska mencobanya dan berkata, "Hei, apakah bibirku sekarang terlihat bagus? Bibirku terasa kering tadi. Ah, kenapa aku lupa membawa pelembap di cuaca yang panas ini? Padahal, itu sangat penting bagiku," omel Friska.

Di tengah omelannya, Hani tiba-tiba berkata, "Hani. Namaku Hani bukan hei!"

"Apa maksudmu? Oh, maaf aku terbiasa seperti itu."

Mereka pun tertawa bersama. Dari sinilah, kedekatan Friska dan Hani dimulai. Mereka mulai terbuka satu sama lain. Bahkan, Friska mengetahui bahwa Hani merupakan anak panti asuhan. Itulah mengapa Hani selalu sendirian. Dia tidak mempunyai teman. Dari awal, Friska merasa bahwa Hani adalah anak yang baik. Dia ingin dekat dengannya. Makanya, dia bertanya mengenai lipbalm kepadanya.

Tak lama kemudian, terjadi masalah besar. Hari itu, Friska terlihat buru-buru ingin pulang sekolah. Padahal, mereka berjanji akan bermain dahulu sebelum pulang ke rumah.

"Friska, kamu mau ke mana?" 

"Aku mau pulang. Lagi ada urusan."

"Bukankah kita janji akan bermain dulu?"

"Kita tunda aja mainnya. Aku benar-benar harus pergi sekarang. Sampai ketemu besok ya, Han."

Friska pun pergi tanpa mengucapkan alasannya. Sebenarnya, Hani penasaran dengan yang terjadi pada Friska. Akhir-akhir ini, Friska terlihat begitu gugup ketika membaca chat dari seseorang. Namun, jika ditanya, Friska akan menjawab, "Tidak apa-apa. Dari orang iseng."

***

Setelah beres dengan semuanya, Hani melangkahkan kakinya keluar sekolah. Dia pulang dengan jalan kaki. Di tengah perjalanan, Hani melihat sebuah tempat yang sepi. Tempat itu bernama Motel Angkasa. Langkahnya pun terhenti ketika melihat seseorang yang keluar dari tempat itu. Tenryata, dia adalah Friska. Hani pun membelalakkan matanya, tak percaya dengan apa yang dilihat. Begitu juga Friska yang kaget jika Hani melihat semua itu. Tanpa mengucapkan satu patah kata pun, Friska langsung meninggalkan tempat itu.

"Friska, tunggu!" panggil Hani.

Tapi, panggilan itu tidak digubris oleh Friska. Dia malu dan memilih bersembunyi dari Hani.

***

Keesokan harinya, suasana di sekolah sangat riuh. Mereka fokus pada handphone masing-masing. Ketika datang, Friska merasa aneh dan dalam hati berkata, "Kenapa mereka semua melihatku seperti ini ya?"

Namun, pertanyaan itu seolah-oleh terjawab. Ada salah satu murid yang berkata, "Eh Fris, kamu gak tahu malu ya? Lebih baik, kamu tinggal saja sama pria itu. Dasar cewek murahan!"

Friska mengerutkan dahinya. Dia bingung dengan ucapan murid itu. Secara kasar, Friska merebut handphone yang dipegang. Ternyata, ada yang memvideokan dirinya saat di motel. Betapa malunya Friska saat melihat hal itu. Dengan cepat, dia berlari ke luar sekolah. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat orang di depannya.

"Sudah puas kamu sekarang melihat aku hancur?" tanya Friska ke orang itu.

"Maksud kamu apa sih, Fris? Aku gak ngerti," ujar orang itu yang ternyata Hani.

"Kamu kan yang memvideoku saat di motel? Siapa lagi yang kutemui di sana, selain kamu?" ujar Friska dengan marah.

"Fris, aku bisa jelasin kenapa ketemu kamu di sana. Tapi video? Aku gak ngerti yang kamu maksud," ujar Hani.

"Dasar pembohong! Aku kecewa sama kamu, Han," ujar Friska pergi meninggalkan Hani.

Kejadian ini membuat Friska dan Hani tidak berinteraksi lagi. Sebenarnya, Hani bertanya-tanya. Mengapa Friska ada di sana? Namun, dia menahannya untuk menghargai Friska.

***

Seminggu telah berlalu, Friska dan Hani masih berjauhan. Sejujurnya, Hani sedih kehilangan sahabatnya. Namun, nasi sudah menjadi bubur. Dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Hani melangkahkan kakinya menuju ke toilet. Seketika langkahnya terhenti, mendengar percakapan antara Intan dan Aurel.

"Jadi, itu semua ulahmu? Kok kamu bisa ada di sana sih?" tanya Aurel penasaran.

"Iya, kebetulan aku lewat dan melihat Friska di sana. Aku ikutin aja karena penasaran," ujar Intan.

Percakapan itu membuat Hani menganga. Dia langsung meminta penjelasan kepada Intan.

"Oh jadi, kamu yang menyebarkan video itu? Kenapa kamu begitu? Memang Friska salah apa?"

"Kamu masih tanya Friska salah apa? Jelas dia salah karena sudah merebut pujaan hatiku!"

"Maksud kamu apaan sih? Aku gak ngerti."

"Kamu gak tahu ya? Friska itu sudah merebut Joni dariku!" 

"Apa? Merebut Joni? Friska itu gak punya hubungan apa-apa sama Joni." 

"Kalau dia gak ada hubungan, kenapa Joni masih ngejar-ngejar?" 

Percakapan mereka terhenti oleh seseorang yang masuk ke toilet secara tiba-tiba. Ternyata, dia adalah Friska.

"Jadi, kamu yang menyebarkan video itu?" ucap Friska menahan marah.

"Kalau iya, memangnya kenapa?" tantang Intan.

"Kamu benar-benar keterlaluan ya," ujar Friska hendak menampar Intan. Namun, tangannya dihentikan oleh Hani.

"Fris, sudahlah gak usah diperpanjang. Lebih baik, kita pergi dari sini," ujar Hani.

Mereka pun meninggalkan Intan beserta Aurel di sana. Sebenarnya, Friska masih tampak emosi. Dia tidak terima dengan perlakuan Intan kepadanya.

Suasana pun menjadi canggung. Friska membuka obrolan di tengah keheningan itu.

"Han, aku minta maaf ya. Gara-gara Intan, persahabatan kita jadi retak," ujar Friska.

"Tidak masalah. Tapi, aku boleh bertanya sesuatu?" tanya Hani ragu-ragu.

"Apa?" jawab Friska.

"Sebenarnya, apa yang terjadi di hari itu? Kenapa kamu terlihat buru-buru sekali?" tanya Hani.

Friska pun menghembuskan napasnya. Dia tidak sanggup mengingat kejadian itu. Namun, pertanyaan itu tetap dijawab.

"Aku dijebak. Sebenarnya, ibuku adalah PSK. Dia ingin menjualku karena memiliki banyak hutang. Maaf, aku tidak menceritakan ini karena takut pandanganmu terhadapku."

Tanpa terasa, setetes air jatuh dari mata Friska. Hani memahami perasaan Friska. Dia memeluknya. Ternyata, mereka sama-sama dalam keadaan yang tidak sempurna. Hani adalah anak panti asuhan, sedangkan Friska adalah anak dari PSK. Namun, ketidaksempurnaan itu dilengkapi satu sama lain.

Hani pun mengusulkan agar Friska mengklarifikasi semuanya. Dia tidak ingin nama sahabatnya jelek di sekolah. Walaupun berat, Friska menyetujuinya.

***

Jam istirahat telah berbunyi. Hani dan Friska berada di ruang studio. Mereka ingin klarifikasi itu disiarkan melalui speaker. Tentu saja, hal ini seizin petugas sekolah. Tepat pukul 12.00, Friska memulai klarifikasinya.

"Selamat siang teman-teman. Aku Friska dari kelas XI B. Mungkin kalian sudah tahu mengenai video itu. Semua yang kalian lihat itu benar. Namun, aku juga terpaksa melakukannya. Sebenarnya, aku adalah anak dari seorang PSK. Aku tahu bahwa kalian memandangku dengan buruk. Sejujurnya, aku merasa berat ingin mengungkapkan semua ini. Tapi, ada sahabat yang selalu mendukungku di sini. Hal ini yang menguatkan hatiku. Maaf, jika kalian merasa terganggu. Aku hanya ingin mengungkapkan yang sebenarnya." 

Friska lega telah mengungkapkan semua bebannya. Hal itu disambut oleh senyuman Hani. Dia bangga kepada sahabatnya.

Tak disangka, klarifikasi itu membuahkan respon yang baik. Nama Friska telah bersih dari tuduhan. Hal ini membuat Friska dan Hani senang. Mereka pun berjanji tidak akan menutupi sesuatu lagi. Itulah pentingnya persahabatan yang ada di saat susah dan senang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun