Mohon tunggu...
Nada Taufik
Nada Taufik Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Seorang writer, producer film, stand up comedian, fotografer, mentor Ketofastosis, business woman yang bergerak dibidang Bags dan Fashion. Pernah bergerak dibidang tarik suara (singer), Host dan MC.

Selanjutnya

Tutup

Horor

His Spirit Still Alive Part 2

27 Mei 2023   23:30 Diperbarui: 30 Mei 2023   03:35 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Seketika aku menghela nafas panjangku, aku tidak percaya apa yang telah kulihat didepan mataku, Billa tersenyum dan kembali duduk disampingku. Dia mengambil HP papa lalu memberikannya padaku.

            “Ada sesuatu yang besar yang akan kita hadapi, energi kakek tidak akan pernah meninggalkan bunda sendirian, bunda akan tau apa yang akan terjadi nanti.” Billa mencoba memberitahukan kepadaku dengan kata-kata singkatnya. Aku lalu menangis jadi-jadian, aku tau bahwa papa meninggalkan kami tidak dalam keadaan tenang. Dia masih mempunyai masalah yang harus aku selesaikan. Tak lama kemudian whatsapp aku dijawab papa, aku melihat ke layar HP ku atas nama papa. Aku membuka pesannya, aku membaca pesan singkatnya, “Be careful! Don’t trust anybody, you’re alone!”

            Aku hanya bisa menghela nafas panjang, aku dan papa lebih banyak menggunakan bahasa Inggris dalam pesan singkat kami, agar kami tidak mengetik panjang lebar seperti bahasa Indonesia. Dan iya benar, aku merasakan itu energi papa ku, tidak ada orang lain yang mengirimkan pesan singkat seperti itu dengan aura yang sangat tegas, saat itu aku menyadari, benar kata Billa bahwa itu adalah energi papa ku. Aku masih belum tau apa yang akan terjadi setelah ini, tapi aku tau pesan itu sangat tegas dari seorang papa ku yang kukenal puluhan tahun. Iya benar, itu papa ku. Billa melihat reaksi ku dan tersenyum seperti memberitahukan bahwa energi papa masih berada di rumah kami.

            “Billa, gimana nenek?” tanyaku melihat matanya.

            “She’s not ok, you have to protect her also!” Aku tau ini pasti ada urusannya dengan warisan yang papa ku tinggalkan, sementara keluarga mama ku rakus dengan harta.

            Sekilas tentang keluarga mama ku, aku dan papa tidak begitu menyukai mereka, mereka pernah mempunyai masa lalu suram, mereka mengambil rumah orangtua mama ku dan sampai saat ini belum pernah ada yang pernah menyelesaikannya. Mereka datang dari keluarga yang kaya raya sampai akhirnya habis dan bangkrut, mereka tidak memiliki apapun kecuali peninggalan dari Opa dan Oma (orangtua dari mamaku).

            Semasa hidup papa, papa sering menceritakan bagaimana liciknya mereka, menghabiskan uang modal ayam papa, menghabiskan beberapa uang yang papa berikan untuk modal sampai akhirnya rumah Oma harus mereka gadaikan dan papa menerima mereka didalam rumah kami yang dulu masih kecil. Aku harus hidup dengan 6 orang kakak mama beserta dengan cucu mereka yang masih kecil-kecil, masalah itu tidak pernah diperpanjang oleh mama dan papa, tapi papa adalah orang yang tidak pernah percaya sama keluarga mama. Hal itu sering diceritakan waktu aku masih kecil dan aku ingat terus. Papa masih mengingat untuk menitipkan sebuah sertifikat rumahnya sebelum dia meninggal, karena dia tau bahwa keluarga itu jahat.

Sebulan setelah Kematian Papa

            Mama masih terbendung kesedihan karena papa, aku mengajaknya pindah kerumahku tapi dia memilih untuk meninggal dirumahnya. Sementara rumahnya di kelilingi oleh keluarga mama yang mempunyai kisah kelicikan sebelumnya. Saat itu aku masih mengandung anakku yang terakhir, jadi aku tidak berniat untuk berperang dengan mereka, tapi HP papa ku tidak pernah berhenti mengirimkan pesan support. Aku membacanya seperti pesan singkat, tegas tapi juga marah.

            Aku dan Billa sepakat untuk menutup hal ini dari Andri, suamiku. Karena jika Andri mengetahuinya, dia pasti sudah berpikir bahwa kami gila. Aku sering membaca yasin setelah kepergian papa, aku tidak tau apa yang akan aku hadapi didepan, ya aku tau aku pasti akan berperang dengan keluarga mama, tapi apa aku bisa mengambil mama dari tangan mereka, itu yang masih tidak bisa aku lakukan. Aku terlalu lemah, aku butuh papa. Aku butuh PAPA ku, bukan pesan singkat saja. Aku butuh dirinya ada disini, bukan hanya sekedar energi yang dia kirimkan.

            Berminggu-minggu, energi papa tetap hadir didalam rumah, aku terus memimpikannya dengan berbagai cerita. Billa juga selalu menceritakan apa saja yang harus kami lakukan, tapi aku tetap diam dan tidak melakukan apapun. Aku memilih untuk berduka dan berdiam diri sampai aku dapat melahirkan anakku yang didalam kandungan dengan baik-baik saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun