Mohon tunggu...
Nada Taufik
Nada Taufik Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Seorang writer, producer film, stand up comedian, fotografer, mentor Ketofastosis, business woman yang bergerak dibidang Bags dan Fashion. Pernah bergerak dibidang tarik suara (singer), Host dan MC.

Selanjutnya

Tutup

Horor

His Spirit Still Alive Part 2

27 Mei 2023   23:30 Diperbarui: 30 Mei 2023   03:35 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Part 2

Hari Kematian Papa (Siang)

            Papa telah pergi pukul 6 pagi ini, Andri yang menemani di RS, sementara aku menyiapkan apa yang perlu disiapkan di rumah duka. Aku masih belum bisa menangis saat itu, aku sibuk dengan beberapa hal yang harus dibereskan didalam rumah. Masalah papa yang belum selesai adalah PR ku seumur hidupku, aku tidak tau apakah aku bisa melewati segalanya. Aku tidak tau apakah aku mampu menghadapi semuanya, aku tau hal-hal apa yang akan kuhadapi, tapi pertanyaan, apakah aku kuat?

            Siang itu semua orang berkumpul dan papa harus dimakamkan hari itu juga, aku hanya memandang bendera kuning yang terpampang jelas nama papa ku, aku hanya melihat tulisan itu dan beberapa karangan bunga yang datang kerumah. Aku menghitung karangan bunga tersebut yang bertuliskan “Turut berduka cita” lebih dari 60 karangan bunga. Aku pernah ingat waktu ada saudaraku meninggal, aku sempat bercanda sama papa, “Pa, lihat karangan bunganya banyak ya, punya papa akan lebih banyak dari itu!” aku ingat sekali kata-kata itu, dan ya benar punya papaku lebih banyak dari yang saat itu kami bicarakan. Aku mengantongi HP ku didalam celana, beberapa bergetar dan berbunyi tapi tidak pernah kuangkat apalagi kulihat, aku hanya termenung di karangan bunga tersebut dan pintu masuk ke rumah papa mama. Aku duduk didepannya bersama anakku Billa, Billa berkali-kali menangis dan mengusapkan air matanya, kami berdua menangisi sesuatu yang kami tau akan terjadi dalam waktu singkat. Ya benar, kami berdua sangat dekat dengan papa. Tiba-tiba mengambil HP nya, lalu dia tersentak dari tempat duduknya, “Bun, kakek!” dia memperlihatkan panggilan di HP nya yang tertulis dengan nama papa. Aku melihatnya, lalu mengambilnya. Aku menjawab HP nya, tapi tidak ada suara sama sekali, berkali-kali aku memanggil tapi tidak ada jawaban.

            “Billa, sudah berapa kali kakek telfon?” tanyaku menatap tajam kepada anakku

            “Baru ini!” jawab Billa, aku langsung memegang kencang anakku, kami berdua berlari kecil kearah rumahku dan masuk ke kamar. Aku mencoba mencari HP papa yang sengaja kusimpan di laci dalam keadaan mati. Kucoba hidupkan HP papa, mencari sinyal didalam HP nya. Aku terdiam dan hanya menatap layar HP papa yang baru saja hidup. Aku lalu mencari nomor telfon operator agar dapat menelfon operator dan menanyakan hal yang sangat mencurigakan. Operator memberitahukan bahwa kemungkinan HP papa sudah di hacked oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Saat itu aku hanya mengiyakan, tapi Billa tidak tinggal diam. Dia langsung mengecek keberadaan IP address yang menelfonnya dengan membuka aplikasi di HP nya. Dia mencari HP yang menelfonnya tapi tetap tidak ditemukan keberadaannya, berbeda ketika kami melihat aplikasi “FIND PHONE” terlihat jelas bahwa HP papa ya benar berada di titik koordinat rumah kami.

            “Bun, ini aneh!” kata Billa melihat jam didalam telfon nya

            “Apa yang aneh?” tanyaku melihat layar HP nya

            “Ini harusnya jam 11.23 AM tapi disini tertulis jam 11.23 PM, artinya yang menelfon ini tadi malam, bukan siang ini. Kalau tadi malam, kakek masih hidup bun!” kata Billa melihat waktu yang ada di layar telfon.

            “Yang bener ah kamu? Coba bunda lihat!” Aku memperhatikan jam nya dengan seksama, ya benar aku melihat jam nya menunjukkan PM yang artinya malam. Sedangkan saat itu siang, yang harusnya menunjukkan pukul 11.23 AM, 11 Siang sebelum adzan Dzuhur. Lalu mengecek HP papa pada jam yang sama, terlihat memang ada panggilan keluar ke nomor anakku pada jam tersebut, tapi tidak mungkin. Papa ku berada di RS sementara HP papa ada di dalam laci kamarku yang tidak pernah dia pegang lagi setelah dia mengalami gangguan penyakitnya. “Ah apakah ini suatu petunjuk?” aku bertanya dalam hati, tiba-tiba Andri masuk kedalam kamar, dia bilang papa akan berangkat ke kuburan setelah Dzuhur. Aku dan Billa menghentikan perdebatan kami berdua didalam kamar, lalu kami sibuk mencari selendang hitam untuk dapat ikut jenazah papa didalam ambulance yang akan mengantarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun