Mohon tunggu...
Nada Taufik
Nada Taufik Mohon Tunggu... Penulis - Writer

Seorang writer, producer film, stand up comedian, fotografer, mentor Ketofastosis, business woman yang bergerak dibidang Bags dan Fashion. Pernah bergerak dibidang tarik suara (singer), Host dan MC.

Selanjutnya

Tutup

Horor

His Spirit Still Alive Part 1

27 Mei 2023   18:19 Diperbarui: 30 Mei 2023   03:33 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Part 1

Hari kematian Papa (Pagi)

 

            Serangan jantung itu menghentikan detak jantung papa di monitor kamar rumah sakit, aku melihat bayangan hitam yang mengitari tubuhnya yang sudah terbaring, aku masih memegang kencang HP papa yang sudah sisa 20% baterainya. Sekarat! Baterainya masih sekarat, tidak seperti papaku yang sudah 0% tidak bernyawa.

Saat itu aku tau bahwa papa sudah tidak ada lagi, aku berjalan perlahan keluar ruangan, aku merasa tidak bisa bernafas ntah karena aku belum rela kepergiannya atau memang saat itu perasanku tak menentu. Anakku yang berusia 13 tahun pun menghampiriku, dia seorang anak kandungku, perempuan, panggil saja namanya Billa. Dia juga dapat melihat, merasakan sesuatu yang tidak banyak orang miliki, psychic. Orang bilang indera ke enam, tapi aku tak pernah menganggapnya seperti itu karena aku juga merasa bahwa aku memilikinya juga. Hanya saja aku tidak dapat melihat dengan jelas, aku hanya dapat merasakan kehadiran sesuatu, juga dapat melihat bayangan. Billa dari kecil dapat merasakan, melihat juga dapat berkomunikasi dengan mereka, walaupun pada awal mula aku tidak pernah mempercayainya.

Papa ku adalah kakek dari Billa, seorang yang sangat logika dan tidak pernah mempercayakan hal yang tidak masuk akal apalagi tentang dunia ghoib lainnya, menurutnya bahwa itu hanya sebuah mitos. Papa ku pernah menjadi salah satu karyawan di kamar mayat salah satu rumah sakit, dia sering pulang malam dan hampir tiap saat menginap disitu, dia tidak pernah percaya tahyul hingga meninggalnya.

            Kepergian papa tidak mengagetkan bagiku, apalagi Billa. Billa dan papa ku sangat dekat, mereka sering bertukar cerita dan berkomunikasi layaknya kakek dan cucunya. Sebulan sebelum papa ku meninggal, Billa sudah sering bercerita bahwa dia melihat sosok hitam yang selalu mengikuti papa ku berjalan. Bahkan sebelum pergi ke RS, Billa sudah menceritakan bahwa ada bayangan hitam yang tidak baik terus mengikutinya dan membisikkan bahwa papa ku akan diambil. Aku saat itu hanya mengangguk. Bukan hanya Billa, aku sendiri sudah dapat merasakan sesuatu akan terjadi didalam keluarga ku.

9 Bulan sebelum Kematian Papa

Dimulai dari 9 bulan yang lalu saat papa ku datang padaku, dia meminta tolong untuk diperbaiki HP iphone miliknya. Dia bilang banyak telfon masuk yang nomor nya tidak dikenal, dia bilang bahwa dia sangat terganggu. Aku mengambil HP miliknya, lalu memeriksa nomor tersebut, aku tidak menemukan adanya keanehan apapun bahkan pesan-pesan singkat yang dia ceritakan tidak dapat kubaca sama sekali karena memang tidak ada di dalam HP nya. Aku bilang padanya akan ku periksa ke counter HP karena di laptop ku tidak di temukan sesuatu yang aneh. Sebelum aku dapat mengantarkan HP nya ke counter, aku menaruh HP nya didalam laci dalam keadaan mati karena memang sengaja tidak ku charge.

Dua hari setelahnya HP ku dapat pesan singkat didalam whatsapp berisi, "Nak, bantu papa! Papa dalam keadaan terdesak dan tidak mempunyai waktu lagi." Seketika aku terperanjak dari bangku sofa rumahku. Aku melihat kembali pesan yang dikirim dari nomor HP papa, aku teringat bahwa HP itu aku matikan dan kusimpan didalam laci. Kebetulan papa dan aku tidak satu rumah, rumah kami hanya berjarak beberapa meter. Aku berlari mengambil HP tersebut lalu pergi kerumah papa ku, aku tidak menyangka bahwa HP mati bisa mengirimkan pesan singkat. Aku berlari dan menemukan bahwa rumah papa kosong, dia sedang pergi ke RS untuk cek up bersama mama. Lalu aku termenung didepan rumah mereka dan terduduk, aku mengambil sebatang rokok dari celanaku. Aku melihat ada bayangan hitam berdiri tepat di depanku menghalangi matahari yang menyinari. Aku hanya menatapnya, tapi aku tidak dapat melihatnya dengan jelas, aku hanya melihat sebuah bayangan berdiri dan tak lama dia pergi. Tak lama anakku datang menghampiriku, dia datang dan tersenyum, "Bun, kita pulang yuk!" sambil menarik kedua tanganku. Aku hanya terdiam, kurasa saat itu anakku pasti tau apa yang sudah terjadi.

            Sesampainya dirumah, kita berdua duduk termenung di dapur, Billa mendekatkan bangku kearahku dan melihat aku yang masih terdiam dan tidak berkata apapun juga. Saat itu aku hanya menghela nafas, aku tau semua manusia pasti akan meninggal, pasti akan mati. Tapi tidak dengan papa ku. "TIDAK!" jeritku dalam hati. Billa lalu mengambilkan cangkir kopi yang ada didepanku dan memberikannya padaku, dia menatap tajam kearahku dan memegang tanganku.

"Bun, it's his time! Kita tidak bisa berbuat apapun..." katanya berbisik padaku. Aku masih terdiam walaupun aku mendengar jelas perkataannya saat itu. Aku tau dia pasti sudah merasakan apa yang kurasakan saat itu.

"I know... but why HIM? I love him so much, you know that!" jawabku berbisik. Rumahku dan papa tidak jauh, hanya berjarak beberapa meter, papa tinggal bersama mama dan seorang pembantu, sedangkan aku, Billa dan suamiku tinggal disebelah rumahnya. Ayah Billa sudah lama bercerai denganku, sehingga suamiku yang sekarang adalah bapak sambungnya. Andri.

Sedikit cerita tentang Andri, dia sama seperti papa ku yang sangat logika, ntah dia mengenal dunia ghoib atau tidak. Tapi selama aku menikahinya tidak sekalipun dia ada rasa takut untuk hal seperti itu, dia tau bahwa aku dan Billa mempunyai kekurangan, indera keenam. Seperti hal nya papa, Andri tidak pernah kami beritahu apapun tentang ghoib, karena untuk kami, cerita ghoib ke Andri dan papa sama seperti cerita dengan tembok. Tidak akan ada habisnya, di satu pihak mereka tidak percaya hal seperti itu. Aku, mama dan Billa memang mempunyai kekurangan yang sama, hanya saja mama dapat merasakan saja, tanpa bisa lebih dari itu, kalau aku dapat merasakan, dapat melihat walaupun tidak jelas, sedangkan Billa, dari kecil sudah dapat berkomunikasi dengan hal ghoib. Dia dapat melihat, merasakan, berkomunikasi dengan mereka. Aku tidak mengerti kenapa justru Billa yang lebih sensitif dari kami.

Aku mengetahui bahwa semua manusia yang hidup di dunia hanya sementara, hanya di titipkan pesan yang harus kita kerjakan, ibadah. Tapi pada saat itu aku tidak mau papa ku diambil duluan, aku seperti masih tidak merelakan apapun yang terjadi dengan papa. Kulihat lagi pesan singkat tersebut, tulisannya tetap sama dan tidak terlihat notifikasi lainnya, bahkan tanda "ONLINE" di nama nya pun tidak ada. Aku merasa ada hal aneh yang akan terjadi.

"Bun, Billa mimpi semalam ada kakek-kakek mengenakan sorban dia bilang kakek Billa sudah selesai, dia harus kembali ke asalnya." Kata-kata Billa tidak mengejutkanku sama sekali, selain memang usianya yang hampir masuk 80 tahun, aku tidak mengelak bahwa sudah banyak bonus usia untuk papa. Hanya saja aku masih belum bisa melepas kepergiannya.

"Yes, I know!" jawabku singkat. Lalu Billa mengambil HP kakek nya dari tanganku yang masih dalam keadaan mati.

"Ini yang akan mengingatkan kita, bahwa kakek akan pergi." Billa menunjukkan HP itu dari tangannya, dia mengatakan bahwa HP itu akan menjadi alat satu-satunya kenangan.

"Apa maksudmu?" tanyaku pada Billa

"Sebuah pesan akan selalu hadir bersama kita, walaupun nanti kakek sudah tidak ada lagi, HP ini tidak boleh dipegang siapapun juga. Jika bunda masih belum merelakannya, maka simpanlah HP ini, tapi jika sudah merelakan kepergiannya, lalu kuburlah bersamanya." Kata Billa lalu meninggalkan diriku yang masih menghisap rokok dan menyedu kopi yang sudah dingin di dapur.

Aku terdiam dan menyadari bahwa sesuatu akan terjadi dan sesuatu yang besar akan kami alami, ntah itu baik atau buruk. Ini pertanda tidak baik ke depannya, karena Billa seperti memberitahukan sesuatu yang tidak biasa dia lakukan. Aku hanya terdiam dan menghabiskan kopi ku. Lalu aku kembalikan HP papa ku yang mati ke dalam laci.

Keesokan Hari... 

            Aku lari ke rumah papa pagi-pagi jam 10, kulihat papa belum mandi dan masih bercanda didalam kamar bersama mama, aku lalu memeluknya dan mendekatinya, aku hanya ingin mencium dan tidak melepaskannya. Papa ku seperti sudah mengerti keadaanku, dia tau ada yang tidak beres denganku. Dari kecil aku punya sifat seperti itu, jika ada sesuatu yang meresahkan diriku, aku pasti memeluk dirinya dan tidak melepaskannya. Lalu seperti biasa dia hanya tersenyum, lalu menanyakan ada apa denganku.

            "Ada apa Nak?" tanya papaku seperti biasanya

            "Aku memimpikanmu lagi pa, kali ini kamu menggunakan jubah putih yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Papa, aku takut!" jawabku gemetar tidak seperti biasanya aku bisa langsung tenang dan nyaman dalam pelukannya tapi kali ini aku benar-benar ketakutan, aku merasa hal ini adalah tanda terakhir aku bersamanya.

            "Semua punya waktu tertentu nak, papa mengerti maksudmu... duduk sini disebelah papa!" papa duduk di bibir tempat tidurnya lalu mengajakku untuk duduk di sebelahnya.

            "Ya pa, aku tau... tapi aku..." aku tidak dapat lagi membalas kata-katanya, aku seperti tertahan sesuatu dan tidak dapat menyebutkan apa-apa.

            "Kamu anak satu-satunya, nak. Kalau nanti papa sudah tidak ada, papa akan selalu ada didalam hidupmu, papa akan selalu dalam hatimu. Papa tidak akan pernah meninggalkanmu. Tenanglah nak, Tuhan tau apa yang papa rasakan." Kata-kata itu seperti baru kemarin dia katakan padaku.

            "Pa, jika aku punya salah, maafkan aku, jika aku punya sesuatu yang papa tidak suka, tolong maafkan aku, jika aku punya janji yang belum terselesaikan, tolong papa ikhlaskan. Aku tidak bisa berjanji apapun padamu, pa." aku tidak dapat berkata apa-apa karena kita tau bahwa papa memiliki penyakit tua dan kemungkinan bertahan hanya 8% dalam hidup ini.

            "Nak, apa yang papa miliki, itu milikmu, apa yang papa ajarkan, itu ilmu mu, kesalahanmu adalah kesalahan papa juga, kegagalanmu adalah kegagalan papa juga, kamu tidak berhutang apapun pada papa, kita keluarga nak!" kata-katanya melemahkanku, aku tidak mengerti kenapa saat itu aku tidak merekamnya didalam HP ku, padahal aku tau bahwa itu adalah momen terakhir bersamanya. Bukan hari terakhir, tapi momen yang pasti tidak akan ada lagi dalam hari-hari ku.

            Selang oksigen yang baru saja dibeli Andri sudah datang, Andri memberikannya kepada papa, ya memang papa sudah harus menggunakan selang tersebut sehingga dapat bernafas lebih baik lagi. Dia lalu menidurkan badannya, aku hanya melihat kejadian itu seperti jalannya film, sampai saat ini pun aku masih terbayang jelas badannya yang sudah renta dan kejadian itu persis ada di mataku.

Malam Harinya...

            Aku tersentak dari tidurku, aku menangis dan sedikit berteriak, suamiku terbangun lalu melihatku dan memelukku. Dia mengusap kepalaku, seperti mengetahui bahwa aku memimpikan hal aneh terjadi lagi. Aku melihat papa di sebuah tangga rumah mewah, dia menggunakan baju putih lagi, tapi kali ini yang kulihat badannya seperti waktu muda, mukanya sangat ceria dan tersenyum kearahku. Mimpiku tidak seburuk yang dipikirkan orang lain, hanya saja untukku itu mimpi yang tidak ingin aku dapatkan ketika papa ku masih dapat bernafas dengan lega. Aku melirik jam di dinding, kulihat jam 3 pagi, hampir mendekati subuh lalu aku memutuskan untuk bangun dan pergi ke kamar mandi untuk sekedar mencuci muka.

            Aku memutuskan untuk menggunakan kamar mandi yang berada di luar kamar, walaupun kamar ku ada kamar mandi dalam. Saat aku berjalan perlahan, kulihat ada bayangan hitam duduk di sofa ruang TV ku. Aku menoleh sebentar lalu melanjutkan jalanku kearah kamar mandi. Sesampainya di kamar mandi aku memutuskan untuk mengambil air wudhu dan niat untuk melanjutkan sholat tahajud. Setelah selesai dari kamar mandi, bayangan itu berdiri tepat didepan pintu kamar mandi, aku tersentak dan untung nya aku tidak tergelincir karena kagetnya. Aku menghela nafas, lalu menundukkan kepalaku seolah aku permisi numpang lewat, tapi bayangan itu membisikkan sesuatu yang membuatku terperanjak. "Hidupnya sudah selesai, tapi masalahnya belum selesai, kamu harus menyelesaikannya!" Aku terdiam, tersentak lalu aku berlari kecil kearah kamar dan menyelesaikan niatku untuk sholat tahajud.

            Aku sengaja melama-lamakan doaku saat itu, setidaknya menunggu waktu sholat subuh pun datang, karena perasaanku campur aduk tidak karuan. Aku tidak bisa berbuat apapun, hanya bisa duduk bersila dan menyelesaikan zikirku saat itu. Waktu rasanya lama sekali, aku merasa di kelilingi beberapa bayangan saat itu. Aku tidak tau apakah bayangan ini baik atau tidak, apakah bayangan ini bisa membunuhku atau justru hawa takutku yang membuatku depresi. Aku tak bisa berpikir, zikirku juga tak karuan, rasa takut, khawatir, semua campur aduk, aku melirik ke arah tempat tidur, suamiku masih tidur dengan tenangnya tanpa dapat melihat kegelisahanku saat itu, aku yakin rasa campur aduk ku pun dia tidak akan pernah tau. Tak lama kemudian akhirnya adzan berkumandang, ternyata aku sempat tertidur sebentar di tikar sholatku. Aku berdiri dan jalan lagi ke kamar mandi yang ada didalam kamar untuk mengambil air wudhu lagi.

Keesokan paginya

           

            Billa sibuk menyiapkan sarapan untuk dibawa ke sekolah, dia memang anak yang mandiri dari kecil, semua dia persiapkan sendiri, walaupun kadang berantakan. Dia lalu melihatku melangkah kecil kearah dapur, dia tertawa lirih lalu berkata perlahan.

            "Perjuanganmu sia-sia, apapun yang sudah waktunya tidak bisa diambil lagi." Katanya sambil mengambil tempat minum diatas lemari

            "Aku tau maksudmu, tapi ada sesuatu yang aku tidak mengerti."

            "Apa itu?" tanya Billa menghentikan langkahnya dan menghadap kearahku.

            "Bayangan itu mengatakan bahwa HIDUPNYA SUDAH SELESAI TAPI MASALAHNYA BELUM SELESAI DAN AKU HARUS MENYELESAIKANNYA" kata ku sambil menirukan suara bayangan itu yang kudengar tadi subuh.

            "Masalah apa maksudnya? Aku ga ngerti!" kata Billa mendengarku dengan serius, lalu tak lama Andri keluar dari kamar lalu membuat kopi. Aku dan Billa terdiam dan tidak melanjutkan perbincangannya.

            "Loh kenapa jadi pada diam?" Andri menyapa kami sambil tertawa-tawa kecil

            "Ga papa, aku sudah telat!" kata Billa menghentikan percakapan kami lalu berjalan kearah ruang tamu.

Sebulan kejadian itu

 

            Aku terus dihantui dengan mimpi-mimpi kematian papaku, aku tau waktunya dia sudah selesai tapi apa yang harus ku selesaikan, aku tidak mengerti. Semakin hari kesehatan papa memburuk, papa hanya bisa keluar masuk kamar dan duduk sebentar di meja makan lalu kembali lagi ke kamar untuk menggunakan masker oksigennya. Aku tidak tega melihatnya, apalagi jika aku harus menanyakan hal yang dia tidak pernah percaya. Ghoib! Ya bayangan itu hanya aku yang dapat merasakan, melihatnya, sedangkan dia tidak pernah percaya hal itu. Jadi aku tidak pernah menanyakan hal itu padanya, aku hanya datang sesekali untuk mengecek keadaannya. Aku tau waktunya tidak lama lagi, tapi aku tidak tau persis sampai kapan dia bisa bertahan. Papa juga terlihat sudah aneh, beberapa kali dia memesan susu sapi murni yang sudah hampir puluhan tahun tidak pernah dia pesan, susu sapi murni di daerah kami sangat jarang, hal itu sering dia pesan saat ayahnya papa masih hidup. Ya sudah hampir 40 tahun dia tidak pernah lagi memesan itu, aku sudah menyangka hal ini adalah tanda-tanda kehidupannya akan berakhir.

            "Nak, papa mau kamu duduk disini sebentar!" pangil papa saat itu, aku tau itu momen berharga bagiku dan dirinya. Lalu aku menarik kursi dan duduk disebelahnya, saat itu aku ingat untuk merekam momen tersebut. Dia bernyanyi tipis lagu "Sound of music" lagu yang sangat dia senangi, yang membuatnya teringat saat aku kecil. Aku merekam videonya, aku tau itu momen yang akan terus ku mainkan di HP ku saat dirinya sudah tidak ada lagi.

            "Kenapa pa? Kenapa papa minum susu sapi murni ini, bukannya papa tidak boleh meminumnya?" aku bertanya sekadarnya, sebenarnya aku tau apa alasan Tuhan menunjukkan hal itu, tapi aku hanya membuka pembicaraan dengannya.

            "Nak, kamu lebih tau alam ghoib daripada papa, coba ceritakan apa yang kamu ketahui tentang akhirat?" pertanyaan membuatku terdiam dan tidak dapat menjawab apapun juga saat itu. Aku tersenyum dan mengarahkan pembicaraan ke tema yang berbeda, tapi kelihatannya papa kembali menanyakan hal tersebut berkali-kali. Aku tidak sadar aku mengucapkan hal yang membuatnya nyaman lalu menghentikan pertanyaannya. Aku hanya menjawabnya, "Akhirat itu nyata pa, aku ga pernah tau apa isinya tapi itu akan membuatmu melupakan penyakitmu." Mendengar hal itu, aku lalu bertanya-tanya dalam diri sendiri, ternyata papa ku pun percaya akan hal itu tapi mungkin selama ini dia hanya diam.

            "Kamu tau nak, kamu orang yang sangat baik, kamu lebih baik dari papa dan mama mu, kamu orang yang jauh lebih dekat dengan Tuhan kebanding papa. Jika nanti papa tidak ada, kamu tau apa yang harus kamu lakukan." Mendengar kata-katanya aku tidak dapat lagi menjawab dengan tenang, jiwaku seperti ingin berteriak dan aku tidak tau apa yang harus kulakukan saat itu. Aku melihat air matanya menetes perlahan, dia seperti sudah tau bahwa waktunya tidak lama lagi, dia hanya ingin bercakap-cakap denganku, karena mungkin aku yang bisa mendengarkan dirinya dengan baik. Saat itu mama ku pun sudah mengalami sakit diabetes yang sangat parah, sehingga kadang mama pikun dan lupa apa yang sedang terjadi. Yang diingat mama ku saat itu hanya papa masih baik-baik saja, aku pun masih kecil, sehingga aku dan Billa diperlakukan seperti layaknya anak TK.

 

 

4 Bulan menjelang kematian Papa

            Aku melihat kucing hitam masuk ke pekarangan rumah kami, aku melihat matanya yang biru, duduk tenang di teras rumah kami, aku tau itu pertanda datang sebuah masalah besar. Billa pun datang menghampiriku yang berdiri disamping pintu rumah kami, dia memelukku seperti biasanya dan tersenyum.

            "Hal mitos ada benar dan tidaknya bun, tergantung bagaimana kita menyikapinya." Billa mencoba untuk menenangkan diriku yang sedang serius memandangi kucing hitam itu.

            "Kucing adalah ciptaan Tuhan, dia tau sesuatu yang tidak kita ketahui. Kehadirannya dapat memberitakan sesuatu ntah itu baik atau buruk, karena kucing tidak bisa mengeluarkan suara yang dapat kita mengerti. Tapi setidaknya, mereka tau siapa yang mereka lindungi." Kataku sambil mengusap kepala anakku.

            Aku tidak pernah mengantarkan HP papa ku ke tukang servis karena menurutku HP papa tidak pernah rusak, walaupun dia yang bilang kalau tidak benar. Tapi aku percaya Tuhan yang menunjukkan HP papa untuk kupegang saat itu, karena beberapa percakapan sms papa yang kubaca mengingatkanku bahwa papa seorang yang sangat baik budi, dia tidak pernah mengucapkan kata-kata kasar ataupun menyakiti orang lain didalam pesan singkatnya. HP itu adalah kenangan darinya, aku tau aku harus menyimpannya karena akan ada sesuatu yang besar yang akan kuhadapi.

            Beberapa kali saudara mama ku mendatangiku, dia meminta aku untuk mengantar papa ke RS karena keadaannya yang sudah tidak wajar lagi, tapi aku menolaknya. Aku tau papa ku ingin menghabiskan waktu akhirnya bersama cucu dan anaknya, dia tidak mau dipisahkan dari rumahnya dan keluarganya, jadi aku tak pernah menghiraukannya, walaupun beberapa kali dia masih mau untuk cek up ke RS. Papa selalu mengecek kepadaku, apakah HP nya sudah benar dan bisa digunakan, tapi aku menolak untuk memberikannya karena aku yakin ada sesuatu didalam HP itu yang belum bisa kupecahkan apa masalahnya.

            Papa masih suka beberapa kali memanggilku untuk hanya sekedar berbincang denganku dirumahnya, saat itu dia sudah tidak bisa lagi berjalan mengunjungi rumahku karena keterbatasan oksigen didalam tubuhnya, dia tidak bisa lagi memanggilku hanya untuk bercanda dengan cucu nya, jadi aku dan Billa lah yang selalu berjalan mengunjunginya di sebelah rumah. Rumah nya sudah dipenuhi dengan saudara dari mama ku, aku tidak menyukai mereka, seperti ada sesuatu yang akan mereka lakukan. Ya aku punya firasat yang tidak enak tentang mereka, itu pun aku ceritakan pada papa ku dari dulu, aku tidak menyukai keluarga mama ku, yang sepertinya ingin mengambil hak milik papa mama.

            Papa ku hanya menenangkan ku dengan mengalihkan pembicaraan, tapi aku tau papa juga merasakan hal yang sama, dia pun mengambil sertifikat rumah untuk dititipkan kepadaku saat itu, dia hanya bilang, "Pegang ini jangan sampai ini jatuh ditangan orang yang tidak benar!" kata-kata itu pun sampai sekarang masih terus aku ingat.

3 Bulan menjelang kematian Papa

            Papa dan mama bukan orang kaya raya, tapi mereka orang yang memiliki hati sangat baik, siapapun mereka bantu, walaupun orang yang dibantunya selalu mengkhianati mereka, kadang aku merasa orang-orang yang dibantunya justru menginjak-nginjak mereka, tapi yang kutau dan kukenal, papa ku orang yang baik. Dia tidak pernah mau membalas orang lain, walaupun dia tau bahwa orang itu menginjak dirinya, bahwa orang itu membohongi dirinya. Itu pun aku tau dari pesan-pesan singkat dan pesan yang dituliskan dirinya didalam HP nya. Benar petunjuk Tuhan, bahwa banyak pesan yang papa sampaikan dari HP nya. Tapi saat itu papa masih ada, masih dapat bernafas walaupun harus dengan oksigen. Andri seperti biasa harus membelikan isi oksigen untuk papa, jadi aku menemani papa hanya sekedar untuk membahas sebuah film yang tidak bermutu di HBO. Itu momen yang kuingat disetiap detik aku terdiam saat ini.

            Aku merasakan hal yang papa ku rasakan, kami sangat dekat. Batin kami selalu bersambung, beberapa orang yang menyakitinya, berarti menyakitiku juga. Perbedaannya, papa ku selalu memaafkan orang lain, aku tidak! Aku lebih keras darinya, tapi kalau teman-teman dekatnya bilang, aku mirip sekali papa waktu papa masih muda, sangat keras, sangat kuat dan powerful. Ya aku merasa sifatku tidak beda dari papaku. Aku menghabiskan hari-hari bersama papaku, karena aku tau waktunya tidak lama lagi, anakku Billa pun senang bercanda dengannya, Billa dan aku mempunyai batin yang kuat bahwa papa akan segera meninggalkan kami. Papa ku orang yang baik, walaupun mungkin ada beberapa hal yang pernah dia lakukan semasa hidupnya tidak baik. Dan mungkin itulah yang harus aku selesaikan dalam hidupku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun