7. Memungkinkan ibu dan bayinya untuk tetap bersama dan berlatih kamar dalam 24 jam sehari (rooming in).
8. Dukung para ibu untuk mengenali dan menanggapi isyarat bayi mereka untuk menyusui.
9. Beri konseling pada ibu tentang penggunaan dan risiko pemberian botol dot dan empeng.
10. Koordinasi pasca melahirkan (periksa rutin) agar orang tua dan bayinya memiliki akses tepat waktu untuk dukungan dan perawatan yang berkelanjutan.
Bagi rumah sakit, tenaga medis baik para dokter, suster, maupun bidan, sangat dianjurkan untuk memberikan fasilitas yang baik dan mendukung para ibu untuk menyusui.Â
Fasilitas tersebut selain berupa fisik, yang terpenting adalah berupa edukasi yang baik kepada ibu dan keluarganya agar sukses menyusui bisa tercapai.Â
Bagian yang menurut saya harus digarisbawahi adalah tidak memberikan bayi ASI makanan atau cairan selain ASI, kecuali diindikasikan secara medis. Praktik ini masih sangat marak di Indonesia, bayi yang tidak ada indikasi medis, diberikan cairan pengganti ASI (umumnya berupa susu formula) baik dengan atau tanpa izin orang tuanya.Â
Bagi para orang tua, dengan adanya panduan ini kita bisa lebih cermat dan bijak dalam memilih rumah sakit ataupun rumah bersalin sebelum melahirkan.Â
Pastikan lokasi tersebut menerapkan panduan dari WHO dan anjuran-anjuran mengenai ASI dari Kementerian Kesehatan dengan baik. Â Selain itu, lingkungan persalinan yang supportive akan membuat hati tenang.Â
Para orang tua tidak perlu khawatir bayi diberi susu pengganti tanpa seizin kita. Lebih bagus lagi kalau perawat dan dokter sangat ramah dan responsif dalam mengedukasi ibu baru tentang menyusui dan hal-hal dasar mengenai perawatan bayi lainnya.Â