Mohon tunggu...
Nabilla DP
Nabilla DP Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger

Ibu dua anak yang doyan bepergian. Ngeblog di bundabiya.com dan bundatraveler.com.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pekan Menyusui Sedunia: Menyusui adalah Fondasi Kehidupan

2 Agustus 2018   08:43 Diperbarui: 2 Agustus 2018   12:05 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: worldbreastfeedingweek.org

Setiap tanggal 1-7 Agustus, dunia memeringati World Breastfeeding Week sebagai momentum untuk terus mendukung proses ibu menyusui. Menyusui merupakan satu-satunya cara yang paling efektif untuk menunjang kehidupan anak-anak dalam hari-hari pertama kehidupannya. 

Sebagaimana yang sering dikampanyekan oleh WHO dan UNICEF, anjuran yang sangat kuat untuk menyusui secara eksklusif adalah selama 6 bulan pertama, baru kemudian dapat dilanjutkan kembali hingga anak berusia 2 tahun atau lebih. 

Pada usia 6 bulan pun, bayi sudah diperkenankan mendapat nutrisi lain dari makanan dan minuman pendamping ASI (MPASI).

Tahun ini, slogan yang diusung untuk World Breastfeeding Week adalah Breastfeeding: Foundation for Life, sebuah slogan yang mengusung pengakuan, promosi, dan dukungan mengenai pentingnya menyusui kapanpun dimanapun dan mengingatkan para keluarga bahwa ASI dan proses menyusui sangat berpengaruh bagi masa depan si kecil. 

Mereka yang mendapatkan ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama, cenderung lebih baik pertumbuhannya, terhindar dari gizi buruk, menunjang perkembangan otak, serta menghindarkan si kecil dari resiko obesitas. Selain itu, menyusui juga merupakan vaksin pertama bagi bayi, dimana ASI mengandung antibodi dan asupan imun yang sangat penting. 

Dalam beberapa kasus, si golden liquid dan proses menyusui ini bisa menjadi penyelamat apabila bayi dalam kondisi krtitis serta lahir prematur. ASI dan proses menyusui terbukti dapat menyelamatkan 823.000 nyawa anak-anak dibawah usia 5 tahun setiap tahunnya.

Meskipun terbilang sangat murah, praktis, dan menyehatkan, angka menyusui masih rendah. Secara global, hanya 2 dari 5 bayi yang baru lahir bisa mendapatkan akses skin to skin atau Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan hanya 40% anak di bawah usia 6 bulan yang menyusui secara eksklusif. Bagaimana dengan Indonesia? 

Angka Menyusui di Indonesia

Tahun 2016, UNICEF merilis data bahwa dari 5 juta anak yang lahir setiap tahun di Indonesia, lebih dari setengahnya tidak mendapatkan ASI secara optimal pada tahun-tahun pertama kehidupannya.  

Meskipun sejumlah besar perempuan di Indonesia (sebanyak 96%) menyusui anak mereka dalam kehidupan mereka, hanya 42% dari bayi yang berusia di bawah 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Pada saat anak-anak mendekati ulang tahunnya yang ke dua, hanya 55% yang masih diberi ASI. 

Tentu ada banyak sekali faktor yang menjadi penyebab jutaan ibu di Indonesia, juga dunia, tidak dapat menyusui dengan baik atau tidak mau melanjutkan proses menyusui anaknya. Sebagai contoh, banyak wanita yang melahirkan tanpa akses yang berkualitas. 

Akses ini tidak hanya berupa bangunan fisik, tetapi juga kurangnya dukungan, konsultasi, serta proses edukasi yang memadai dari para tenaga medis. Selain itu, tidak dapat dipungkiri pemberian susu subtitusi atau susu pengganti ASI yang diberikan sejak usia dini, meskipun para ibu sebetulnya masih bisa menyusui, juga menjadi penyebab utama. 

Hal ini menjadi catatan serta fakta penting bahwa proses menemani perjuangan para ibu menyusui, masih menemui jalan panjang dan hambatan yang tidak kurun surut.

Perlu adanya upaya yang terus dijalankan, terutama bagi para pekerja medis, mengenai pentingnya pemberian ASI selama 6 bulan pertama dan dilanjutkan hingga anak berusia 2 tahun. 

Penelitian terbaru hasil dari kerjasama  Universitas Padjajaran  dengan UNICEF dan Alive and Thrive mengungkapkan bahwa peningkatan pemberian ASI di Indonesia bisa menyelamatkan 5.377 nyawa anak-anak dan Rp 3 triliun untuk biaya kesehatan setiap tahun dengan mencegah penyakit pada anak seperti pneumonia dan diare. 

Selain itu, meningkatkan pemberian ASI bisa menghemat Rp. 17 triliun untuk upah setiap tahun karena perbaikan dalam kemampuan kognitif dan peningkatan pendapatan di kemudian hari. 

ASI, sebuah cairan emas, memang layak dijadikan fondasi kehidupan.  ASI tidak hanya menduduki posisi teratas dalam hal nutrisi untuk bayi, tetapi juga sebagai salah satu alat untuk memperkuat ikatan antara anak dan ibunya, serta lebih jauh, ASI bahkan mampu menjadi penyelamat keuangan keluarga. 

Melihat strategisnya peranan ASI dan proses menyusui dalam lingkup keluarga hingga nasional, tentu sangat perlu adanya political will yang baik dari pemerintah untuk lebih tegas dalam mendukung proses menyusui. 

Banyak cara yang bisa dilakukan, mulai dari yang teknis hingga substantif. Instrumen hukum sudah ada, namun penegakannya saja yang masih malu-malu.

Panduan Sukses Menyusui dari WHO

Untuk mendukung proses menyusui, WHO dan UNICEF mengeluarkan sebuah panduan sukses menyusui yang lebih ditekankan untuk dapat diaplikasikan oleh para tenaga medis. 

WHO menekankan bahwa para tenaga medis dan rumah memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan menyusui dengan cara menghadirkan lingkungan yang mother and baby friendly. 

Tahun-tahun sebelumnya, WHO sudah pernah mengeluarkan panduan yang serupa, namun tahun 2018 ini, terdapat beberapa pembaharuan (klik sumber). Panduan tersebut antara lain:

Dalam hal Critical Management Procedures:

1a. Patuhi sepenuhnya Kode Internasional Pemasaran Pengganti ASI (International Code of Marketing of Breast-Milk Subtitutes, aturan WHO mengenai susu pengganti ASI seperti susu formula, dan lain-lain) dan resolusi Majelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly) yang relevan. 

1b. Memiliki kebijakan tertulis mengenai pemberian makan bayi yang secara rutin dikomunikasikan kepada staf dan orang tua.

1c. Menetapkan sistem pemantauan dan pengelolaan data yang berkelanjutan.

2. Pastikan bahwa staf memiliki pengetahuan, kompetensi, dan keterampilan yang memadai untuk mendukung pemberian ASI.

Dalam hal Key Clinical Practices:

3. Diskusikan pentingnya ASI dan manajemen menyusui dengan ibu hamil dan keluarga mereka.

4. Memfasilitasi kontak kulit-ke-kulit (skin to skin) yang segera dan tidak terganggu dan mendukung para ibu untuk memulai menyusui sesegera mungkin setelah lahir.

5. Dukung ibu untuk memulai, mempertahankan menyusui, serta mengelola kesulitan saat menyusui.

6. Jangan berikan bayi ASI makanan atau cairan selain ASI, kecuali diindikasikan secara medis.

7. Memungkinkan ibu dan bayinya untuk tetap bersama dan berlatih kamar dalam 24 jam sehari (rooming in).

8. Dukung para ibu untuk mengenali dan menanggapi isyarat bayi mereka untuk menyusui.

9. Beri konseling pada ibu tentang penggunaan dan risiko pemberian botol dot dan empeng.

10. Koordinasi pasca melahirkan (periksa rutin) agar orang tua dan bayinya memiliki akses tepat waktu untuk dukungan dan perawatan yang berkelanjutan.

Sumber: www.who.int
Sumber: www.who.int
Apa makna dari panduan ini?

Bagi rumah sakit, tenaga medis baik para dokter, suster, maupun bidan, sangat dianjurkan untuk memberikan fasilitas yang baik dan mendukung para ibu untuk menyusui. 

Fasilitas tersebut selain berupa fisik, yang terpenting adalah berupa edukasi yang baik kepada ibu dan keluarganya agar sukses menyusui bisa tercapai. 

Bagian yang menurut saya harus digarisbawahi adalah tidak memberikan bayi ASI makanan atau cairan selain ASI, kecuali diindikasikan secara medis. Praktik ini masih sangat marak di Indonesia, bayi yang tidak ada indikasi medis, diberikan cairan pengganti ASI (umumnya berupa susu formula) baik dengan atau tanpa izin orang tuanya. 

Bagi para orang tua, dengan adanya panduan ini kita bisa lebih cermat dan bijak dalam memilih rumah sakit ataupun rumah bersalin sebelum melahirkan. 

Pastikan lokasi tersebut menerapkan panduan dari WHO dan anjuran-anjuran mengenai ASI dari Kementerian Kesehatan dengan baik.  Selain itu, lingkungan persalinan yang supportive akan membuat hati tenang. 

Para orang tua tidak perlu khawatir bayi diberi susu pengganti tanpa seizin kita. Lebih bagus lagi kalau perawat dan dokter sangat ramah dan responsif dalam mengedukasi ibu baru tentang menyusui dan hal-hal dasar mengenai perawatan bayi lainnya. 

Menurut saya, orang tua juga harus dengan sigap menjemput bola dengan cara belajar mengenai hal-hal apa saja yang dapat membantu sukses menyusui, misalnya belajar proses pelekatan yang baik, menyusui dengan bahagia, mengenal foremilk dan hindmilk pada ASI, dan lain sebagainya. 

Sekarang, materi-materi ini sudah bisa kita dapatkan dengan mudah di internet maupun melalui pelatihan edukasi dari lembaga-lembaga yang mendukung ASI dan proses menyusui.

Saya harap dengan adanya peringatan tahunan Pekan ASI Sedunia ini dapat membantu meningkatkan angka menyusui di Indonesia, menurunkan angka gizi buruk, dan meningkatkan keintiman ikatan antara anak dengan ibu dan ayahnya. Selamat menyusui dengan bahagia untuk para ibu di Indonesia!

Referensi: 123 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun