Kata ibu tersebut, tidak apa jika kami ingin berkunjung ke sana. Akan tetapi, beliau mengingatkan tentang peraturan saklar yang harus dipatuhi di tempat tersebut. Kami diwajibkan untuk menjaga kesopanan, menjaga kebersihan, jangan pipis di dalam kolam disedikan untuk merendam, dan jangan ada yang berduaan dengan lawan jenis.
Kejadian Aneh
 Setelah mendengar informasi itu, saya dan teman saya lari menjumpai guru kami untuk memberikan peringatan tentang aturan tempat tersebut. Hati saya was-was saat memasuki Kawasan Air Panas Pawan. Saya juga merengek ke guru saya untuk pulang.Â
Namun, melihat teman-teman saya yang lainnya sangat antusias dan menikmati petualangan mereka meskipun sudah diberitahukan bahwa tempat ini bukan tempat sembarangan untuk dikunjungi, oleh karena itu kami harus mentaati peraturan yang ada di sini, apa boleh buat saya pun harus ikut berpetualang juga dengan setengah hati.
  Saya duduk dengan sahabat saya, Nelly, Fitri, Nia, Destia, dan Indah. Kami bercerita ria untuk mengurangi rasa takut saya. Akan tetapi, saat kami tengah bercerita kami melihat ada museum yang di jelaskan saat sebelum kami kemari.Â
Kami penasaran, seperti apa museum kupu-kupu tersebut. Dengan perdebatan panjang, akhirnya kami memutuskan pergi melihat museum yang terletak di ujung sana. Langkah kaki gemetar dan tangan yang keringat dingin, saya berjalan paling belakang Nelly dengan mencengkram lengannya.
 Tiba di sata ternyata, museum itu berbentuk seperti rumah dan di sebelah kanan museum itu ada tempat yang besar dan berjaring melindungi tanaman anggrek yang beraneka ragam cantiknya juga mengeluarkan wangi khas anggek dan wangi melati yang tumbuh di bawah anggek tersebut. Mata saya memadang lain disaat teman teman saya melihat anggek, saya lihat ada rumah kecil di samping tempat anggrek tersebut. Rumah usang dan sangat gelap serta banyak sawang laba-laba.Â
Destia menggajak kami untuk mengintip apa yang ada di dalam museum tersebut lewat kaca besar yang transparan. Kami melihat banyak sekali kupu-kupu, ada yang dibingkai dan dipajang, ada yang bingkainya pecah di lantai dan ada kupu-kupu yang di awatkan di dalam botol. Sekali lagi, mata saya melihat kupu-kupu yang masih hidup di dalam botol.Â
Saya mengode mereka tentang kupu-kupu yang masih hidup itu. Saat mereka ingin melihatnya, kami dikagetkan oleh teriakan Nia, "Aaaaa ada setan". Kami langsung lari terbirit-birit, berasa lari kami sangat jauh.Â
Tiba kami di rombongan teman-teman lainnya, kami menceritakan apa yang kami lihat, mereka hanya ketawa mengejek kami. Namun, ada satu teman lelaki kami yang menasehati kami semua untuk tidak berpencar. Untuk menghilangkan rasa takut dari kami berenam ini, kami memutuskan untuk sholat karena sudah waktu Zuhur.
  Usai sholat kami semua kembali menjelajahi sumber air panas. Salah satu teman dari kami berekperimen dengan memasukan telur belum masak ke dalam air panas yang mendidih itu, hasilnya telur itu pun matang dan siap disantap.Â