Menentukan Tujuan Study Tour
 Kisah ini dimulai saat saya duduk di bangku kelas dua SMP, tahun 2018. Saya sekolah di SMPN 1 Bonai Darussalam, Rokan Hulu, Riau. Mungkin terdengar asing nama tempat saya tinggal. Saya paham kenapa itu bisa terjadi karena di sana masih banyak hutan asli dan pohon sawit juga para pendatang yang bekerja di PT-PT besar ataupun kecil.Â
Saat itu kami belajar tentang budaya melayu Riau, kalau tidak salah dipelajaran itu ada membahas tentang wisata Rokan Hulu. Kami semua sepakat untuk study tour ke destinasi di Rohul (Rokan Hulu). Pilihan kami jatuh kepada Air Panas Pawan.Â
Konon katanya wisata itu dulunya sangat terkenal dengan sumber air panasnya yang asli dari alam, dan juga museum kupu-kupunya. Akan tetapi disaat itu Air Panas Pawan tidak lagi ramai pengunjung. Nah, tugas kami adalah melihat langsung penyebab kenapa destinasi tersebut tidak lagi ramai pengunjung.
Perjalanan Ke Air Panas Pawan
 Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Sekitar 35 siswa yang ikut study tour dan dua diantaranya guru pendamping kami. Jarak  tempuh dari sekolah kami ke air panas pawan sekitar 91, km atau dua jam 23 menit . Perjalanan menuju Air Panas Pawan terasa menyenangkan. Canda tawa bergema di dalam bus, memecah keheningan perjalanan.Â
Sesampainya di lokasi, kami disambut oleh pemandangan yang menakjubkan  juga membuat bulu kuduk saya merinding. Air panas yang mengabung dari bebatuan juga mengeluarkan asap panas. Pepohonan yang menjulang tinggi dan akar-akar pohon besar menjalar ke permukaan tanah. Saya bertanya-tanya dalam hati, kenapa hanya kami pengunjung di sini ?.
Peraturan Saklar
 Sebelum menjelajahi Air Panas Pawan, kami diperintahkan untuk makan siang. Ternyata sedikit sekali yang membawa bekal dari rumah yang menyebakan sebagian harus membeli pop mie untuk mengganjal perut mereka. Untungnya ada tiga warung terdekat yang menyediakan makanan ringan dan minuman.Â
Namun, saat saya menemani teman saat membeli pop mie, saya melihat banyak mata memandang dengan tatapan aneh. Dengan penuh penasaran saya bertanya kepada pemilik warung, kenapa kami menjadi pusat perhatian.Â
" Saya terkejut melihat kedatangan kalian ditengah angkernya tempat ini". Mata saya terbelalak membesar saat mendengar jawaban dari pemilik warung tersebut.Â