Mohon tunggu...
Nabila Rusadi
Nabila Rusadi Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi

Mahasiswi STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh (Aceh Barat) Pelatih renang akuatik lisensi D

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Wisata Mistis

9 Oktober 2024   22:09 Diperbarui: 10 Oktober 2024   08:00 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Menentukan Tujuan Study Tour

 Kisah ini dimulai saat saya duduk di bangku kelas dua SMP, tahun 2018. Saya sekolah di SMPN 1 Bonai Darussalam, Rokan Hulu, Riau. Mungkin terdengar asing nama tempat saya tinggal. Saya paham kenapa itu bisa terjadi karena di sana masih banyak hutan asli dan pohon sawit juga para pendatang yang bekerja di PT-PT besar ataupun kecil. 

Saat itu kami belajar tentang budaya melayu Riau, kalau tidak salah dipelajaran itu ada membahas tentang wisata Rokan Hulu. Kami semua sepakat untuk study tour ke destinasi di Rohul (Rokan Hulu). Pilihan kami jatuh kepada Air Panas Pawan. 

Konon katanya wisata itu dulunya sangat terkenal dengan sumber air panasnya yang asli dari alam, dan juga museum kupu-kupunya. Akan tetapi disaat itu Air Panas Pawan tidak lagi ramai pengunjung. Nah, tugas kami adalah melihat langsung penyebab kenapa destinasi tersebut tidak lagi ramai pengunjung.

Perjalanan Ke Air Panas Pawan

  Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Sekitar 35 siswa yang ikut study tour dan dua diantaranya guru pendamping kami. Jarak  tempuh dari sekolah kami ke air panas pawan sekitar 91, km atau dua jam 23 menit . Perjalanan menuju Air Panas Pawan terasa menyenangkan. Canda tawa bergema di dalam bus, memecah keheningan perjalanan. 

Sesampainya di lokasi, kami disambut oleh pemandangan yang menakjubkan  juga membuat bulu kuduk saya merinding. Air panas yang mengabung dari bebatuan juga mengeluarkan asap panas. Pepohonan yang menjulang tinggi dan akar-akar pohon besar menjalar ke permukaan tanah. Saya bertanya-tanya dalam hati, kenapa hanya kami pengunjung di sini ?.

Peraturan Saklar

  Sebelum menjelajahi Air Panas Pawan, kami diperintahkan untuk makan siang. Ternyata sedikit sekali yang membawa bekal dari rumah yang menyebakan sebagian harus membeli pop mie untuk mengganjal perut mereka. Untungnya ada tiga warung terdekat yang menyediakan makanan ringan dan minuman. 

Namun, saat saya menemani teman saat membeli pop mie, saya melihat banyak mata memandang dengan tatapan aneh. Dengan penuh penasaran saya bertanya kepada pemilik warung, kenapa kami menjadi pusat perhatian. 

" Saya terkejut melihat kedatangan kalian ditengah angkernya tempat ini". Mata saya terbelalak membesar saat mendengar jawaban dari pemilik warung tersebut. 

Kata ibu tersebut, tidak apa jika kami ingin berkunjung ke sana. Akan tetapi, beliau mengingatkan tentang peraturan saklar yang harus dipatuhi di tempat tersebut. Kami diwajibkan untuk menjaga kesopanan, menjaga kebersihan, jangan pipis di dalam kolam disedikan untuk merendam, dan jangan ada yang berduaan dengan lawan jenis.

Kejadian Aneh

 Setelah mendengar informasi itu, saya dan teman saya lari menjumpai guru kami untuk memberikan peringatan tentang aturan tempat tersebut. Hati saya was-was saat memasuki Kawasan Air Panas Pawan. Saya juga merengek ke guru saya untuk pulang. 

Namun, melihat teman-teman saya yang lainnya sangat antusias dan menikmati petualangan mereka meskipun sudah diberitahukan bahwa tempat ini bukan tempat sembarangan untuk dikunjungi, oleh karena itu kami harus mentaati peraturan yang ada di sini, apa boleh buat saya pun harus ikut berpetualang juga dengan setengah hati.

   Saya duduk dengan sahabat saya, Nelly, Fitri, Nia, Destia, dan Indah. Kami bercerita ria untuk mengurangi rasa takut saya. Akan tetapi, saat kami tengah bercerita kami melihat ada museum yang di jelaskan saat sebelum kami kemari. 

Kami penasaran, seperti apa museum kupu-kupu tersebut. Dengan perdebatan panjang, akhirnya kami memutuskan pergi melihat museum yang terletak di ujung sana. Langkah kaki gemetar dan tangan yang keringat dingin, saya berjalan paling belakang Nelly dengan mencengkram lengannya.

 Tiba di sata ternyata, museum itu berbentuk seperti rumah dan di sebelah kanan museum itu ada tempat yang besar dan berjaring melindungi tanaman anggrek yang beraneka ragam cantiknya juga mengeluarkan wangi khas anggek dan wangi melati yang tumbuh di bawah anggek tersebut. Mata saya memadang lain disaat teman teman saya melihat anggek, saya lihat ada rumah kecil di samping tempat anggrek tersebut. Rumah usang dan sangat gelap serta banyak sawang laba-laba. 

Destia menggajak kami untuk mengintip apa yang ada di dalam museum tersebut lewat kaca besar yang transparan. Kami melihat banyak sekali kupu-kupu, ada yang dibingkai dan dipajang, ada yang bingkainya pecah di lantai dan ada kupu-kupu yang di awatkan di dalam botol. Sekali lagi, mata saya melihat kupu-kupu yang masih hidup di dalam botol. 

Saya mengode mereka tentang kupu-kupu yang masih hidup itu. Saat mereka ingin melihatnya, kami dikagetkan oleh teriakan Nia, "Aaaaa ada setan". Kami langsung lari terbirit-birit, berasa lari kami sangat jauh. 

Tiba kami di rombongan teman-teman lainnya, kami menceritakan apa yang kami lihat, mereka hanya ketawa mengejek kami. Namun, ada satu teman lelaki kami yang menasehati kami semua untuk tidak berpencar. Untuk menghilangkan rasa takut dari kami berenam ini, kami memutuskan untuk sholat karena sudah waktu Zuhur.

   Usai sholat kami semua kembali menjelajahi sumber air panas. Salah satu teman dari kami berekperimen dengan memasukan telur belum masak ke dalam air panas yang mendidih itu, hasilnya telur itu pun matang dan siap disantap. 

Tidak sampai disitu, kami juga menikmati kolam hangat yang ada disini, namun disayangkan kolamnya berlumut. Seakan menghargai wisata ini kami semua tidak ada yang mengeluh tentang fasilitas yang ada. Saat pertama kali saya masuk ke dalam kolam ini saya seakan terbuai sehingga membuang air kecil tanpa disengaja di dalam kolam. 

Dengan panik saya telah melangkar satu aturan yang ada. Akan tetapi, ternyata teman-teman saya yang lainnya juga mengalami hal yang sama dengan saya.

   Selesai berendam, satu persatu dari kami bergilir untuk ganti baju di kamar mandi yang disediakan, untungnya ada empat kamar mandi sehingga tidak butuh waktu lama untuk menunggu giliran. Saya dan Nelly memutuskan mandi karena badan kami gerah. 

Kami mandi bersebelahan kamar mandinya. Saat saya keramasan dan kepala masih banyak busanya tiba-tiba airnya mati. Mata saya perih, saya berteriak meminta tolong kepada Nelly untuk menggambilkan saya air. Tidak ada respon seakan dia tidak mendengar apa-apa, saya pun menangis ketakutan dan berkata. 

"Maafkan aku yan telah melanggar aturan yang ada disini, itu tidak disengaja. Tolonglah maafkan aku jangan ganggu aku". Bagaikan mantra ajaib, airnya kembali hidup dan saya mengucapkan terima kasih.

   Saya menceritakan kejadian aneh saya kepada pemilik warung yang sebelumnya itu, kata beliau, rumah yang kecil di dekat museum itu adalah seorang nenek yang menjaga museum dan pengurus tanaman anggrek tetapi sudah lama meninggal. 

Di kamar mandi tempat saya mandi itu adalah tempat dulunya seorang gadis mati bunuh diri. Jangan tanyakan keadaan saya saat mendengar itu.

Singgah Ke Masjid Agung Madani

  Masjid agung ini sangat besar bangunannya bergaya Arab dengan kubah besar. Di atap bangunan utama di apit empat Menara disetiap sudut bangunan masjid, masing-masing setibggi 66.66 meter ditambah dengan satu menara utama setinggi 99 meter yang terpisah dari bangunan utama masjid. 

Didalam Menara uatama ini, ada lift yang disediakan untuk para pengunjung yang ingin melihat keindahan kota Pasir Pengaraian. Air mancurnya juga tak kalah menarik yang membuat siapa saja ingin berfoto di depan masjid yang dihiasi cipratan air mancur atau berfoto di air mancurnya saja.

   Kami kemari untuk sholat Ashar, melihat memandangan dari atas menara juga mengobati batin yang tersiksa akibat kejadian sebelumnya. Kami terpikau dengan para santri yang berkumpul di dalam masjid saat azan berkumandang. Di belakang masjid agung ini ada pesantren yang terkenal dengan banyaknya santri penghapal Al-qur'an.

Menjelang Mangrib

  Mentari mulai terbenam, menandakan waktu magrib telah tiba. Rombongan pun bersiap untuk pulang. Namun, ditengah perjalanan sekitar pukul 19.40 WIB, salah satu teman saya ada yang pingsan. 

Bus pun berhenti di klinik terdekat yang kebetulan dekat dengan Indomaret. Kami semua singgah ke Indomaret untuk membeli cemilan dan juga oleh-oleh. Sambil menunggu bus, saya dan lima sahabat saya makan sate di depan Indomaret karena kami belum makan malam, untungnya kami ditrakdir oleh guru kami.

  Menurut keterangan dokter, lambung Bella kambuh karena belum makan dari siang. Guru kami membelikan dia makanan untuk ia makan di bus. Tak sampai disitu, kejadian serupa terulang kepada teman saya bernama Maria. 

Akan tetapi Maria mengalami sesak napas karena punya riwayat sakit asma. Kami semua panik karena ia tidak membawa inhaler dan di praktek bidan ini juga tidak menyediakan inhaler.

   Tiba-tida ia berteriak histeris dan kesurupan.  Kami semua diberitahukan agar tidak panik tapi seperti virus yang cepat menyebar dalam hitungan detik satu persatu mulai kesurupan. 

Kurang lebih 25 siswi dan satu siswa laki-laki, mereka semua pun dibawa ke masjid terdekat. Para guru, masyarakat setempat dan juga siswa lainnya ikut membantu dengan berbagai cara. Mulai membaca doa, membaca Al-qur'an, menyiram air, hingga memanggil ustad.

  Saya saat itu memilih menjauh dari masjid dan duduk bersama teman lainnya. Saya berempat dengan teman saya menunggu mereka sembuh agar kami cepat pulang, mengingat waktu menunjukkan tengah malam. Saya menangis melihat keadaan ini dan takut terjadi sesuatu kepada teman saya.Pukul 01.00 dini hari akhirnya mereka sembuh dan juga dating mobil kepala sekolah untuk menjemput kami dan memisahkan mana yang sakit dan yang sehat.

Pulang Pukul 01.00 WIB

Dengan perasaan lelah dan trauma, kami melanjutkan perjalanan pulang. Ternyata semua orang tau kami sudah menunggu di depan pintu masuk sekolah. Saya tidak membayangkan betapa khatir dan sedihnya mereka melihat kedatangan anak-anaknya pukul dua dini untuk sampai ke rumah masing-masing. Saya merasa bersalah atas apa yang saya alami saat itu.

Tips Study Tour di Tempat Asing

                 Sebelum Berangkat :

  • Riset tempat, jangan asal coba-coba.
  • Persiapkan fisik dan mental, pastikan kita dalam keadaan sehat.
  • Bawa perlengkapan, seperti senter, baterai cadangan, obat-obatan, dan juga bekal.
  • Beritahu orang tua tentang rencana study tour, termasuk lokasi dan durasi kunjungan.

                 Saat di Lokasi :

  • Bersikaplah sopan dan hormat terhadap tempat yang kita kunjungi. Hindari perilaku yang tidak pantas.
  • Jangan berkeliaran sendirian, terutama di tempat gelap dan sepi. Tetap berkelompok dengan teman-teman.
  • Jangan melakukan hal-hal yang bisa memancing makhluk halus, seperti memanggil atau menentang mereka.
  • Taat aturan yang ada di lokasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun