Â
2. COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY (CBT) BAGI PENDERITA OBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER (OCD) DI TENGAH PANDEMI COVID-19 COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY (CBT) FOR OBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER (OCD) IN COVID-19 PANDEMIC dan Literature Review : Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Obsessive Compulsive Disorder Pada Remaja
      Menurut (Dwi Anaya, 2021), Peningkatan kasus COVID-19 membludak dan keadaan darurat inilah yang membuat masyarakat tidak siap secara fisik maupun psikologis. Gejala OCD Aliando meningkat pada saat masa pandemi dan saat ia dinyatakan positif COVID-19. Maka dari itu, untuk kasus Aliando yang bagian ini, dapat dilakukan CBT dari penelitian yang berjudul Cognitive Behavioral Therapy (CBT) bagi penderita Obsessive Compulsive Disorder (OCD) di tengah pandemi COVID-19 (Nur Indira et al., 2021). Di dalam penelitian ini dijelakan, penderita gangguan OCD lebih menderita di kondisi pandemi ini karena adanya rasa takut terjadinya penularan yang menimbulkan rasa panik dan cemas yang dapat berakibat pada gangguan individu seperti kecemasan, gangguan stress pascatrauma, dan gangguan kompulsif obsesif (OCD). Jika OCD ini tidak segera ditangani, dapat menjadi semakin kronis dan bisa melemahkan atau menurunkan kualitas hidup seseorang. Terapi ini akan memodifikasi dan mengubah pemikiran, perasaan, serta perilaku yang terdistorsi dengan cara yang positif dan dapat diterima bagi penderita, sehingga dapat mengarahkan pada pengurangan masalah orang tersebut. Komponen dari CBT meliputi terapi Exposure Response Prevention (ERP) dan terapi kognitif (CT). ERP dalam CBT adalah basis psikoterapi pertama untuk menangani OCD.Â
Â
Â
3. Internet-based psychotherapy in children with obsessive-compulsive disorder (OCD): protocol of a randomized controlled trial
      Terapi perilaku kognitif (CBT) merupakan penyembuhan yang sangat mujarab untuk penderita OCD pada anak-anak dan orang dewasa. ERP ini merupakan komponen penting dari CBT namun, di sisi lain keterbatasan terapis yang cukup terlatih dalam prosedur CBT khusus untuk OCD yang menjadi hambatan. Selain itu, ada beberapa hambatan lainnya, salah satunya adalah akses bagi orang pedesaan juga susah dan ada beberapa penderita yang merasa tidak nyaman jika bertemu pada terapis. Dan dari permasalahan ini memunculkan sebuah penelitian yang dilakukan di Jerman (Conzelmann et al., 2022). Di dalam penelitian ini, iCBT atau Internet-based cognitive behavioral therapy menjawab beberapa kendala dari CBT yang menggunakan teknik terapi tatap muka, menjadi iCBT yang melalui media internet.
      Seperti pada kasus Aliando yang menderita gangguan OCD pada situasi pandemi yang dimana orang-orang pada saat itu harus isolasi di dalam rumah, iCBT ini bisa menjadi solusinya dan informasi gembira dari penelitian ini, iCBT bisa sangat menarik bagi pasien anak karena 90-96% anak muda berusia 12-24 memiliki aksesibilitas internet yang baik. Selain itu, dengan dikembangkan iCBT, akan banyak orang yang bisa terbantu, dari pihak terapisnya dapat menolong orang lebih banyak tanpa harus bertemu langsung dan ini bisa menjadi salah satu pembuka atau gebrakan baik untuk masyarakat lebih adaptif dengan perkembangan teknologi.Â
      Kabar gembira lain dari iCBT yaitu, pendekatan ini baik bagi penderita gangguan kecemasan atau depresi, temuan studi menunjukkan bahwa program iCBT sama efektifnya dengan CBT atau terapi tatap muka tradisional, ada beberapa penelitian lainnya yang melaporkan hasil yang menjanjikan pada pasien, ada yang sangat efektif, ada yang mengungkapkan efisiensi untuk jangka panjang, dan masih banyak lagi temuan studi lainnya.
Â
4. Life-Span Development