Mohon tunggu...
Nabila Ramadani Susanto
Nabila Ramadani Susanto Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya Mahasiswa psikologi dari Universitas Muhammadiyah Malang. Pengalaman berharga saya dimulai ketika bekerja di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Palopo, di mana saya mendapatkan wawasan yang mendalam tentang pendidikan inklusif. Saat ini, saya aktif sebagai asisten di Poli Jiwa Psikolog RSUD Sawerigading. Selain itu, saya juga memiliki keinginan dalam berbagi pengetahuan. Saya sering menghasilkan konten edukatif melalui tulisan dan video, dengan tujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai psikologi dan topik terkait. Saya percaya bahwa pembelajaran adalah investasi terbaik, dan saya berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam bidang ini. Terima kasih sudah membaca tulisan saya dan sehat selalu

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Aliando Syarief Hiatus Selama 2 Tahun

31 Januari 2023   21:10 Diperbarui: 31 Januari 2023   22:07 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Nabila Ramadani Susanto 

Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Malang

Bismillaahirrahmaanirrahiim, Assalamu'alaikum Wr. Wb. Shalom, Om Swastiastu, Namo Budaya, Salam Kebajikan. Saat ini, dunia maya dihebohkan oleh salah satu artis Tanah Air, yaitu Aliando Syarief. Bagaimana tidak, Aliando sudah menghilang atau tidak aktif seperti biasanya selama 2 tahun dan kini muncul di film Argantara dan berperan sebagai pemeran utama bersama Natasha Wilona. Film Argantara tayang pada tanggal 29 Desember 2022 lalu. Namun, kali ini penulis tidak akan membahas terkait film yang dibawakan oleh Aliando, tetapi penulis akan membahas terkait apa yang dialami oleh Aliando selama menghilang dan berfokus pada penyakit yang dideritanya. 

Sumber

detik.com, cewekbanget.grid.id, tribunnews.com, liputan6.com, healthline.com, glints.com, medicalnewstoday.com, donstad.com, Instagram dan youtube.

Subjek dan Tahapan Perkembangan

Aliando Syarief, usia 26 tahun di tahap masa perkembangan dewasa menengah.

Kronologis Kasus

            Seorang artis bernama Aliando Syarief hiatus selama 2 tahun, Informasi yang beredar, Aliando Syarief hiatus karena mengidap penyakit OCD atau Obsessive Compulsive Disorder. Aliando Syarief baru diketahui mengidap OCD pada tahun 2019. OCD dari Aliando bukan sekedar level 1 atau level 2, namun sudah dalam kondisi ekstrem, hal ini bisa terjadi karena dirinya sudah mengidap OCD sejak kelas 2 SD dan pada saat itu, ia belum mengetahuinya. Ia juga menyampaikan bahwa dirinya membatalkan 2 kali puasa karena OCD yang dideritanya kambuh dan ia sangat marah kepada dirinya sendiri sampai omongannya tidak terkontrol, sehingga ia membatalkan puasanya.

             Menurut (Fauzan et al., 2020), Obsessive Compulsive Disorder (OCD) atau gangguan Obsessive Compulsive, terbentuk dari 2 kata yaitu Obsession dan Compulsion. Obsession merupakan pikiran, ide, atau dorongan yang koko dan berulang yang berada diluar kemampuan individu untuk mengendalikannya. Kondisi OCD ini bisa terjadi pada pria maupun wanita, bahkan dari usia anak-anak dan baru mulai merasakan gejalanya saat menginjak usia dewasa.

             Pada salah satu video, Aliando berbincang bersama Ricky Cuaca, Aliando mengungkapkan alasannya mengapa ia menghilang. Ia menegaskan bahwa bukan OCD ia menjadi hiatus, tetapi karena ia korban kriminal dan OCD adalah dampak dari kriminal ini. Ia menjelaskan bahwa dirinya mengalami domestic abuse, dimana dia dipaksa untuk bekerja guna menghasilkan uang bagi mereka atau oknum yang dimaksud, jika Aliando tidak menuruti maka ia akan disiksa. Ia juga menceritakan kalau ada beberapa orang yang bertanya, mengapa dirinya tidak melaporkan kejadian tersebut kepada polisi, namun ia menjawab bahwa dirinya tidak bisa melakukan tindakan demikian karena ia tidak memiliki bukti dan manipulasi yang dijahatinya secara emotional abuse, sehingga mempengaruhi kondisi mentalnya.


            "Gue memang di rumah tuh sendiri, nggak ada orang dan ketika gue welcome sama siapa pun. Ketika orang ini gue undang ya dia melakukan teknik brainwashing dan itu gue masih belum tau sama sekali soal teknik brainwashing itu, dan kenalah OCD," ucapnya kepada I-talk Insertlive. Sejak saat itu, Aliando mengalami OCD. Aliando menyebut bahwa pelaku pencucian otak tersebut menginginkan untuk mengambil alih semua dari hidupnya. Aliando mengatakan sempat berpikir untuk mengakhiri hidupnya karena disaat yang bersamaan, ia positif COVID-19, namun hanya sebatas memikirkan karena ia masih mempunyai rasa takut akan hal tersebut.


            Pada tanggal 26 Desember 2022, Ia juga viral akibat videonya yang beredar diduga mengalami Panic Attack di sebuah kegiatan wawancara. Aliando tidak malu menceritakan bahwa dirinya mengidap suatu penyakit mental dan dia mengabarkan kondisinya melalui live Instagram. Aliando menceritakan ketika dirinya kehilangan nafsu makan dan stres. Dia juga mengaku sangat sulit melakukan sesuatu, salah satunya mandi.

            Aliando Kembali bermain film, filmnya berjudul Argantara dan tayang pada tanggal 29 Desember 2022. Ia mengatakan kalau kondisinya sudah pulih sekitar 80%. Menurutnya, film ini merupakan salah satu bagian dari terapi, "Sebenarnya ini bagian dari terapi, dulu enggak bisa keluar rumah, ngobrol juga enggak bisa. Ini jadi proud buat aku karena berhasil melewati masa-masa susah. Dan sekarang waktunya memberanikan diri buat main film," pungkas Aliando. Aliando juga mengatakan jika dirinya harus mempersiapkan mental dan nyali besar untuk bertemu dan tampil di depan kamera.

            Dari pihak keluarga dan orang terdekat, selalu mendukung Aliando untuk sembuh dari penyakitnya ini. Ia juga bersyukur karena keluarganya mau menjauhi dirinya, ia berkata bahwa orang yang mengidap OCD pemikirannya suka aneh-aneh, sehingga ia bersyukur, keluarganya paham akan gejala dari OCD ini.

Dinamika Permasalahan

           Diketahui bahwa Aliando Syarief, mengidap Obsessive Compulsive Disorder sejak kelas 2 SD dan setelah saya mencari tahu terkait masa kecil Aliando, hidupnya tidak semulus yang saya bayangkan. Sejak kecil, Aliando sudah merasakan yang namanya perceraian orang tua, namun karena usianya waktu itu terbilang masih sangat muda, jadi ia belum memahami hal tersebut. Hal yang paling menyedihkan adalah orang yang selama ini ia panggil om adalah Ayahnya dan ia mengetahui hal tersebut, saat Ayahnya sudah meninggal dunia. Syukurnya, saat ini pihak keluarga senantiasa mendukung Aliando dalam proses penyembuhannya dan ditambah dari Aliando sendiri mempunyai keinginan untuk pulih.

           Pekerjaan yang Aliando lakukan, termasuk pekerjaan yang beresiko mengganggu kesehatan mentalnya, karena segala kegiatannya dapat disorot publik, jadi identitasnya bukan lagi hal yang privasi. OCD atau penyakit mental tidak mengenal status atau apapun itu, namun memang ada beberapa hal yang lebih memudahkan seseorang terkena atau lebih rentan mengidap gangguan mental. Hal ini bisa terjadi karena lingkungan pekerjaan seseorang tentu akan berpengaruh pada kondisi mentalnya. Terlebih lagi Aliando sudah mengalami gangguan ini sejak kelas 2 SD, jadi tingkat kerentanan Aliando untuk terkena lagi pasti lebih besar.

           Aliando pernah berhenti dari beberapa proyek saat OCD yang dideritanya kambuh, sehingga ia harus menanggung keputusannya itu di saat ini dengan memaksakan diri untuk kembali lagi. Dan yang perlu di khawatirkan dari Aliando adalah ia pernah berada di kondisi Suicidal Thoughts atau kondisi dimana seseorang memikirkan, mempunyai perasaan atau keinginan untuk bunuh diri. Meski hanya sebatas memikirkan, itu adalah salah satu ciri-ciri yang perlu diwaspadai, karena bisa saja saja hal itu akan berlanjut pada kondisi Parasuicide dan berakhir di Suicide. 

           Yang menjadi permasalahan utama adalah kesehatan mental dari Aliando yang awalnya tidak disadari, ternyata bisa menjadi boomerang bagi dirinya di kemudian hari. Dampak yang ditimbulkan dari gangguan Aliando ini sangat banyak, mulai dari segi pekerjaan, hubungan sosialisasi, kesehatan, spiritual atau agama juga berdampak, karena Aliando mengidap OCD tipe Intrusive Thoughts. Informasi ini saya ketahui saat ada sebuah artikel dan video yang menyebarkan unggahan terkait Aliando mengalami gejala-gejala Panic Attack di sebuah acara wawancara. Namun, ia menjawab pertanyaan dari unggahan tersebut, bahwa itu bukan Panic Attack, melainkan Intrusive Thoughts.

            Ada hal yang menarik dari Aliando ini, sekalipun dirinya mengidap penyakit namun ia mempunyai kepercayaan yang baik. Ia yakin bahwa segala sesuatu masalah pasti akan ada terus jalan keluarnya dan hal ini berkaitan dengan teori Psikologi Positif dari Martin Seligman, menurut ('Seligman, 2006), tipe individu yang baik adalah individu yang mempunyai keyakinan kalau setiap masalah akan berlalu atau sifatnya tidak permanen. Aliando juga selalu melihat sisi positif dari segala sesuatu, sekalipun dari masalahnya.

            Aliando dulunya sosok yang peramah dan menyukai keramaian, bahkan selalu terbuka kepada siapapun yang ingin datang ke rumahnya. Hal ini berubah saat ia terkena musibah dan ia menjadi pribadi yang penyendiri. Aliando mengatakan kalau dirinya sekarang mempunyai jiwa yang terganggu, sehingga ketika ia ditanya apakah ibadah membuatnya menjadi sembuh, ia menjawab tidak tetapi ia berusaha untuk beribadah dan setelah cobaan ini berlalu, ia yakin kalau hubungannya dengan Tuhan setelah ini menjadi lebih baik.

           

 

Solusi Permasalahan

 

1. Buku Kapita Selekta Kedokteran Klinik

            Dari buku Kapita Selekta Kedokteran Klinik ('Cardone et al., 2008), penyembuhan OCD ini ada beberapa cara yaitu, ubah cara hidup dan pekerjaan untuk mengurangi ansietas, psikoterapi dengan penekanan pada penjelasan masalah, farmakoterapi dengan antidepresan trisipklinik, dan pertimbangan modifikasi tingkah laku. Adapun pemeriksaan khusus yang direkomendasikan dari buku ini yaitu, pemeriksaan neurologic, penilaian psikologik, dan psikiatrik.

            Dari permasalahan Aliando yang berhubungan dengan mengakhiri hidup juga dijelaskan juga di dalam buku ini. Ada tiga prognosis dari buku ini yaitu, banyak penderita yang mencoba bunuh diri tidak akan melakukannya lagi, beberapa akan melakukan percobaan berkali-kali, dan berlawanan dengan semua pengobatanm beberapa akhirnya berhasil juga melakukan bunuh diri. Maka dari itu, solusi atau pengobatan dari Psikolog atau Psikiater Aliando perlu berhati-hati, jangan sampai malah menyediakan obat untuk melakukan bunuh diri. Perlu juga untuk diobservasi lanjutan yang sering dan menyeluruh karena pertanyaan tentang pikiran untuk bunuh diri tidak harus dihindari karena tidak terbukti hal itu "memberi ide pada penderita".

2. Proses Komunikasi Interpersonal yang Dibangun oleh Orang Tua kepada Anak Penyandang OCD (OBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER) Dalam Tahap Penyembuhan

            Seperti pada cerita yang ada bahwa Aliando menjalani masa kecil yang kurang menyenangkan serta mengalami OCD. Ada sebuah penelitian yang dilakukan dalam proses penyembuhan OCD dengan teknik komunikasi interpersonal yang dibangun oleh orang tua kepada anak penyandang OCD (Obsessive Compulsive Disorder) (Indardi et al., 2016).Yang dimana subjek dari penelitian ini, sejak kecil mendapatkan tekanan overprotective dari orang tuanya dan ditambah anak ini bersekolah di sebuah pesantren dan belum terbiasa dengan lingkungannya. Masih banyak orang tua yang tidak sadar jika mereka memberikan rasa sayang secara berlebih dapat berdampak negatif pada anak. Untuk kasus Aliando yang hampir sama, solusi ini dapat dilakukan, dengan membangun komunikasi interpersonal antara orang tua dan Aliando. Guna untuk mengatasi masalah atau kecemasan yang dirasakan oleh Aliando, dapat tersalurkan dan dia tetap merasakan bahwa dirinya tidak sendirian dan memiliki sosok yang menemaninya untuk berjuang. Karena saat diwawancarai, Aliando mengatakan dia cuma berjuang sendirian dan ini menggambarkan perasaan dari Aliando rasakan adalah kesepian.

 

 

2. COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY (CBT) BAGI PENDERITA OBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER (OCD) DI TENGAH PANDEMI COVID-19 COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY (CBT) FOR OBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER (OCD) IN COVID-19 PANDEMIC dan Literature Review : Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Obsessive Compulsive Disorder Pada Remaja

            Menurut (Dwi Anaya, 2021), Peningkatan kasus COVID-19 membludak dan keadaan darurat inilah yang membuat masyarakat tidak siap secara fisik maupun psikologis. Gejala OCD Aliando meningkat pada saat masa pandemi dan saat ia dinyatakan positif COVID-19. Maka dari itu, untuk kasus Aliando yang bagian ini, dapat dilakukan CBT dari penelitian yang berjudul Cognitive Behavioral Therapy (CBT) bagi penderita Obsessive Compulsive Disorder (OCD) di tengah pandemi COVID-19 (Nur Indira et al., 2021). Di dalam penelitian ini dijelakan, penderita gangguan OCD lebih menderita di kondisi pandemi ini karena adanya rasa takut terjadinya penularan yang menimbulkan rasa panik dan cemas yang dapat berakibat pada gangguan individu seperti kecemasan, gangguan stress pascatrauma, dan gangguan kompulsif obsesif (OCD). Jika OCD ini tidak segera ditangani, dapat menjadi semakin kronis dan bisa melemahkan atau menurunkan kualitas hidup seseorang. Terapi ini akan memodifikasi dan mengubah pemikiran, perasaan, serta perilaku yang terdistorsi dengan cara yang positif dan dapat diterima bagi penderita, sehingga dapat mengarahkan pada pengurangan masalah orang tersebut. Komponen dari CBT meliputi terapi Exposure Response Prevention (ERP) dan terapi kognitif (CT). ERP dalam CBT adalah basis psikoterapi pertama untuk menangani OCD. 

 

 

3. Internet-based psychotherapy in children with obsessive-compulsive disorder (OCD): protocol of a randomized controlled trial

            Terapi perilaku kognitif (CBT) merupakan penyembuhan yang sangat mujarab untuk penderita OCD pada anak-anak dan orang dewasa. ERP ini merupakan komponen penting dari CBT namun, di sisi lain keterbatasan terapis yang cukup terlatih dalam prosedur CBT khusus untuk OCD yang menjadi hambatan. Selain itu, ada beberapa hambatan lainnya, salah satunya adalah akses bagi orang pedesaan juga susah dan ada beberapa penderita yang merasa tidak nyaman jika bertemu pada terapis. Dan dari permasalahan ini memunculkan sebuah penelitian yang dilakukan di Jerman (Conzelmann et al., 2022). Di dalam penelitian ini, iCBT atau Internet-based cognitive behavioral therapy menjawab beberapa kendala dari CBT yang menggunakan teknik terapi tatap muka, menjadi iCBT yang melalui media internet.

            Seperti pada kasus Aliando yang menderita gangguan OCD pada situasi pandemi yang dimana orang-orang pada saat itu harus isolasi di dalam rumah, iCBT ini bisa menjadi solusinya dan informasi gembira dari penelitian ini, iCBT bisa sangat menarik bagi pasien anak karena 90-96% anak muda berusia 12-24 memiliki aksesibilitas internet yang baik. Selain itu, dengan dikembangkan iCBT, akan banyak orang yang bisa terbantu, dari pihak terapisnya dapat menolong orang lebih banyak tanpa harus bertemu langsung dan ini bisa menjadi salah satu pembuka atau gebrakan baik untuk masyarakat lebih adaptif dengan perkembangan teknologi. 

            Kabar gembira lain dari iCBT yaitu, pendekatan ini baik bagi penderita gangguan kecemasan atau depresi, temuan studi menunjukkan bahwa program iCBT sama efektifnya dengan CBT atau terapi tatap muka tradisional, ada beberapa penelitian lainnya yang melaporkan hasil yang menjanjikan pada pasien, ada yang sangat efektif, ada yang mengungkapkan efisiensi untuk jangka panjang, dan masih banyak lagi temuan studi lainnya.

 

4. Life-Span Development

            Menurut ('Santrock, 2018), usia paruh baya merupakan masa persiapan yang sangat penting untuk memasuki masa dewasa akhir. Suatu titik di mana seseorang berusaha meneruskan sesuatu yang bermakna kepada generasi selanjutnya. Di masa dewasa menengah juga dikatakan sebagai pertumbuhan yang unik, karena ada yang bertumbuh dan ada yang menurun. Karena terjadi penurunan fungsi biologis, dukungan sosial budaya seperti pendidikan, karier, dan relasi mencapai puncaknya. Ada banyak bukti yang menemukan bahwa hubungan agama dan kesehatan itu ada, beberapa diantaranya yaitu, para peneliti menemukan bahwa komitmen religius membantu menurunkan tekanan darah dan hipertensi hingga level menengah. 

            Selain itu, sejumlah studi mengkonfirmasi hubungan positif antara partisipasi religius dengan panjangnya usia. Singkatnya, berbagai dimensi religius dapat membantu sebagian individu untuk menghadapi hidup mereka secara lebih efektif. Jadi solusi yang tidak kalah pentingnya untuk Aliando adalah mengubah keyakinannya yang tidak mempercayai agama bisa menyembuhkannya dan menjadi percaya, sehingga penyembuhannya jauh lebih efektif dan terarah. 

5. Terapi Berpikir positif

            Buku saya yang satu ini sangat mengubah perspektif saya terhadap banyak hal, karena buku self-improvement pada umumnya hanya memberikan gambaran perihal cara mengembangkan diri. Namun, di dalam buku ini, ia menjelaskan cara pengembangan diri dengan segala sudut pandang, dari perspektif psikologi, agama Islam, dan ditambah lagi kisah-kisah penulis dituangkan di dalamnya.

            Di dalam buku ini terdapat sub bab yang berjudul, "Setiap Masalah ada Solusi Spritualnya" ('Elfiky, 2009). Penulis menceritakan seorang perokok, yang mudah marah karena hal sepeleh dan akibatnya separuh wajah sebelah kirinya lumpuh. Pria tersebut sudah menderita penyakit itu selama 2 tahun terakhir. Setelah itu dia menceritakan seluruh dirinya, ia dulunya adalah seorang muslim yang taat beragama, namun hubungannya bersama Allah menjadi jauh setelah 2 tahun terakhir juga, dan pria tersebut menceritakan bahwa ia sudah berkeliling mencari dokter dan psikiater, namun kelumpuhannya semakin menjadi. 

            Akhirnya Dr, Ibrahim menyuruh lelaki tersebut untuk pulang dan melakukan sholat dua rakaat dengan khusyuk dan memohon kepada Allah agar disembuhkan penyakit yang ada. Dan benar saja, keesokan harinya pria itu datang dan mengatakan kalau ia melakukan semuanya dan setelah pagi harinya, pria tersebut menjadi sembuh. 

            Kalimat yang paling saya sukai dan bisa menjadi solusi dari permasalahan Aliando adalah, "Anda telah mengetuk seluruh pintu, kecuali satu. Padahal, pintu yang satu itulah terdapat obat bagi penyakit Anda. Pintu yang satu itu adalah Allah. Anda banyak mengandalkan obat, tapi melupakan pencipta obat. Anda andalkan makhluk, tapi melupakan sang Khalik. Anda mencari jalan keluar dunia, tapi melupakan jalan keluar spiritual."

            Dr.Ibrahim mengatakan demikian karena ketika memiliki banyak uang dan ilmu pengetahuan terus berkembang, manusia merasa berbagai solusi dari masalah ada di tangan mereka. Ketika kita tawakal pada Allah, masalah sesulit apa pun bisa diatasi. Allah berfirman, Barang siapa tawakal pada Allah, niscaya Dia akan menyediakan jalan keluar baginya dan memberikan rezeki dari jalan keluar yang tidak terduga (al-Thalq: 2-3). Dia berfirman, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tawakal pada-Nya (li 'Imran: 159).

KESIMPULAN

            Kesimpulan dari kasus Aliando adalah, Aliando sampai saat ini mempunyai gangguan yang sangat serius dan dampak dari gangguan ini tentu sangat merugikan, baik bagi Aliando ataupun keluarga dan partner kerja. Tidak bisa kita pungkiri bahwa masa kecil akan sangat berpengaruh pada kondisi pertumbuhan anak, namun jika keluarga sudah mengetahui bahwa akar dari permasalahan Aliando bukan hanya dari OCD atau gangguannya, namun juga berasal dari pertumbuhan masa kecil Aliando yaitu dari segi kebutuhan emosional yang tidak terpenuhi. Maka, keluarga harus memenuhi kebutuhan emosional tersebut karena tidak ada kata terlambat untuk itu. 

            Ada empat solusi utama dari kasus Aliando yaitu, perawatan secara ilmiah, spiritual, kelekatan harmonis bersama keluarga, dan jika memang pekerjaan Aliando menjadi penyebab utama dari penyakit OCD dia, maka ia bisa beralih profesi atau mengurangi jam kerjanya.

            Tugas keluarganya adalah membangun rasa percaya, memperbaiki sistem komunikasi, mengarahkan atau membimbing ke jalan agama, dan memberikan perhatian lebih kepada Aliando walau meski dengan menjaga jarak. Jika dari pihak keluarga masih bingung atau takut mengambil langkah yang salah dalam membantu Aliando pulih, pihak keluarga bisa menanyakan kepada terapis Aliando terkait hal-hal apa saja yang dapat ia lakukan. Kebutuhan manusia bukan hanya dari rasa nyaman, namun tentu disertai dengan rasa aman. Maka dari itu, pihak keluarga juga dapat membantu Aliando dari segi rasa aman karena seperti yang Aliando jelaskan bahwa OCD yang dideritanya kambuh lagi di usia dewasa sebab adanya kasus kriminalitas yang terjadi di rumahnnya.

            Pihak keluarga juga perlu memperhatikan keputusan yang diambil, karena dari pihak penderita gangguan atau Aliando, menderita gangguan OCD tingkat ekstrem sampai menyebabkan perubahan kepribadian yang awalnya ekstrovert menjadi introvert. Walau begitu, ada sesuatu yang perlu disyukuri sebab Aliando mempunyai kepribadian yang baik atau optimis. Jadi, jangan sampai hanya karena salah langkah, dapat membuat kepercayaan Aliando untuk sembuh menjadi buyar. 

 

Penutup

           Perlu digaris bawahi bahwa artikel ini, sepenuhnya berdasarkan pandangan penulis (Nabila Ramadani Susanto). Jadi, jika ada kesalahan atau kekeliruan, mohon dimaafkan, namun tujuan utama penulis membuat artikel ini untuk memberikan pengetahuan berdasarkan ilmu psikologi, kesehatan, dan spritual. Penulis berharap, dengan adanya artikel ini, dapat menambah wawasan kita semua, sekian dan terima kasih. 

Daftar Pustaka

'Cardone, J. T., 'Cella, R., 'Croffy, B., 'Dorn, M., 'Duggan, D., 'Gellis, S., 'Goldsmith, L., 'Krall, R., 'Levina, R., 'Rome, H., 'Smaglia, R., 'Sriwatanakul, K., 'Telzak, E., 'Weintraub, M., 'Weiland, D., & 'Zarafonetis, C. (2008). Kapita Selekta Kedokteran Klinik (L. Lasagna & J. Mazzullo, Eds.; Terbaru, Vol. 500gr). Binarupa Aksara.

Conzelmann, A., Hollmann, K., Haigis, A., Lautenbacher, H., Bizu, V., App, R., Nickola, M., Wewetzer, G., Wewetzer, C., Ivarsson, T., Skokauskas, N., Wolters, L. H., Skarphedinsson, G., Weidle, B., de Haan, E., Torp, N. C., Compton, S. N., Calvo, R., Lera-Miguel, S., ... Renner, T. J. (2022). Internet-based psychotherapy in children with obsessive-compulsive disorder (OCD): protocol of a randomized controlled trial. Study Protocol, 23(1). https://doi.org/10.1186/s13063-022-06062-w

Dwi Anaya, A. (2021). Literature Review: Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Obsessive Compulsive Disorder Pada Remaja. Literature Review, 3(1), 1--12. https://journals.umkt.ac.id/index.php/bsr/article/view/2577

'Elfiky, I. (2009). Terapi Berpikir Positif (K. Fath, M. T. Damas, N. Rahman, N. Aly, & A. Rivan, Eds.; Vol. 15x23mm). Serambi.

Fauzan, M., Fitri Boy, A., & Iswan Perangin-Angin, M. (2020). E-Diagnosa Penyakit Obsessive Compulsive Disorder (Gangguan Fikiran Negative) Dengan Menggunakan Metode Certainty Factor. Jurnal CyberTech, 1(12), 1--15. https://ojs.trigunadharma.ac.id/index.php/jct/article/view/1731

Indardi, H., Komunikasi, I., Kristen, U., & Surabaya, P. (2016). Proses Komunikasi Interpersonal yang Dibangun oleh Orang Tua kepada Anak Penyandang OCD (OBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER) Dalam Tahap Penyembuhan. E-KOMUNIKASI, 4(12), 1--8. http://publication.petra.ac.id/index.php/ilmu-komunikasi/article/view/4828

Nur Indira, F., Alifia Muliadiani, N., & Amelia Qinthara, S. (2021). COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY (CBT) BAGI PENDERITA OBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER (OCD) DI TENGAH PANDEMI COVID-19 COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY (CBT) FOR OBSESSIVE COMPULSIVE DISORDER (OCD) IN COVID-19 PANDEMIC. Insight: Jurnal Ilmiah Psikologi, 23(1), 1693--2552. https://doi.org/10.26486/psikologi.v23i1.1211

Prasad, S., & Manna, C. (2022). Clinical description of rare phenomenology of obsessive--Compulsive disorder. Case Report, 38(3), 304--306. https://www.proquest.com/docview/2720768687/2898250FA2E9496EPQ/1?accountid=170128

'Santrock, J. W. (2018). Life Span Development (N. I. Sallama, Ed.; 13th ed., Vol. 2). Erlangga.

'Seligman, M. E. P. (2006). Learned Optimism: How to Change Your Mind and Your Life. Vintage.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun