Kutemui diriku dalam kehancuran
Kujumpai pecahan-pecahan kaca yang pendar
Tanganku memungut serpihan satu per satu
Dan di sana, kutangkap pantulan wajahku
Tersenyum pada luka, berdamai pada nestapa
Kutemui diriku dalam kerelaan
Seperti air yang mengalir
Tanpa bertanya di mana akhirnya
Tanpa berontak pada bebatuan
Sebab hidup tak pernah bertarung
Ia hanya memberi, lalu merengkuh
Kuseduh pahitnya takdir dalam cangkir
Menyeruput hingga lidahku lupa rasa manis
Namun, bukankah pahit adalah hidup?Â
Bukankah hitam adalah syair yang tak kasat mata?Â
Aku mencintai apa yang tak kupilih
Memeluk yang membentur tulang rusuk ku
Dalam keruntuhan, aku berdiri
Dan pada takdir yang tak pernah berbelok
Aku tersenyum
Sebab ia adalah aku
Dan aku adalah ia
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI