Mohon tunggu...
Nabila Khusna
Nabila Khusna Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Ketika mulut tak lagi dapat berbicara

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Inikah Amorfati?

24 Januari 2025   11:42 Diperbarui: 24 Januari 2025   11:42 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Awan di langit Alun-alun Jombang.

Kutemui diriku dalam kehancuran

Kujumpai pecahan-pecahan kaca yang pendar

Tanganku memungut serpihan satu per satu

Dan di sana, kutangkap pantulan wajahku

Tersenyum pada luka, berdamai pada nestapa

Kutemui diriku dalam kerelaan

Seperti air yang mengalir

Tanpa bertanya di mana akhirnya

Tanpa berontak pada bebatuan

Sebab hidup tak pernah bertarung

Ia hanya memberi, lalu merengkuh

Kuseduh pahitnya takdir dalam cangkir

Menyeruput hingga lidahku lupa rasa manis

Namun, bukankah pahit adalah hidup? 

Bukankah hitam adalah syair yang tak kasat mata? 

Aku mencintai apa yang tak kupilih

Memeluk yang membentur tulang rusuk ku

Dalam keruntuhan, aku berdiri

Dan pada takdir yang tak pernah berbelok

Aku tersenyum

Sebab ia adalah aku

Dan aku adalah ia

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun