Mohon tunggu...
NabilahAsna
NabilahAsna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia di UIN Raden Mas Said.

Senang dengan kebebasan. Dengan pengalaman akan menjadi sebuah cerita. Dengan cerita bisa mengekspresikan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Penuh Kebohongan

22 Oktober 2024   00:37 Diperbarui: 22 Oktober 2024   12:28 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Event bazar sebentar lagi akan dimulai, Dika juga menceritakan segala proses yang direncanakan. Dika begitu tanggung jawab dengan tugasnya. Dika ditunjuk sebagai ketua panitia karena ketua panitia sebelumnya tidak bisa karena sudah bekerja. Dika dan timnya membuat pampflet mencari tambahan panitia lagi dan diluar dugaannya yang ingin mendaftar banyak, namun yang dibutuhkan hanya sekitar lima orang. Akhirnya dengan keputusan bersama dengan dosen dan timnya memilih 5 orang yang benar-benar berpengalaman. Aku menyibukkan kegiatan di asrama sementara Dika mengurus kepanitiannya. Tiba-tiba waktu malam pukul 22.00 aku merasakan perasaan yang tidak nyaman aku mengirim pesan untuknya.

"Udah selesai persiapannya Dik?"

"Belum, ini masih memasang tenda dengan teman-teman"

"Boleh minta pap dulu Dik?"

Dika mengirim pap bentuk video. Aku sudah sedikit lega namun masih ada rasa yang aneh hingga membuatku tidak dapat tidur. Aku memberanikan telepon Dika dan diangkat meskipun dengan suara bising bersama teman-temannya. Tiba-tiba Dika menyeletuk mau memboncengkan temen ceweknya, seketika mataku terbelalak dari kantuk dan panik. Aku mengirim pesan Dika untuk jangan boncengin temennya karena membuatku sakit hati. Dika menyutujui pendapatku.

            Masalah begitu mencabik-cabik menghampiriku. Aku hampir lemah tak kuat menahan badai sebesar ini. Ketika Dika ingin mengurus berkas menghubungiku seadanya dan yang terjadi adalah dia memboncengkan teman ceweknya lagi. Aku marah dengan semua perlakuannya yang kembali terulang. Hubungan yang semakin hancur, ditambah masalah teman asrama yang sering mengusikku. Aku bingung, pusing dan kesehatanku menipis. Aku sering menangis dengan keadaan ini, aku tidak tahu harus bercerita dengan siapa karena setiap orang punya masalah masing-masing dikehidupannya. Aku sampai tidur di kamar sebelah karena sudah tak tahan akan perlakuan temanku hanya karena hal-hal kecil yang dibesar-besarkan. Aku bilang sama Dika tentang persoalan hubungan ini.

"Dik, aku bosan dengan hubungan ini sikapmu sudah beda kepadaku"

"Ya, maaf gimana Nik?"

"Nggak tahu, aku benar-benar bingung dengan semuanya kita jeda dulu saja"

Aku sudah lelah, aku merenung dalam kesendirianku. Malam yang hampa dengan riuhnya kepala karena tekanan. Nafsu makanku berkurang dan asam lambungku semakin parah. Aku keluar mencari angin di sebuah caffe terdekat kampus. Langit yang mendung serta rintiknya hujan membawaku terbawa suasana. Tanpa sengaja aku memalingkan pandanganku di samping caffe melihat dia sudah pulang dari magang kantor. Padahal aku sudah mengirim pesan kepadanya dia menjawab baru mau pulang sontak aku melongo dan diam. Aku menelpon sahabatku tentang permasalahanku yang panas itu, aku tidak kuat menahan tangis yang berkepanjangan dan sahabatku menenangkanku. Setelah itu, aku memutuskan besok pulang ke rumah demi kesehatan mentalku.

            Keesokan paginya aku siap-siap untuk pulang dan berpamitan dengan teman-temanku. Aku menunggu travel di depan asrama. Hembusan nafasku sedikit tenang akan menapaki rumah. Bersyukurnya sahabatku merangkulku, aku diajak nongkrong sembari ngobrol santai. Aku juga menjalankan keinginanku untuk berziarah di sesepuh desaku, hatiku tenang dan diberi petunjuk dengan sendirinya. Keputusan ini sudah saatnya aku harus berani mengambil resiko daripada terus-terusan dibohongi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun