Satu bulan KKN telah usai hubunganku dengan Dika masih selayaknya dulu. Aku dan Dika sering meluangkan waktu bersama. Tiba-tiba Dika mengajakku ke Pantai Gunungkidul dan aku menyetujui ajakannya. Selama perjalanan itu canggung namun Dika mampu menyairkan suasana. Setelah sampai di lokasi aku dan Dika duduk menikmati suasana desir ombak Pantai. Aku dengan polosnya makan jajan sambil mendengarkan cerita randomnya. Dika dengan aksi melontarkan kalimat yang membuatku bingung lalu ku balas hanya anggukan dan senyuman. Desiran ombak begitu kencang angin sepoi-sepoi memberikan suasana romantis.
Tepat satu tahun bermuara hubunganku dan Dika. banyak benturan keras dan tidak kondusif. Dika yang mulai berubah sikapnya, tidak bisa mengontrol sikap dengan lawan jenis itu yang membuatku pusing. Dika seringkali mementingkan teman ceweknya daripada keberadaanku.
"Ka, aku boleh minta tolong hargai aku sebagai cewekmu bukan semaumu seperti itu" tanyaku mohon.
"Terserahku dong Nik mau dekat dengan siapa toh, itu temanku semua, kamu kok curiga banget sama aku" balasnya ketus.
"Ya, terus aku disini buat apa? aku sudah sering melakukan hal sendiri sementara kamu? Sama teman cewekmu berlebihan, hargai aku" balasku kesal.
Pesanku hanya dibaca dan menghilang tanpa merasa salah dengan perlakukannya sendiri. Aku termenung dan mencoba tenang namun, batinku sudah berkali-kali tersiksa dengan keadaan yang seperti itu. Aku yakin dalam setiap hubungan memang tidak selalu mulus tapi, ketika kesalahan itu terus berulang-ulang bukan kah keterlaluan.
Dua hari kemudian Dika akan sidang akhir, Dika mengirim pesan WhatsApp kepadaku. setelah itu, aku balas dengan kalimat pujian dan semangat karena akan menjalani tahap kelulusannya. Saat hari itu tiba aku dihadang Dika agar tidak menunggu sidangnya, sejujurnya aku kecewa tapi aku memilih diam. Ketika sidangnya selesai aku mendapat pesan WhatsApp Dika
"Nik, kamu kesini kapan?"
"Ya, sebentar selesai makan aku kesana"
"Maaf ya, ini ada teman-teman cewek datang"
"Iya, gapapa"