Mohon tunggu...
NabilahAsna
NabilahAsna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia di UIN Raden Mas Said.

Senang dengan kebebasan. Dengan pengalaman akan menjadi sebuah cerita. Dengan cerita bisa mengekspresikan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Penuh Kebohongan

22 Oktober 2024   00:37 Diperbarui: 22 Oktober 2024   12:28 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seketika aku mendapat pesan itu hatiku merasa teriris dan aku tetap menjaga kewarasan. Setelah selesai makan aku menghampirinya dan memberikan hadiah padanya sebagai bentuk apresiasi.

"Wah, selamat ya sudah selesai gimana tadi sidangnya?"

"Lancar, cuma lulusnya bersyarat sih"

"Gapapa yang penting sudah terselesaikan"

Posisiku berada di halaman Gedung FEB, Dika kembali menemui teman-temannya. Aku ditemani Fiana. Selesai lah acara sidangnya aku ikut mengantrakan pulang dan membawa barang hadiahnya lalu pergi makan. Aku merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut seperti kurang dihargai ditambah hadiah dari teman ceweknya bagiku itu spesial. Akhirnya yang terjadi adalah amarah panas, dan bungkam.

Seminggu kemudian aku sidang akhir, aku mempersiapkan segala sesuatu untuk sidang. Aku berangkat dari asrama diantar temanku. Aku tidak mau membebaninya. Sidang akhir di mulai ketegangan itu mulai terjadi. Aku terbantai di akhir sidang dan aku tidak sanggup hingga meneteskan air mata. Setelah itu dosen pembimbing dan temanku menenangkanku. Setelah ketenangan itu mereda aku menghubunginya, aku langsung ke lapangan kampus mencari ketenangan. Dika memberiku bingkisan lucu dan susu kotak kesukaanku. Aku cukup bahagia dengan segala badai yang ada.

Liburan semester tiba, kita pulang di rumah masing-masing. Aku menikmati liburanku di rumah dengan senang bisa berkumpul dengan teman-teman sebayaku. Akhir-akhir ini merasakan hal yang berbeda darinya, komunikasi hambar. Komunikasi pun sewajarnya demi menjaga keutuhan hubungan namun, aku benar-benar lelah dengan keadaan yang terus terbentur. Dika menanyaiku kapan kembali ke kota Solo.

"Nik, kapan kamu balik ke Solo?"

"Mmmm, belum tahu masih ingin di rumah"

"Nanti aku kabari kalau mau balik ya"

Sebenarnya aku masih ingin di rumah karena sudah lama di perantauan dengan hiruk pikuk yang ada. Kembali lagi Dika akan ada acara event bazar dan ku putuskan untuk kembali ke Solo pertengahan bulan Agustus. Aku menghargainya untuk dapat datang ke acaranya lumayan buat keseruan di sela-sela longgarku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun