Mohon tunggu...
NabilahAsna
NabilahAsna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Tadris Bahasa Indonesia di UIN Raden Mas Said.

Senang dengan kebebasan. Dengan pengalaman akan menjadi sebuah cerita. Dengan cerita bisa mengekspresikan dunia.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Penuh Kebohongan

22 Oktober 2024   00:37 Diperbarui: 22 Oktober 2024   12:28 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sebelumnya aku minta maaf Dik atas semua perlakuanku sama kamu yang sering uring-uringan hingga membuatmu tidak nyaman. Tapi aku juga sakit hati karena keberadaanku tidak dihargai. Hubungan kita ini lagi jeda bukan berarti selesai gimana?" tanyaku.

"Tapi yaudah lah Nik, hubungannya rasanya sudah beda. bukannya aku gamau memperbaiki hubungan ini karena aku berusaha mencari kenyaman itu sudah tidak ada. Kita sepertinya sudah tidak sejalan ego kita tinggi" balasnya dengan penuh tanda tanya bagiku.

"Iya Dik, sudah sering melakukan hal sendiri hambar. Jujur aku pengen ketemu sekali ngobrol santai untuk menyelesaikan permasalahan ini agar tidak membebani karena di pesan WhatsApp kurang enak"

"Maaf ya gabisa, sebelumnya aku minta maaf kamu sudah mengorbankan waktumu buat aku, ada hal-hal baru yang ku dapat. Jujur baru kali ini menjalani hubungan yang kayak gini. Aku cuma gamau terus-terusan menyakiti orang kedepannya"

Ya, setelah keputusan itu terjadi aku sudah lega tanpa ada urusan dengannya lagi. aku sudah lelah dengan kebohongannya, mengulang kesalahan yang berulang-ulang tanpa adanya kesadaran memperbaiki. setelah itu aku kembali ke Solo, aku mendengar kabar bahwa dia sudah dekat dengan perempuan lain yaitu adik tingkatnya. Aku termenung, memang sih, selama menjalani hubungan sudah terlihat jelas perilakunya selalu menutupi dan panik setiap aku melirik ponselnya tanpa sengaja. Dika sudah berbeda dan sudah tidak peduli denganku. Perasaan yang kucemaskan dulu kini menjadi nyata. Hitungannya belum lama baru satu minggu putus Dika sudah kencan dan memosting di story WhatsApp setiap kali jalan padahal dulu saat bersamaku tidak pernah dirayakan. Aku dan beberapa teman lainnya di privasi namun, temanku asrama melaporkan hal tersebut. Aku hanya diam dan sudah menduganya lama. Waktuku sudah tidak dengannya lagi, aku ikhlas dan waktunya pulih dengan luka yang terbendung lama itu. Aku bahagia dengan potensiku sekarang. Terima kasih Tuhan sudah menyelamatkanku dari orang yang tidak pernah bersyukur itu.

SELESAI

           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun