Mohon tunggu...
Nabila Clarissa Amanda
Nabila Clarissa Amanda Mohon Tunggu... Insinyur - Pelajar

XI MIPA 4, SMAN 28 Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jiwa yang Sirna

24 November 2020   20:09 Diperbarui: 24 November 2020   20:24 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menggeleng, “tidak.”

“Lantas, untuk siapa sepiring nasi ini?”

Aku balas menatapnya dengan heran, tentu saja sepiring nasi itu kubuat untuk Dara, anak kami. Aku tahu Dara menjadi pendiam sejak kejadian itu, namun tak berarti Ayah harus melupakan keberadaannya.

“Tentu saja untuk Dara,” ujarku.

Ayah hanya terdiam menatapku. Ekspresinya menunjukkan rasa khawatir. Ia haya menghela napas, lalu menghebuskannya perlahan.

“Apa kamu perlu konsultasi dengan dokter Karin lagi?”

Terasa jantungku berdetak lebih cepat akan pertanyaan yang Ayah tujukan untukku. Seharusnya, ia tak mengungkit obrolan itu disini. Tidak di depan Dara.

“Tidak perlu, aku baik-baik saja.”

“Sudah tiga bulan, Santi,” kata Ayah, “sudah tiga bulan sejak kejadian itu.”

Aku hanya diam menatap Ayah, kemudian menundukkan kepala. Kupenjamkan mataku ketika memori demi memori itu kembali dalam ingatanku. Memori tentang kejadian itu.

“Dara sudah meninggal, Santi.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun