Sore ini, tanpa basa-basi, aku pulang untuk mendapati keberadaan si anjing, dan mengikuti maksud tujuannya. Namun, sudah kutebak sebelumnya bahwa akan nihil hasilnya. Benar saja, jalanan perumahan ini normal, seperti biasanya, suasana pulangku, dengan sesuatu yang hilang. Si Anjing yang selalu menghampiri orang-orang dan menggonggonginya. Dimana-mana tidak kutemukan, bahkan ditempat terakhir aku melihatnya, di depan teras rumahku.
"Harusnya dia sudah bisa kembali kesini lagi.." sesalku. "Aku sudah tahu maksudmu.. Tapi masih ingin tahu kelanjutannya.."
Tasku masih kukenakan, baju yang kupakai kuliah pun belum keganti, namun matahari sudah menarik diri. Terdengar adzan maghrib, dan aku masih hendak menunggunya di depan situ. Aku kelewat penasaran sepertinya.
Adikku menyadarkanku dari lamunan tentang anjing "gila" itu. "Kak! Dari tadi di situ? Ya Allah.. Masuklah! solat terus makan.." dan aku bergeming, tak bergerak. "Ayo kak cep.." aku tersadar dan memotong seruannya.
"Iya, aku masuk, kamu gak usah menghampiri kakak ya.. Langsung masuk aja, kakak paham maksudmuko.."
Aku mengikuti adikku, masuk ke dalam rumah dan menutup pintu. Belum sempat aku melihat adikku berlalu ke ruang makan, tiba-tiba saja dia memberitahu,
"Kak, udah tahu belum? Tadi siang perumahan ini sempat ramai.." aku tidak menjawab, hanya menyimaknya. "Ada yang meninggal kak.. Bapak-bapak tua yang tinggal di rumah kecil di belakang perumahan kita ini.." aku masih terdiam, hendak menebak-nebak arah pembicaraan adikku ini. "Ingat tidak? Waktu itu kita pernah lewat situ, dan aku bilang 'ko bapaknya tinggal sendirian ya', inget tidak, kak?"
Sampai kata-kata adikku yang barusan pun aku masih terdiam, aku sudah bisa menebak sesuatu, dan setelah dia berkata, "yee diam aja.." serta sebelum dia beranjak dari tempatnya itu, aku meresponnya,
"Bapak-bapak itu gak tinggal sendiri.." kataku. Aku berhasil menebaknya sejauh ini.
"Oh iya, kak, bener.. Sedihnya, ternyata dia selama ini tinggal sama anjing.."
Tepat, gumamku.