" Luna, maafin mama ya ... mama tidak bisa cerita sekarang, tapi ... tapi mama janji, mama akan cerita sama Luna, kalau Luna sudah besar nanti .... " mama mengalihkan pandangannya, ia tidak menatapku lagi. Aku diam, ikut menoleh ke arah lain. Oh, ya ampun ! Aku lupa menutup jendela kamarku, dan baru sadar bahwa hujan di luar deras sekali. Air hujan menusuk-nusuk ke sebagian kaca jendela kamarku, sementara kawanannya berhasil membasahi beberapa titik di kamarku.
Aku beranjak dari tempat tidur, meninggalkan mamaku, berjalan keluar. Mama terlihat bingung, namun diam saja. Begitu juga dengan om Tian, dan papa. Mereka hanya tercengang, menghentikan aktivitasnya --- menonton TV.
Aku melangkahkan kaki ku menuju pintu rumah, membukanya sedikit. Berjalan dengan langkah gontai, berdiri di atas rerumputan yang sudah mulai memajang, kemudian memejamkan mataku rapat-rapat, membiarkan hujan membasahi rambut panjangku, membiarkannya menghujam tubuhku dengan beribu-ribu air hujan, aku menengadahkan kepalaku ke langit. Menghirup aroma hujan yang ternyata menenangkan diriku. Berisik di kepalaku, perlahan menghilang. Ternyata ini awal aku mulai menyukaimu. Hujan ....
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H