Mohon tunggu...
Rr.Isyamirahim
Rr.Isyamirahim Mohon Tunggu... Penulis - Guru sejak 2011 Penulis sejak 2022

Guru sejak 2011 Penulis sejak 2022

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Aku, Rein, dan Wanita Itu (1)

15 Juni 2024   07:35 Diperbarui: 15 Juni 2024   07:38 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Noelle Otto/pexel.com

" Luna ? Lagi ngapain disitu ? Sini ! Kesini ! Papa mau lihat, mama kasih kado apa ke Luna ....? Papa boleh lihat tidak ? " papa menoleh kearahku --- perubahan ekspresinya juga cepat. Kini ia tersenyum. Aku diam. Suasana hening sebentar.

" Luna, mau dibeliin kado apa dari om ? " ucap om Tian menghampiriku.

" Wah, bagus banget music box nya .... " papa juga ikutan menghampiriku, seraya mengambil music box yang ada di tanganku. Sementara mama, mama masih berdiri beberapa langkah dariku. Ia nampak ragu-ragu menghampiriku.

" Ma, papa sedih ya ? Karena mama gak pernah kasih kado ke papa, pas ulang tahun papa ? Om Tian, daripada beliin kado buat Luna, bisa tidak, beliin kado buat papa saja ? Yang sama kaya gini ? Kasian papa, kayanya papa suka deh sama music box ini .... tapi Luna juga udah suka banget. Jadi om Tian bisa gak, beliin yang sama persis kaya gini, buat papa ? " ucapku dengan wajah memelas kearah om Tian. Om Tian dan papa tertawa canggung. Sementara mama masih hening. Entah, situasi apa ini. Kenapa tiba-tiba lembab dan gelap.

***

Malamnya, setelah menghabiskan nasi goreng buatan mama, seperti biasa om Tian, papa, dan mama berbincang-bincang di teras rumah. Tetapi, karena tiba-tiba hujan deras di luar sana, papa dan om Tian memutuskan untuk berbincang-bincang di ruang keluarga, sambil menonton acara TV. Sedangkan mama, memintaku untuk masuk ke dalam kamarku lebih awal --- sepertinya mama ingin berbicara berdua denganku. Aku pun menurut, masuk ke dalam kamar, duduk di ranjang sambil memegang music box, dan bersiap memutar lagunya. Tidak hanya lagunya yang indah, tetapi bola air salju yang tiba-tiba berputar mengelilingi pohon sakura dan unicorn itu terlihat indah sekali.

" Luna, mama mau cerai sama papa .... " entah setan apa yang merasuki tubuh mamaku. Tanpa babibubebo, tiba-tiba mama mengeluarkan statement yang tak pernah ku duga, itu akan keluar dari mulut mama. Mamaku yang lembut, baik, tidak pernah memarahiku, mamaku yang selalu memanjakan aku dan papa ---juga om Tian, kalau om Tian sudah mulai iri.

" Maksud mama ? "

" Cerai .... pisah, sudah tidak tinggal bareng sama papa lagi .... "

" Terus nanti papa tinggal dimana ? Luna ikut siapa ? " aku masih tidak paham dengan arah pembicaraan ini.

" Papa keluar dari rumah ini, papa cari rumah sendiri. Luna, mama, dan om Tian tinggal disini. Gak apa-apa kan ? Luna, ok kan ? " penekanan ucapan mama di akhir kalimat, membuat senyum getirku muncul. Tiba-tiba aku merasa ribuat semut mengigit jantungku. Bagaimana bisa, mama yang selembut kapas, dan secantik bidadari ini, berbicara seperti itu terhadapku ? Ringan sekali, seperti daun kering yang berjatuhan di musim gugur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun