Mohon tunggu...
Rr.Isyamirahim
Rr.Isyamirahim Mohon Tunggu... Penulis - Guru sejak 2011 Penulis sejak 2022

Guru sejak 2011 Penulis sejak 2022

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seorang Pria Bernama Ryu

22 Januari 2022   13:38 Diperbarui: 22 Januari 2022   13:43 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

" Apa maksudmu ? "

" Jika aku tidak menyatakan perasaanku sekarang, maka semua ini akan menghilang dengan cepat. Jadi, karena aku tidak mau membuang kesempatan. Aku melakukannya sesegera mungkin. Jika kamu mau membalas perasaanku, itu akan sangat menyenangkan, dan kita tinggal pikirkan caranya bagaimana bisa tinggal di ruangan ini .... selamanya .... " kenapa ucapannya terdengar romantis tapi menyeramkan ya ?. Jika aku bisa memilih, tentu saja aku ingin bersamanya, siapa yang menyangka, bahwa perasaanku akan dibalas oleh manusia sesempurna dia ? Tapi logikanya, bagaimana bisa hidup di ruangan ini selamanya, tanpa makan, minum, dan berinteraksi dengan siapapun selain dengannya ?. Ya ... untuk kalimat terakhir tadi, mungkin akan menjadi pengecualian dalam hidupku. Mungkin akan tidak apa-apa, jika hanya berinteraksi dengan manusia ini saja. Dunia pasti akan baik-baik saja kok.

" Jadi .... bagaimana ? Kamu hanya jawab saja pertanyaanku. Kemudian, kita pikiran caranya, untuk hidup di sini selamanya .... " aku menelan ludahku lagi, kalimat demi kalimat yang terluncur dari bibirnya membuatku semakin merinding.

" Kenapa harus ada pertanyaan seperti itu ? Maksudku, kita coba untuk keluar dari sini, kemudian kita bisa bersama ... eh, maksudku .... " ia menyeringai mendengar ucapanku, kemudian menggeleng pelan.

" Sayangnya, kita tidak bisa seperti itu. Eugene ... kita tidak bisa seperti itu. Kamu harus bisa memilih. Pilihan pertama, kita tetap disini, dan pikirkan bagaimana caranya bisa tinggal di sini selamanya. Pilihan kedua, kita tetap pikirkan caranya bagaimana keluar dari sini, tapi kita tidak bisa bersama ..." ucapnya dengan suara lirih. Aku terhenyak mendengar ucapannya. Kenapa pilihannya sama-sama tidak masuk akal ?.

" Jadi bagaimana ? " ia kembali bertanya, kali ini dengan suara menuntut. Tidak sabaran. Aku mengangkat kedua bahuku.

" Aku tidak tahu " ia terlihat kesal mendengar jawabanku.

" Kenapa tidak tahu ? Kamu hanya tinggal memilih, kemudian kita pikirkan bersama bagaimana caranya untuk tinggal di sini. Semudah itu kan ?" wajahnya kini terlihat marah. Aku mengerutkan kening, kenapa ia jadi aneh seperti ini sih?. Sepertinya ada waktu yang sedang diburu. Tidak sempat, takut terlambat.

" Baiklah, aku akan memilih .... tinggal di sini bersamamu .... " ya aku tahu, aku ikutan gila. Ia tersenyum, menatapku dengan mata yang berbinar.

" Aku senang mendengarnya, baiklah kalau begitu ... sekarang kita pikirkan caranya, bagaimana agar bisa tetap tinggal di ruangan ini .... " ucapnya dengan nada ringan, lalu ia duduk, aku ikut duduk di sebelahnya.

" Terimakasih sudah memilih pilihan pertama ..." ucapnya terlihat antusias, aku mengangguk kikuk. Masih kaku dengan keadaan aneh ini, tapi asal bersama dengannya, aku akan mencoba menikmati setiap momen yang ku punya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun