Mohon tunggu...
Muhammad Wislan Arif
Muhammad Wislan Arif Mohon Tunggu... profesional -

Hobi membaca, menulis dan traveling. Membanggakan Sejarah Bangsa. Mengembangkan Kesadaran Nasional untuk Kejayaan Republik Indonesia, di mana Anak-Cucu-Cicit-Canggah hidup bersama dalam Negara yang Adil dan Makmur --- Tata Tentram Kerta Raharja, Gemah Ripah Loh Jinawi. Merdeka !

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mini Cerpen (31) Sri Amethyst Al-Tuhra

20 Mei 2010   03:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:06 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Mereka berboncengan motor !"

Informasi terakhir itu merisaukan Kyai. Ia berunding dengan isterinya. "Bagaimana mi, abah pikir umi harus mulai bertindak."

Mereka memang menghargai apresiasi seni --- memang Amethyst juga turut dalam kegiatan drama dan deklamasi puisi. Kegiatannya di internet juga dibimbing. Bebas dalam koridor !

"Bapak lihat model anak muda itu, berandal, bergajul juga tampangnya" Mereka memutar video itu lagi. Mereka amati satu persatu tampang anak-anak ABG dalam film itu --- ya model pakaiannya macam-macamlah --- tetapi yang berjilbab juga banyak. Mereka hura-hura bergembira. Ibu memperhatikan body language "si pemuda", yang menurut informan, kawan dekat Tiis.

Selesai sholat Isya, ibu memanggil Tiis, berbicara empat mata --- ibu dan anak puterinya, yang ABG.

"Is, pergaulan di acara TV, semacam yang Tiis ikuti --- bunda kurang setuju, banyak kegiatan seni yang lebih sehat. Dan acara itu bunda lihat memakan waktu --- lantas audiensinya bermacam-macam coraknya. Kamu telah mengalaminya, bunda pikir sudah cukup-lah. Carilah komunitas lain yang lebih merangsang kepintaran dan mendorong kreatifitas senimu."

"Umi, bunda --- acara itu memicu kegembiraan, dan Iis ingin mempelajari seluk beluk acara itu, yang menyangkut bisnis --- bisnis iklan bunda. Memang anak-anak di sana pada umumnya mencari hiburan, mencari penghargaan batinnya, mencari pengakuan kelompok mi --- mereka anak-anak baik mi --- mereka ingin mendapat pengakuan dari komunitasnya. Mereka sedang mencari bentuk pengakuan yang lain, lain dari komunitasnya di sekolah atau di rumah. "

"Iya, tetapi ragamnya ‘kan tidak dapat dikontrol --- umi lihat macam-macam temperamennya, dari pakaian dan penampilannya. Umi dan Abah kuatir Tiis terpengaruh dengan pergaulan negatif "

"Enggak mi --- kami hanya menikmati acara itu, lantas pulang. Mi, saya ingin menulis tentang peranan Artis dalam industri iklan, mi"

"Bolehlah, tetapi ..........tetapi apakah Tiis telah mempunyai teman yang spesial di sekolah atau di komunitas acara TV itu ? Kedua ibu dan puterinya saling berpandangan. Segera kedua mata yang beradu itu memancarkan kebijaksanaan seorang ibu dan kepasrahan seorang anak puteri. "Hati-hati ya Is --- pergaulan jaman sekarang banyak ancaman yang merugikan kaum putri, kaum perempuan."

"Mi, ada ...............si Boy, anak SMA negeri Jakarta Timur --- dia anak baik, mi. Dia pemain band di sekolahnya".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun