Kusibak lembaran kisah
dari album usang nan basah
album biru
yang kini berwarna kelabu
mengusam bersama redupnya harapku
digulung debu juga deru
oleh sang waktu
kurangkai satu demi satu
serpihan bait-bait rindu
menjadi sajak haru
dalam dekapan nestapa nan pilu
Barangkali itulah sajak yang dapat melukiskan keadaan diriku saat ini. Dua tahun kuhabiskan waktu untuk menjalani kehidupan baru bersama lelaki pilihanku itu, juga seorang anak yang kini terlahir sebagai malaikat kecil dalam rumah tanggaku. Tetapi, tak pernah kurasakan indahnya cinta seperti yang dikatakan orang-orang di luar sana. Kau benar, dia tak tulus mencintaiku dan dia bukanlah lelakiyang setia. Dia adalah lelaki kelinci yang hanya ingin menghisap habis wangi melatiku. Dan sebuah kehidupan yang kini menangis bersamaku, bayiku, juga tak mampu meluluhkan hati lelaki itu.
Diluar petir berdenyar-denyar, menyambar pepohonan dan daun-daun yang gugur terkapar. Hujan turun bagaikan ratusan anak panah, menyirami bunga-bunga ditaman dan jiwa setiap insan yang tengah bergairah. Aku berlari ke arah hujan yang tumpah paling deras, menyatukan tangisku dengan rinainya nan paripurna, seraya menyembunyikan tangis yang bisu dijalanan kota yang beku.
 Hujan yang selalu menghempas kembali ingatanku tentang dirimu. Tentang kesetiaan yang pernah kusia-siakan dan tak akan lagi kudapatkan.
Aku terus berlari menerabas hujan
Meluruhkan segala rindu bergelayut di pelupuk netra