Mohon tunggu...
Mutia Saka Andini
Mutia Saka Andini Mohon Tunggu... Akuntan - Mahasiswa

Mahasiswa Sarjana Akuntansi - NIM 43223010023 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen: Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Raden Mas Panji Sosrokartono

24 Oktober 2024   22:18 Diperbarui: 24 Oktober 2024   22:18 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Respon terhadap Kolonialisme: Sosrokartono sangat kecewa dengan cara penjajahan Belanda yang tidak adil dan diskriminatif. ingin meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan mendukung kemerdekaan.

2. Pentingnya Pendidikan: Ia percaya bahwa pendidikan adalah cara untuk berkembang. meminta pemerintah Belanda untuk mengajarkan orang Hindia bahasa Belanda.

3. Partisipasi dalam Gerakan Nasional: Bergabung dengan Indische Vereeniging, lembaga awal Perhimpunan Indonesia.

4. Toleransi dan Kerjasama Internasional: Dia berbicara lebih dari 35 bahasa dan berpartisipasi dalam Kongres Bahasa ke-25 di Belanda, menunjukkan komitmennya untuk memahami dan bekerja sama dengan masyarakat internasional.

5. Respon terhadap Fitnah Komunis: Menghadapi fitnah komunis dengan tenang dan bijak, menunjukkan keberaniannya dalam menghadapi tantangan dan teknikan.

6. Pengaruh Spiritualitas: Menggunakan Catur Murti sebagai prinsip hidupnya menunjukkan betapa besar impiannya untuk membersihkan tubuh dan jiwa manusia dari penyakit fisik dan mental.

3. How 

Kita berbicara tentang "bagaimana" dalam konteks gaya kepemimpinan Raden Mas Panji Sosrokartono. Kita berbicara tentang metode spesifik yang digunakan Sosrokartono untuk menjalankan kepemimpinannya. Ini mencakup metode, strategi, dan taktik yang beliau gunakan untuk mencapai tujuannya.

 Care leadership

ppt
ppt

"Ageng Alit Sami Sambat Lan Tangisipun Dating Ulun, Amemelas, Angrentahaken Luh Lan Manah, Awrat Sangetawratipun Dipun Lebetaken Rasa Lan Batos".

Kalimat ini menunjukkan bahwa orang tua dan anak-anak sering datang untuk mengadu dan menangis, memohon belas kasihan, yang menyebabkan perasaan pilu yang mendalam. Untuk banyak orang, menjadi tempat mengadu bukanlah hal yang mudah, terutama jika keluhan itu melukai hati orang yang mendengarkannya.
Makna Metafora: Menunjukkan bahwa orang yang bertanggung jawab sosial atau pemimpin sering kali menjadi tempat curahan hati banyak orang, dan beban emosional ini dapat sangat berat. Namun, penting untuk memproses perasaan itu dengan hati-hati dan menunjukkan empati yang tulus terhadap penderitaan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun