Mohon tunggu...
Nurul Mutiara R A
Nurul Mutiara R A Mohon Tunggu... Freelancer - Manajemen FEB UNY dan seorang Blogger di www.naramutiara.com

Seorang Perempuan penyuka kopi dan Blogger di http://www.naramutiara.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Keputusan Hidup dan Mati melalui Jaring dan Mata Kail

20 Juli 2024   17:11 Diperbarui: 21 Juli 2024   02:49 870
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama. Tidak menggunakan racun saat menangkap ikan. Racun bukan hanya membunuh ikan, tetapi juga merusak lingkungan karena membuat air tercemar zat beracun.

Kedua. Tidak mengambil ikan yang masih bertelur atau menjaga anak-anaknya. Contohnya seperti ikan toman yang sedang mengasuh bayi-bayinya.

Ketiga. Tidak menggunakan alat listrik saat mengambil ikan. Itu bisa membunuh ikan-ikan kecil maupun hewan air lainnya.

Keempat. Memberi rentang waktu dalam mengambil ikan, misal sebulan sekali, tujuannya agar ikan bisa berkembang biak. 

Kelima. Jangan serakah mengambil ikan meskipun jumlahnya melimpah. Ambil secukupnya. Kalau bisa, kamu bisa melepaskan benih ikan domestik ke perairan agar berkembang biak. So, ada saatnya mengambil, ada saatnya melepaskan benih ikan (jangan ikan invasif ya). 

***

Tuhan menciptakan ikan dan berbagai kekayaan di bumi ini memang untuk dikelola oleh manusia. Melalui jaring dan kail, keduanya menentukan kelestarian makhluk lain. 

Manusia punya dua pilihan, bertindak serakah atau bertindak bijak. Tentu, di masa depan kita ingin anak cucu tetap bisa melihat ikan-ikan berenang dengan bebasnya, bukan sebatas berada di buku pelajaran akibat kepunahan layaknya Dinosaurus.

Dear pemancing maupun penjala ikan, kelestarian ikan-ikan bergantung pada jaring dan mata kailmu. Bijaklah dan pikirkanlah eksistensi makananmu bukan hanya untuk hari ini tapi juga untuk keberlanjutan kelak.

Semoga ulasan ini bemanfaat, salam hangat dan lestari dari Nurul Mutiara R A

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun