Gambut merupakan lahan yang terbentuk oleh dedaunan selama ratusan tahun. Lahan gambut bisa mencapai kedalaman 10 meter lebih. Ketika gambut rusak, itu akan mengering sehingga mudah terbakar.
Kondisi inilah yang membuat pemadaman bisa memakan berhari-hari, ketika bagian permukaan berhasil padam, ternyata, bagian dalam lahan gambut masih menyala. Sulitnya memadamkan api inilah yang membuat Bu Wardah berinisiatif mengajak banyak relawan untuk berjuang bersama.
Mungkin banyak orang bertanya, mengapa Bu Wardah mau terjun sendiri dan bersusah-payah? Ya, selain menyoal tugas beliau sebagai lurah. Bu Wardah juga memiliki pengalaman pahit soal kehilangan. Semua berawal dari luka yang pernah mengiris hatinya.
Hari itu, tahun 2015 terjadi kebakaran hebat yang melanda hutan di Pulau Sumatera yakni seluas 2,5 juta hektar.
Karhutla tersebut berdampak bukan hanya terhadap lingkungan, tetapi juga ekonomi, sosial, hingga kesehatan masyarakat setempat. Putri Bu Wardah juga menjadi salah satu korban dalam kebakaran 2015.
Putri Bu Wardah, drh Martafina—yang biasa kami panggil Kak Marta—gugur ketika menyelamatkan gajah bernama Domang. Hari itu, ketika Domang berhasil dievakuasi bersama induknya, Kak Marta tertimpa pohon yang terbakar. Ia pun tak sadarkan diri.
Secepatnya Kak Marta dibawa ke rumah sakit oleh warga, namun nyawanya tak tertolong akibat retak tulang belakang. Sebelum meninggal, Kak Marta berkata pada kedua orang tuanya untuk menjaga hutan Majukarta. Sebab, di sanalah Kak Marta tumbuh serta belajar menjadi ibu bagi hewan dan hutan.
Kak Marta juga berpesan agar aula besar berwarna hijau yang ia buat untuk klinik pribadinya, diubah menjadi tempat yang lebih bermanfaat bila ia telah tiada.
Mulanya belum tercetus “Dapur Umum Martafina”, hingga Bu Maria dan warga lainnya meminta itu, agar nama maupun jasa Kak Marta selalu abadi.
Kak Marta merupakan dokter hewan perempuan yang berjasa dalam merawat hewan-hewan sakit saat di hutan. Ia sudah melakoni profesinya itu selama 7 tahun. Jujur, kami sangat menyayangi Kak Marta.
Selepas kepergian Kak Marta, warga secara sadar membantu menjaga hutan dari kebakaran, terutama dari apapun yang bisa memercikkan api. Kami, para warga desa tak mau, bila kebakaran hebat seperti tahun 2015 terulang kembali.