Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kinan

1 Juni 2021   15:17 Diperbarui: 1 Juni 2021   15:28 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari semakin gelap saat Matahari tenggelam di ufuk barat. Kinan berdiri mematung di depan sebuah Masjid hingga seorang wanita paruh baya membawanya. 

Kinan menurut semua ajakan dan perintah wanita tersebut. Sambil berurai air mata Kinan menjawab pertanyaan demi pertanyaan yang diajukan wanita tersebut dan menceritakan kejadian detail mengenai dirinya. 

"Sudah, jangan menangis lagi. InsyaAllah nanti kami akan membantumu pulang," ucap wanita itu membuat Kinan merasa lega. 

"Sekarang makan dulu ya," ucap WA ita itu lagi yang dibalas anggukan oleh Kinan. 

Kinan mengambil sebuah lontong dari piring dengan tangan bergetar. Kemudian membuka bungkusnya dan makan dengan berurai air mata. Ia benar-benar merasa lapar. Saat ia menempelkan ujung lontong ke lidahnya, dada Kinan sesak di penuhi rasa rindu keadaan rumah. 

Terbayang bagaimana ibu selalu memperhatikan dan mengingatkan dalam segala hal. Baru kali ini menyadari segala amarah serta sikap cerewet ibu adalah bentuk kasih sayangnya.

Pulang dan kembali bersama keluarganya, hanya itu yang diinginkan Kinan sekarang. 

Tamat

Mutia AH

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun