"Makan yang banyak biar besok gak lemes. Jangan lupa doa dulu." Petuah ibu yang hanya numpang lewat di telinga Kinan. Ayah dan kakak-kakak Kinan hanya menggeleng-geleng melihat Kinan yang terus menekuk wajahnya.Â
"Sahur aja ogah-ogahan, giliran siang aja kratakan di dapur," ledek Haris kakak Kinan yang pertama pada adik bungsunya.Â
"Fitnah banget si!" jawab Kinan kesal.Â
"Sudah, sudah, sudah! Makan!" lerai ibu Kinan membuat keempat anaknya terdiam. Sang Ayah hanya tersenyum melihat anak-anak dan istrinya heboh di meja makan.Â
Setelah dua puluh menit berlalu, satu persatu anggota keluarga itu meninggalkan ruang makan. Menyisakan Kinan dan ibunya.Â
"Setelah ini cuci piring, Kinan," perintah ibu Kinan lembut.Â
"Kinan sendiri, Bu?"
"Iyalah, masa harus ibu lagi yang nyuci."
"Ah! Ibu mah pilih kasih, masa Kinan aja yang disuruh-suruh," ucap Kinan kesal merasa ibunya tak adil.Â
"Ya, ampun, Kinan!"
"Iya-iya, Kinan cuci piring."
Walaupun terpaksa Kinan membereskan meja makan dan membawa piring-piring kotor ke dapur.Â