Mohon tunggu...
Mutia AH
Mutia AH Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Fiksi

Menulis yang ringan dan positif

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Balada Cinta Eyang Kaji (Pelet Nini Kesong)

7 Mei 2020   12:32 Diperbarui: 7 Mei 2020   12:41 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu juga bantu Bapakmu yah, bantu dengan shalat hajat." Sukir hanya menurut semua titah Gus Anam.
"Ya Allah, semoga ini bentuk ikhtiar yang Engkau ridai," gumam Sukir pelan.

Setelah selasai shalat hajat, Gus Anam terlihat berzikir cukup lama, kemudian memberikan segelas air minum untuk Haji Dullah.

*****
Kembalinya Haji Dullah dari kediaman Gus Anam, ia tampak seperti orang baru sadar dari koma. Ia tak ingat lagi bahwa Nini Kosong telah menjadi istrinya.

"Ndak mungkin, opone sing dipilih soko wong koyo kae," jawabnya setiap kali diberi tahu prihal pernikahan mereka.

Meski berat hati Nini Kesong rela bercerai dengan lelaki yang menikahinya tanpa ada pembagian harta hono gini dan ia juga tak bisa menuntut karena pernikahan mereka hanya siri.

"Mak, piye to jare Mbah Jambrong, peket pelete tahan tekan mati, nembe rong sasi kok wis elik. Golek neh Mak lah, meng daerah kidul," ucap Tohir putra Sulung Nini Kesong.

"Wegah, kapok, isin. Ngetarani temen wong wadon ora laku."

"Halah, Mamak kie piye tho?"

"Ora usah protes, wedi aku diancem Sukir?"

Ya, Sukir memang telah mengancam Nini Kesong, ia akan memperkarakan pada polisi, jika Nini Kesong berulah lagi. Wanita paruh baya yang hanya mencicipi bangku SD itu, tentu saja langsung ciut nyalinya mendengar ancaman Sukur, terlebih dengan membawa-bawa nama Polisi.

****
Kasus Haji Dulah memang sudah selesai, tetapi Sukir masih enggan kembali ke Jakarta. Pemuda yang selama ini hidup di kota itu terlihat semakin betah tinggal di kampung. Wajah rupawan serta nama keluarga di belakangnya membuat Sukir laksana artis. Ia terkenal dan banyak dipuja para gadis di kampung hingga membuatnya besar kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun