"Nek percoyo sing nggawe mari iku koncomu, podo wae iku musyrik."
"Gak gitu Bi, wasilah lan syariate sing ora ngelanggar agama maksude loh."
"Yo wis, karepmu."
****
Deni teman Sukir, sepengetahuannya suka mengobati orang kesurupan. Meski sulit untuk mempercayainya, namun pemuda itu tak punya pilihan.
"Begitulah ceritanya Den, gimana menurutmu?" tutur Sukir pada Deni sahabatnya.
"Ente bawa ke guru ane aja, rumahnya masih di daerah situ kok, nanti ane WA alamatnya,"
Akhirnya dengan bantuan Kirno, Sukir menemukan rumah Gus Anam yang tak lain adalah guru Deni sahabat Sukur. Beruntung rumahnya masih satu daerah.
Di luar bayangan Sukir, ternyata rumah Gus Anam, tidaklah seperti di TV yang menampilkan adegan-adegan mistis. Ruang tamu yang lumayan luas, dan bergaya modern, hiasan kaligrafi nampak tergantung cantik menghiasi dinding ruang tamu.
"Silahkan duduk, Nak." Gus Anam mempersilahkan Sukir yang tak lepas menjegal tangan Haji Dullah dibantu Kirno pamannya.
Setelah sebelumnya Sukir memberi obat penenang agar Haji Dullah mengantuk dan mudah untuk dibawa. Â Mungkin juga karena kelelahan akhirnya tertidur di kursi.
"Nak kamu tahu apa itu pelet?" tanya Gus Anam. Sukir menggeleng takdzim.
"Pelet itu ilmu ghaib yang mempengaruhi alam bawah sadar seseorang untuk mencintai orang yang memberi mantra pelet." Gus Anam menjelaskan.