Tak ada yang pasti
(“Aku Ingin Engkau Menjadi Perempuan Sejati”)
Apa yang akan terjadi pada lautan dan bahtera?
Apa yang akan terjadi pada kejora?
Apa yang akan terjadi pada peradaban dan juga kota?
(“Apa?”)
Aku lukis di atas kanvas
Aku lukis di atas kaca
Aku lukis pada hujan, lautan, dan catatan malam
(“Sajak Cinta 1980”)
Tak perlu diragukan, kumpulan puisi ini mampu memperkaya wawasan kita terhadap khazanah sastra Timur yang tentu mempengaruhi khazanah sastra kita. “Begitulah, Kutulis Sejarah Para Perempuan”, Nizar Qabbani dengan sajak-sajaknya mengajak kita untuk bijak memahami naluri perempuan sebagai bukan hanya perempuan. Namun seseorang yang mulia, agung, dan harum. Bukan hanya harum, tapi semerbak. Maka bilamana menemui fakta negatif yang mengatasnamakan perempuan, sajak Nizar berujar sebagaimana aku lirik sedang memproklamirkan gejolak batinnya yang menyangkal ketidakadilan. Sebagai bukti, simak cuplikan puisi Nizar berikut: