Mohon tunggu...
Mutia
Mutia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya menyukai Langit luas dan berkebun. Saya suka memandang Langit yang dipenuhi kerlap-kerlip Bintang dan sinar terang Bulan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antarmateri Modul 3.1

26 April 2023   01:58 Diperbarui: 26 April 2023   02:01 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesimpulan akhir dari modul 3.1 dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah bahwa guru sebagai pemimpin pembelajaran akan mengambil atau ikut andil dalam mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut dengan pembelajaran dan juga hal-hal lain yang berada di lingkungan sekolah. Dalam pengambilan keputusan sangat penting untuk memperhatikan Pratap Triloka dari KHD yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Seorang pengambil keputusan harus memiliki aspek sosial emosional yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, interaksi sosial, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab yang baik. Keputusan yang diambil harus berpihak kepada murid dan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal. Hal ini sesuai dengan peran dan nilai-nilai guru penggerak yang harus selalu berpihak kepada murid dan selalu mengutamakan murid dalam kondisi apapun. Keputusan dalam memberikan pembelajaran yang sesuai dengan potensi siswa dapat diberikan dengan menggunakan pembelajaran berdiferensiasi yang dapat berupa differensiasi konten, proses, atau produk. Sebelum memberikan pembelajaran berdifferensiasi kepada siswa, maka guru harus mengetahui profil belajar siswa yang dapat diketahui dengan banyak cara. Keputusan untuk melakukan pembelajaran berdifferensiasi sesuai dengan pemikiran KHD bahwa setiap anak berbeda sehingga harus diperlakukan secara berbeda pula. Praktik coaching   sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan terutama dalam pembelajaran di kelas. Dengan adanya praktik  coaching guru dapat berbagi dengan coach sehingga dapat mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk mengambil suatu keputusan yang paling bijaksana yang berpihak kepada siswa. Pengambilan keputusan yang tepat yang telah dilakukan pengujian akan efektif dan menciptakan suasana nyaman, aman , dan kondusif apabila dapat dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab. Setiap orang selama hidupnya akan mengambil banyak keputusan, sehingga pengambilan keputusan ini menjadi hal yang sangat penting dalam hidup seseorang. Keputusan yang tepat yang dijalankan dengan benar akan menghasilkan budaya positif bagi lingkungan sekolah. Jangan ragu atau bimbang dalam mengambil keputusan.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?


Menurut saya pemahaman saya terhadap konsep-konsep yang dipelajari dalam modul 3.1 ini sudah sangat baik. Hal ini terbukti dengan penyelesaian kasus-kasus yang ada pada LMS yang telah saya selesaikan dengan baik, selain itu saya sudah bisa membedakan antara dilema etika dan bujukan moral. Saya juga sudah dapat membedakan situasi dilema etika berdasarkan kategorinya.  Selain itu ada tiga prinsip yang dapat kita ambil yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Untuk memandu dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral yang membingungkan, ada sembilan (9) langkah yang dapat dilakukan, yaitu :

  • Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

Mengapa langkah ini penting untuk Anda lakukan? Pertama, penting bagi kita untuk mengidentifikasi masalah yang sedang kita hadapi, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama. Kedua, penting bagi kita untuk memastikan bahwa masalah yang kita hadapi memang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan sekedar masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial. Tidak mudah untuk bisa mengenali hal ini. Kalau kita terlalu berlebihan, kita bisa terjebak dalam situasi seolah-olah kita terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan kesalahan-kesalahan kecil. Sebaliknya bila kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika dalam masalah yang sedang kita hadapi..

  • Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi yang sedang kita hadapi, pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Bukan berarti kalau permasalahan tersebut bukan dilema kita, maka kita menjadi tidak peduli. Karena kalau permasalahan ini sudah menyangkut aspek moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.

  • Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

Proses pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail; apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data tersebut penting karena dilema etika tidak bersifat teoritis, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang mempengaruhi situasi tersebut, sehingga data yang detail akan menjelaskan alasan seseorang melakukan sesuatu dan bisa juga mencerminkan kepribadian seseorang dalam situasi tersebut. Kita juga harus bisa menganalisis hal-hal apa saja yang potensial yang bisa terjadi di waktu yang akan datang.

  • Pengujian benar atau salah

Uji Legal

Pertanyaan penting di uji ini adalah apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi itu? Bila jawabannya adalah iya, maka situasi yang ada bukanlah antara benar lawan benar (dilema etika), namun antara benar lawan salah (bujukan moral). Keputusan yang harus diambil dalam situasi adalah pilihan antara mematuhi hukum atau tidak, dan keputusan ini bukan keputusan yang berhubungan dengan moral.

Uji Regulasi/Standar Profesional

Bila situasi yang dihadapi adalah dilema etika, dan tidak ada aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mari kita uji, apakah ada pelanggaran peraturan atau kode etik di dalamnya. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.

Uji Intuisi

Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini. Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.

Uji Publikasi

Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan di media cetak maupun elektronik dan menjadi viral di media sosial. Sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi publik? Coba Anda bayangkan bila hal itu terjadi. Bila Anda merasa tidak nyaman kemungkinan besar Anda sedang menghadapi benar situasi benar lawan salah atau bujukan moral.

Uji Panutan/Idola

Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda.

Yang perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu:

Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.

Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir.

Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (CareBased Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain.

Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil resiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Anda karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral.

  • Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
  • Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi yang sedang Anda hadapi ini? -

Individu lawan masyarakat (individual vs community)

Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

  • Pentingnya mengidentifikasi paradigma ini, bukan hanya mengelompokkan permasalahan, namun membawa penajaman bahwa situasi yang Anda hadapi betulbetul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.
  • Melakukan Prinsip Resolusi

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?

Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

  • Investigasi Opsi Trilema Dalam mengambil keputusan, seringkali ada 2 pilihan yang bisa kita pilih. Terkadang kita perlu mencari opsi di luar dari 2 pilihan yang sudah ada.

Kita bisa bertanya pada diri kita, apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah. Itulah yang dinamakan investigasi opsi trilema.

  • Buat Keputusan Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan Ketika keputusan sudah diambil.

Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.

Perlu kita ingat bahwa 9 langkah pengambilan keputusan ini adalah panduan, bukan sebuah metode yang kaku dalam penerapannya.

Pengambilan keputusan ini juga merupakan keterampilan yang harus diasah agar semakin baik. Semakin sering kita berlatih menggunakannya, kita akan semakin terampil dalam pengambilan keputusan. Hal yang penting dalam pengambilan keputusan adalah sikap yang bertanggung jawab dan mendasarkan keputusan pada nilai-nilai kebajikan universal.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah, siswa kami yang sudah kelas 12 tidak seharusnya diluluskan berdasarkan peraturan yang ada, namun karena mengingat masa depannya dan juga keadaan keluarganya maka diluluskan juga. Bedanya dengan yang saya pelajari dalam modul ini adalah bahwa dalam pengambilan keputusan harus dilakukan pengujian terhadap keputusan yang diambil terlebih dahulu. Jika keputusan itu tidak lulus 1 (satu) atau 2 (dua) dari 3 (tiga) uji yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan maka sebaiknya keputusan tersebut tidak diambil, karena terlalu beresiko. Hal yang kami lakukan adalah mengambil keputusan tanpa menguji terlebih dahulu. Akibatnya tersisa pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab dan akibat negatif dari keputusan tersebut sudah mulai nampak pada siswa lain.

Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

 Dampak dari mempelajari modul ini pada diri saya adalah saya sekarang menyadari bahwa terdapat pengujian-pengujian yang harus dilakukan sebelum mengambil keputusan yang berguna supaya keputusan yang diambil benar-benar berpihak kepada murid dan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal. Pada awal mempelajari modul ini saya merasa jenuh dengan banyaknya kasus dan merasa bahwa ini adalah tugas kepala sekolah, karena pada kebanyakan kasus ada kepala sekolah yang akan mengambil keputusan, sedangkan saya sendiri belum berminat menjadi kepala sekolah. Namun, dengan mendalami modul ini saya menyadari bahwa mengambil keputusan adalah hal wajib bagi setiap orang terutama seorang guru yang merupakan pemimpin pembelajaran. Tidak harus menjadi kepala sekolah untuk mengambil keputusan. saya menjadi suka dalam mempelajari kasus-kasus yang berasal dari pengalaman teman-teman calon guru penggerak, karena kebanyakan mirip, namun dapat berbeda dalam penyelesaian.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun