Mohon tunggu...
Mutia
Mutia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya menyukai Langit luas dan berkebun. Saya suka memandang Langit yang dipenuhi kerlap-kerlip Bintang dan sinar terang Bulan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antarmateri Modul 3.1

26 April 2023   01:58 Diperbarui: 26 April 2023   02:01 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


3.1.a.8. Koneksi Antarmateri Modul 3.1 “Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran”

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Setiap keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran haruslah berpihak kepada siswa dan mengandung nilai-nilai kebajikan universal yang diakui oleh semua orang. Filosofi filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. semboyan tersebut artinya adalah "di depan memberi teladan", "di tengah membangun motivasi", dan "di belakang memberikan dukungan". Dalam mengambil keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus mampu memberi teladan yang baik dengan cara mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai kebajikan yang berlaku dan tentu saja peraturan-peraturan dan tata tertib yang berlaku serta telah disepakati bersama. Guru tidak boleh mengambil keputusan dengan tergesa-gesa dan tanpa memikirkan akibat dari keputusan yang telah diambil. Hasil keputusan harus dapat menjadi teladan yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi orang-orang yang membutuhkan. Hal ini sesuai dengan salah satu Pratap Triloka yaitu  Ing ngarso sung tuladha (di depan memberi teladan). Untuk mengambil keputusan diperlukan keberanian, kepercayaan diri yang kuat, optimis, teguh pendirian, dan selalu mementingkan kepentingan siswa dalam segala hal. Sikap-sikap ini sangat diperlukan untuk mengambil sebuah keputusan dan menghadapi akibat yang akan dihasilkan dari keputusan tersebut. Tidak boleh ada keragu-raguan dalam sebuah keputusan. Segala akibat dari keputusan yang dibuat harus difikirkan dengan baik, supaya tidak ada pihak yang dirugikan, apalagi jika pihak yang dirugikan itu adalah siswa. Tidak ada keputusan yang dapat mengakomodir kepentingan dari setiap pihak, oleh karena itu seorang guru harus dapat mengambil keputusan yang menimbulkan efek buruk paling sedikit. Pada kegiatan ini guru telah menempatkan filosofi ing madya mangun karsa (di tengah membangun motivasi). Dalam mengambil keputusan guru harus dapat memotivasi demi keputusan yang terbaik yang dapat diambil setelah dilakukan pengujian suatu keputusan. Kaitan Tut wuri handayani (di belakang memberikan dukungan) dengan pengambilan keputusan adalah bahwa guru sebagai pemimpin pembelajaran tidak selalu berada di depan, namun sering juga berada di belakang. Guru memberikan dorongan kepada seluruh pihak sekolah untuk dapat mengambil keputusan yang baik dan menjalankan keputusan tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab. Jika berada di belakang layer ketika pengambilan keputusan maka guru dapat membantu menjalankan keputusan yang telah diambil dengan penuh rasa tanggung jawab dan tidak menjadi pihak yang kontra yang akan membuat kegaduhan-kegaduhan yang tidak perlu, kecuali apabila sebuah keputusan yang diambil adalah keputusan instan yang merugikan banyak pihak apalagi jika yang dirugikan adalah siswa maka guru sebagai pihak yang memberi teladan, motivasi, dan dorongan harus berusaha menanggulangi efek dari keputusan tersebut supaya tidak merugikan siswa dengan berbagai cara yang sesuai dengan nilai-nilai kebajikan yang disepakati bersama.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Kebanyakan orang memutuskan suatu masalah berdasarkan nilai-nilai yang ada pada dirinya. Nilai-nilai yang tertanam pada diri kita sangat berpengaruh terhadap prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Seseorang yang sangat menjunjung nilai-nilai kasih sayang akan banyak menggunakan kasih saying dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai yang ada dalam diri mempengaruhi prinsip-prinsip pengambilan keputusan dengan menyentuh rasa yang ada pada diri kita. Terutama dalam dunia Pendidikan sering sekali perasaan mempengaruhi sebuah keputusan. Seperti siswa yang seharusnya tidak naik kelas, namun karena kasihan dinaikkan kelasnya. Nilai-nilai ini terutama sangat berpengaruh ketika sebagai pengambil keputusan kita belum mempelajari tentang pengambilan keputusan seperti yang ada pada modul 3.1 dan belum berpengalaman mengambil keputusan. Kondisi demikian membuat kita akan mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai yang ada pada diri kita. Namun, setelah memperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang pengambilan keputusan terutama dalam pembelajaran maka nilai-nilai yang ada dalam diri kita akan bersanding dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah kita peroleh akan mempengaruhi prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil berdasarkan nilai-nilai yang tertanam dalam diri yang dipadukan dengan pengalaman dan pengetahuan tentang pengambilan keputusan akan menghasilkan keputusan yang lebih baik.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kami sangat membantu dalam pembelajaran  pengambilan keputusan. kegiatan coaching telah memberi banyak perubahan pada pemikiran saya sehingga lebih terbuka. Pengambilan keputusan pada proses coaching dilakukan oleh coachee, sedangkan coach  hanya membantu sebagai pendengar yang memberikan pertanyaan-pertanyaan berbobot kepada coachee untuk menemukan kekuatan diri coachee untuk menyelesaikan masalah dan mengambil kesimpulan. Keputusan yang diambil sebahagian besar sudah efektif, karena telah berpihak kepada siswa dan terdapat nilai-nilai kebajikan yang yang telah disepakati bersama serta telah melewati pengujian sesuai dengan yang telah dipelajari. Namun, masih ada pertanyaan seperti “bagaimana jika hal ini terjadi lagi di masa yang akan datang? Dapatkah keputusan yang sama diambil?” terkadang walau sudah melakukan pengujian juga masih menyisakan pertanyaan-pertanyaan karena terlalu banyak pertimbangan. Padahal, seorang pengambil keputusan tidak boleh ragu-ragu ataupun terlalu banyak melibatkan perasaan, karena pengambilan sebuah keputusan telah diikuti oleh pengujian terhadap keputusan tersebut yang seharusnya sudah sesuai harapan serta tidak boleh berharap akan dapat memuaskan semua pihak, karena hal itu sulit terjadi. Sesi coaching telah sangat membantu terutama terhadap perasaan-perasaan merasa ada yang kurang dalam keputusan tersebut. Berbicara dengan orang lain dapat membuka pikiran dan membantu membuka jalan fikiran yang buntu.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

 

Dilema etika termasuk suatu kesulitan bagi seorang pemimpin pembelajaran, karena akan mudah memilih antara benar dan salah, namun jika berhubungan dengan benar dan benar maka akan menimbulkan dilema bagi diri seorang guru. Untuk keluar dari dilema ini diperlukan kompetensi sosial emosial yang baik. Guru harus memiliki kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness), kemampuan berinteraksi sosial (relationship skills), pengambilan keputusan bertanggung jawab (responsible decision-making) yang baik supaya dapat menjadi pemimpin pembelajaran yang baik pula. Kemampuan guru dalam mengambil keputusan sangat dipengaruhi oleh aspek sosial emosionalnya, terutama masalah dilema etika. Pada saat mengambil keputusan guru harus memiliki kesadaran diri dengan hadir secara penuh dalam pengambilan keputusan dan benar-benar mengetahui masalah tersebut dengan teliti sehingga dapat diambil suatu kesimpulan yang baik bagi siswa. Pengelolaan diri dan kesadaran sosial akan membuat seorang guru dapat mengelola dirinya dengan baik sehingga tidak mudah marah dan terperangkap dalam situasi yang tidak menguntungkan atau termakan omongan yang belum tentu kebenarannya. Kesadaran sosial dan kemampuan berinteraksi sosial membuat seorang guru dapat berinteraksi dengan orang lain terutama pihak-pihak terkait, sehingga dalam pengambilan keputusan akan mendapatkan dukungan dan bantuan serta ide-ide baru dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang telah diambil harus dapat dipertanggung jawabkan sehingga kemampuan pengambilan keputusan bertanggung jawab (responsible decision-making) sangat diperlukan oleh seorang pemimpin pembelajaran dalam menjalankan tugasnya. Setiap saat dalam tugasnya seorang guru harus mengambil sebuah keputusan baik skala kecil ataupun besar. Setelah mengambil keputusan tersebut maka selanjutnya adalah mempertanggung jawabkannya dengan bijaksana.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun