Mohon tunggu...
Mutia
Mutia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya menyukai Langit luas dan berkebun. Saya suka memandang Langit yang dipenuhi kerlap-kerlip Bintang dan sinar terang Bulan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antarmateri Modul 3.1

26 April 2023   01:58 Diperbarui: 26 April 2023   02:01 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth


3.1.a.8. Koneksi Antarmateri Modul 3.1 “Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran”

Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Setiap keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran haruslah berpihak kepada siswa dan mengandung nilai-nilai kebajikan universal yang diakui oleh semua orang. Filosofi filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. semboyan tersebut artinya adalah "di depan memberi teladan", "di tengah membangun motivasi", dan "di belakang memberikan dukungan". Dalam mengambil keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran guru harus mampu memberi teladan yang baik dengan cara mengambil keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai kebajikan yang berlaku dan tentu saja peraturan-peraturan dan tata tertib yang berlaku serta telah disepakati bersama. Guru tidak boleh mengambil keputusan dengan tergesa-gesa dan tanpa memikirkan akibat dari keputusan yang telah diambil. Hasil keputusan harus dapat menjadi teladan yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi orang-orang yang membutuhkan. Hal ini sesuai dengan salah satu Pratap Triloka yaitu  Ing ngarso sung tuladha (di depan memberi teladan). Untuk mengambil keputusan diperlukan keberanian, kepercayaan diri yang kuat, optimis, teguh pendirian, dan selalu mementingkan kepentingan siswa dalam segala hal. Sikap-sikap ini sangat diperlukan untuk mengambil sebuah keputusan dan menghadapi akibat yang akan dihasilkan dari keputusan tersebut. Tidak boleh ada keragu-raguan dalam sebuah keputusan. Segala akibat dari keputusan yang dibuat harus difikirkan dengan baik, supaya tidak ada pihak yang dirugikan, apalagi jika pihak yang dirugikan itu adalah siswa. Tidak ada keputusan yang dapat mengakomodir kepentingan dari setiap pihak, oleh karena itu seorang guru harus dapat mengambil keputusan yang menimbulkan efek buruk paling sedikit. Pada kegiatan ini guru telah menempatkan filosofi ing madya mangun karsa (di tengah membangun motivasi). Dalam mengambil keputusan guru harus dapat memotivasi demi keputusan yang terbaik yang dapat diambil setelah dilakukan pengujian suatu keputusan. Kaitan Tut wuri handayani (di belakang memberikan dukungan) dengan pengambilan keputusan adalah bahwa guru sebagai pemimpin pembelajaran tidak selalu berada di depan, namun sering juga berada di belakang. Guru memberikan dorongan kepada seluruh pihak sekolah untuk dapat mengambil keputusan yang baik dan menjalankan keputusan tersebut dengan penuh rasa tanggung jawab. Jika berada di belakang layer ketika pengambilan keputusan maka guru dapat membantu menjalankan keputusan yang telah diambil dengan penuh rasa tanggung jawab dan tidak menjadi pihak yang kontra yang akan membuat kegaduhan-kegaduhan yang tidak perlu, kecuali apabila sebuah keputusan yang diambil adalah keputusan instan yang merugikan banyak pihak apalagi jika yang dirugikan adalah siswa maka guru sebagai pihak yang memberi teladan, motivasi, dan dorongan harus berusaha menanggulangi efek dari keputusan tersebut supaya tidak merugikan siswa dengan berbagai cara yang sesuai dengan nilai-nilai kebajikan yang disepakati bersama.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Kebanyakan orang memutuskan suatu masalah berdasarkan nilai-nilai yang ada pada dirinya. Nilai-nilai yang tertanam pada diri kita sangat berpengaruh terhadap prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Seseorang yang sangat menjunjung nilai-nilai kasih sayang akan banyak menggunakan kasih saying dalam pengambilan keputusan. Nilai-nilai yang ada dalam diri mempengaruhi prinsip-prinsip pengambilan keputusan dengan menyentuh rasa yang ada pada diri kita. Terutama dalam dunia Pendidikan sering sekali perasaan mempengaruhi sebuah keputusan. Seperti siswa yang seharusnya tidak naik kelas, namun karena kasihan dinaikkan kelasnya. Nilai-nilai ini terutama sangat berpengaruh ketika sebagai pengambil keputusan kita belum mempelajari tentang pengambilan keputusan seperti yang ada pada modul 3.1 dan belum berpengalaman mengambil keputusan. Kondisi demikian membuat kita akan mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai yang ada pada diri kita. Namun, setelah memperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang pengambilan keputusan terutama dalam pembelajaran maka nilai-nilai yang ada dalam diri kita akan bersanding dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah kita peroleh akan mempengaruhi prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil berdasarkan nilai-nilai yang tertanam dalam diri yang dipadukan dengan pengalaman dan pengetahuan tentang pengambilan keputusan akan menghasilkan keputusan yang lebih baik.

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kami sangat membantu dalam pembelajaran  pengambilan keputusan. kegiatan coaching telah memberi banyak perubahan pada pemikiran saya sehingga lebih terbuka. Pengambilan keputusan pada proses coaching dilakukan oleh coachee, sedangkan coach  hanya membantu sebagai pendengar yang memberikan pertanyaan-pertanyaan berbobot kepada coachee untuk menemukan kekuatan diri coachee untuk menyelesaikan masalah dan mengambil kesimpulan. Keputusan yang diambil sebahagian besar sudah efektif, karena telah berpihak kepada siswa dan terdapat nilai-nilai kebajikan yang yang telah disepakati bersama serta telah melewati pengujian sesuai dengan yang telah dipelajari. Namun, masih ada pertanyaan seperti “bagaimana jika hal ini terjadi lagi di masa yang akan datang? Dapatkah keputusan yang sama diambil?” terkadang walau sudah melakukan pengujian juga masih menyisakan pertanyaan-pertanyaan karena terlalu banyak pertimbangan. Padahal, seorang pengambil keputusan tidak boleh ragu-ragu ataupun terlalu banyak melibatkan perasaan, karena pengambilan sebuah keputusan telah diikuti oleh pengujian terhadap keputusan tersebut yang seharusnya sudah sesuai harapan serta tidak boleh berharap akan dapat memuaskan semua pihak, karena hal itu sulit terjadi. Sesi coaching telah sangat membantu terutama terhadap perasaan-perasaan merasa ada yang kurang dalam keputusan tersebut. Berbicara dengan orang lain dapat membuka pikiran dan membantu membuka jalan fikiran yang buntu.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

 

Dilema etika termasuk suatu kesulitan bagi seorang pemimpin pembelajaran, karena akan mudah memilih antara benar dan salah, namun jika berhubungan dengan benar dan benar maka akan menimbulkan dilema bagi diri seorang guru. Untuk keluar dari dilema ini diperlukan kompetensi sosial emosial yang baik. Guru harus memiliki kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness), kemampuan berinteraksi sosial (relationship skills), pengambilan keputusan bertanggung jawab (responsible decision-making) yang baik supaya dapat menjadi pemimpin pembelajaran yang baik pula. Kemampuan guru dalam mengambil keputusan sangat dipengaruhi oleh aspek sosial emosionalnya, terutama masalah dilema etika. Pada saat mengambil keputusan guru harus memiliki kesadaran diri dengan hadir secara penuh dalam pengambilan keputusan dan benar-benar mengetahui masalah tersebut dengan teliti sehingga dapat diambil suatu kesimpulan yang baik bagi siswa. Pengelolaan diri dan kesadaran sosial akan membuat seorang guru dapat mengelola dirinya dengan baik sehingga tidak mudah marah dan terperangkap dalam situasi yang tidak menguntungkan atau termakan omongan yang belum tentu kebenarannya. Kesadaran sosial dan kemampuan berinteraksi sosial membuat seorang guru dapat berinteraksi dengan orang lain terutama pihak-pihak terkait, sehingga dalam pengambilan keputusan akan mendapatkan dukungan dan bantuan serta ide-ide baru dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang telah diambil harus dapat dipertanggung jawabkan sehingga kemampuan pengambilan keputusan bertanggung jawab (responsible decision-making) sangat diperlukan oleh seorang pemimpin pembelajaran dalam menjalankan tugasnya. Setiap saat dalam tugasnya seorang guru harus mengambil sebuah keputusan baik skala kecil ataupun besar. Setelah mengambil keputusan tersebut maka selanjutnya adalah mempertanggung jawabkannya dengan bijaksana.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik dengan cara mengingat kembali nilai-nilai kebajikan universal yang telah dibahas pada modul sebelumnya. Nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik harus sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal yang berlaku secara universal dan berpihak kepada murid. Studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika dapat dipecahkan dengan menerapkan 9 (sembilan) pengujian keputusan, pengujian paradigma benar lawan benar, menerapkan salah satu prinsip resolusi dengan keberpihakan kepada murid berdasarkan nilai-nilai kebajikan universal. Yang pertama sekali kita harus mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan, kemudian menentukan pihak-pihak yang terlibat, lalu kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini, lalu lakukan pengujian benar atau salah. Tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu : uji intuisi, uji publikasi, dan uji panutan/idola. Apabila situasi dilema etika gagal pada salah satu uji atau lebih parah lagi dengan dua (2) uji maka sebaiknya tidak mengambil resiko dengan mengambil keputusan tersebut. Kemudian tentukan paradigma benar lawan benar yang digunakan, kemudian lakukan prinsip resolusi, lalu investigasi opsi trilemma jika ada, kemudian buat keputusan. Setelah membuat keputusan lihat lagi keputusan tersebut dan refleksikan. Sangat penting disini untuk memiliki aspek sosial emosional, karena sebuah keputusan yang baik hanya dapat diputuskan oleh orang-orang yang memiliki aspek sosial emosional yang baik.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Keputusan yang tepat adalah keputusan yang berpihak kepada siswa dan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal setelah dilakukan pengujian. Keputusan yang tepat akan melahirkan akibat buruk yang sangat minimal. Karena setiap keputusan tidak mungkin seratus persen tepat, selalu ada celah dimana sebuah keputusan akan membuat ada pihak yang merasa dirugikan. Keputusan yang tepat akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman dengan cara melaksanakan keputusan tersebut dengan bertanggung jawab sesuai dengan aspek sosial emosional pengambilan keputusan bertanggung jawab (responsible decision-making). Jika hanya sebuah keputusan yang baik, namun tidak dilaksanakan dengan baik maka akan sia-sia saja. Pelaksanaan keputusan membutuhkan kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, dan interaksi sosial. Lingkungan  yang positif, kondusif, aman dan nyaman tidak dapat dihasilkan oleh keputusan yang hanya dilaksanakan oleh satu atau sebahagian kecil orang, namun harus dilaksanakan oleh seluruh atau sebahagian besar warga sekolah. Misalnya telah diputuskan bahwa setiap warga sekolah tidak boleh membuang sampah sembarangan, maka jika semua warga sekolah melaksanakannya akan tercipta lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Namun, jika keputusan yang sama tidak dilaksanakan maka tidak akan tercipta lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan-tantangan dalam menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika  tentu saja ada. Tantangan itu dapat berasal dari dalam ataupun dari luar. Salah satunya saya fikir berkaitan dengan Perubahan paradigma di lingkungan saya yang telah menganggap bahwa membawa HP ke sekolah bukan lagi masalah yang patut diambil Tindakan tegas seperti mengamankan HP tersebut selama 3 (tiga) bulan. Dahulu, jika kedapatan membawa HP ke sekolah maka akan disimpan di sekolah selama 3 (tiga) bulan. Setelah diterapkan tidak ada masalah yang berarti, walaupun ada yang meminta dikembalikan segera namun dengan penjelasan dari pihak sekolah mereka akan mengerti. Sekarang, setelah HP disita mereka maunya langsung dikembalikan. Mereka melakukan berbagai cara, bahkan dengan kekerasan secara verbal dan terus memaksa dengan terus mengikuti guru yang memegang HP tersebut. Namun, setiap tantangan kan menjadi cambuk untuk terus menjadi lebih baik lagi di masa yang akan datang. Kolaborasi dengan teman sejawat dan warga sekolah sangat penting untuk mengatasi berbagai tantangan yang akan terus ada dan berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Tidak ada tantangan yang dapat dihadapi sendiri, kebersamaan akan membuat tantangan yang ada menjadi bagian yang akan memajukan diri.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

 

Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran haruslah berpihak kepada murid. Keberpihakan kepada murid ini sesuai dengan filosofi Ki Hadjar Dewantara yang mengatakan bahwa guru hanya menuntun siswa supaya menjadi manusia yang merdeka bahagia lahir dan batin. Pengajaran yang memerdekakan murid adalah pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa berdasarkan kodrat alam dan kodrat zamannya. Setiap siswa mempunyai kebutuhan belajar yang berbeda, karena sesuai pemikiran KHD bahwa siswa berbeda-beda dan tidak dapat diperlakukan sama yang dimisalkan dengan tanaman. Jagung harus dibudidayakan layaknya jagung yang berbeda dengan padi dan tidak bisa disamakan cara pengurusannya. Potensi murid yang berbeda-beda dapat membuat pembelajaran yang dilakukan harus dibedakan sesuai dengan kebutuhan siswa dengan melakukan pembelajaran berdifferensiasi. Pembelajaran berdifferensiasi dapat dilakukan dengan differensiasi konten, proses, dan produk. Pembelajaran disesuaikan dengan profil belajar murid yang telah diobservasi terlebih dahulu, sehingga dapat diketahui potensi dan cara belajar dari murid tersebut. Anak audiovisual tidak bisa disamakan dengan anak yang kinestetik, karena cara belajar mereka yang berbeda. Seorang guru harus dapat mengenal siswanya dengan baik sehingga dapat mengetahui profil belajar siswa tersebut sehingga dapat diketahui pembelajaran yang tepat yang dapat diberikan. Untuk mengetahui profil belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti observasi menyeluruh, kunjungan rumah, menanyakan kepada guru-guru lain, melihat kecendrungan nilai yang diperoleh, dan lain sebagainya.  

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Saya pernah membaca sebuah kata Mutiara "Guru biasa memberitahukan, Guru baik menjelaskan, Guru ulung memeragakan, Guru hebat mengilhami." Seorang guru seharusnya dapat menginspirasi murid-muridnya untuk menjadi lebih baik. Namun, menginspirasi bukanlah pekerjaan yang mudah. Padahal, jika seorang murid terinspirasi maka ia akan dapat melakukan yang terbaik untuk hidupnya. Keputusan seorang guru dapat mempengaruhi kehidupan siswa dengan cara memberi teladan, memotivasi, dan memberi dorongan sesuai dengan pratap triloka Ki Hadjar Dewantara. Seorang anak dapat bercita-cita menjadi guru karena melihat gurunya yang telah mengilhaminya atau seorang anak menjadi dokter karena motivasi dan dorongan dari gurunya yang mengetahui kemampuannya. Guru sangat besar pengaruhnya terhadap masa depan siswa, tidak jarang siswa berkonsultasi dengan gurunya terkait masa depannya dengan menanyakan pengalaman dan arahan dari guru. Guru bukan hanya mengajar saja, namun juga penunjuk jalan bagi masa depan siswanya. Keputusan guru yang memberi nilai rendah kepada siswa yang mampu secara akademik akan membuat siswa tersebut kebanyakan akan balik membenci guru tersebut sekaligus dengan mata pelajaran yang diampunya yang menyebabkan ia selamanya akan mengingat hal tersebut sehingga akan diceritakan kepada anak cucunya dan menimbulkan kekecewaan yang mendalam pada dirinya.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir dari modul 3.1 dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah bahwa guru sebagai pemimpin pembelajaran akan mengambil atau ikut andil dalam mengambil keputusan-keputusan yang menyangkut dengan pembelajaran dan juga hal-hal lain yang berada di lingkungan sekolah. Dalam pengambilan keputusan sangat penting untuk memperhatikan Pratap Triloka dari KHD yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani. Seorang pengambil keputusan harus memiliki aspek sosial emosional yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, interaksi sosial, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab yang baik. Keputusan yang diambil harus berpihak kepada murid dan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal. Hal ini sesuai dengan peran dan nilai-nilai guru penggerak yang harus selalu berpihak kepada murid dan selalu mengutamakan murid dalam kondisi apapun. Keputusan dalam memberikan pembelajaran yang sesuai dengan potensi siswa dapat diberikan dengan menggunakan pembelajaran berdiferensiasi yang dapat berupa differensiasi konten, proses, atau produk. Sebelum memberikan pembelajaran berdifferensiasi kepada siswa, maka guru harus mengetahui profil belajar siswa yang dapat diketahui dengan banyak cara. Keputusan untuk melakukan pembelajaran berdifferensiasi sesuai dengan pemikiran KHD bahwa setiap anak berbeda sehingga harus diperlakukan secara berbeda pula. Praktik coaching   sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan terutama dalam pembelajaran di kelas. Dengan adanya praktik  coaching guru dapat berbagi dengan coach sehingga dapat mengeluarkan kemampuan terbaiknya untuk mengambil suatu keputusan yang paling bijaksana yang berpihak kepada siswa. Pengambilan keputusan yang tepat yang telah dilakukan pengujian akan efektif dan menciptakan suasana nyaman, aman , dan kondusif apabila dapat dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab. Setiap orang selama hidupnya akan mengambil banyak keputusan, sehingga pengambilan keputusan ini menjadi hal yang sangat penting dalam hidup seseorang. Keputusan yang tepat yang dijalankan dengan benar akan menghasilkan budaya positif bagi lingkungan sekolah. Jangan ragu atau bimbang dalam mengambil keputusan.

Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?


Menurut saya pemahaman saya terhadap konsep-konsep yang dipelajari dalam modul 3.1 ini sudah sangat baik. Hal ini terbukti dengan penyelesaian kasus-kasus yang ada pada LMS yang telah saya selesaikan dengan baik, selain itu saya sudah bisa membedakan antara dilema etika dan bujukan moral. Saya juga sudah dapat membedakan situasi dilema etika berdasarkan kategorinya.  Selain itu ada tiga prinsip yang dapat kita ambil yakni Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Untuk memandu dalam mengambil keputusan dan menguji keputusan yang akan diambil dalam situasi dilema etika ataupun bujukan moral yang membingungkan, ada sembilan (9) langkah yang dapat dilakukan, yaitu :

  • Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

Mengapa langkah ini penting untuk Anda lakukan? Pertama, penting bagi kita untuk mengidentifikasi masalah yang sedang kita hadapi, alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama. Kedua, penting bagi kita untuk memastikan bahwa masalah yang kita hadapi memang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan sekedar masalah yang berhubungan dengan sopan santun dan norma sosial. Tidak mudah untuk bisa mengenali hal ini. Kalau kita terlalu berlebihan, kita bisa terjebak dalam situasi seolah-olah kita terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita akan mempermasalahkan kesalahan-kesalahan kecil. Sebaliknya bila kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali aspek-aspek permasalahan etika dalam masalah yang sedang kita hadapi..

  • Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini.

Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral di situasi yang sedang kita hadapi, pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Bukan berarti kalau permasalahan tersebut bukan dilema kita, maka kita menjadi tidak peduli. Karena kalau permasalahan ini sudah menyangkut aspek moral, kita semua seharusnya merasa terpanggil.

  • Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini.

Proses pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail; apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data tersebut penting karena dilema etika tidak bersifat teoritis, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang mempengaruhi situasi tersebut, sehingga data yang detail akan menjelaskan alasan seseorang melakukan sesuatu dan bisa juga mencerminkan kepribadian seseorang dalam situasi tersebut. Kita juga harus bisa menganalisis hal-hal apa saja yang potensial yang bisa terjadi di waktu yang akan datang.

  • Pengujian benar atau salah

Uji Legal

Pertanyaan penting di uji ini adalah apakah ada aspek pelanggaran hukum dalam situasi itu? Bila jawabannya adalah iya, maka situasi yang ada bukanlah antara benar lawan benar (dilema etika), namun antara benar lawan salah (bujukan moral). Keputusan yang harus diambil dalam situasi adalah pilihan antara mematuhi hukum atau tidak, dan keputusan ini bukan keputusan yang berhubungan dengan moral.

Uji Regulasi/Standar Profesional

Bila situasi yang dihadapi adalah dilema etika, dan tidak ada aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mari kita uji, apakah ada pelanggaran peraturan atau kode etik di dalamnya. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus melindungi sumber beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.

Uji Intuisi

Langkah ini mengandalkan tingkatan perasaan dan intuisi Anda dalam merasakan apakah ada yang salah dengan situasi ini. Apakah tindakan ini mengandung hal-hal yang akan membuat Anda merasa dicurigai. Uji intuisi ini akan mempertanyakan apakah tindakan ini sejalan atau berlawanan dengan nilai-nilai yang Anda yakini. Walaupun mungkin Anda tidak bisa dengan jelas dan langsung menunjuk permasalahannya ada di mana. Langkah ini, untuk banyak orang, sangat umum dan bisa diandalkan untuk melihat dilema etika yang melibatkan dua nilai yang sama-sama benar.

Uji Publikasi

Apa yang Anda akan rasakan bila keputusan ini dipublikasikan di media cetak maupun elektronik dan menjadi viral di media sosial. Sesuatu yang Anda anggap merupakan ranah pribadi Anda tiba-tiba menjadi konsumsi publik? Coba Anda bayangkan bila hal itu terjadi. Bila Anda merasa tidak nyaman kemungkinan besar Anda sedang menghadapi benar situasi benar lawan salah atau bujukan moral.

Uji Panutan/Idola

Dalam langkah ini, Anda akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh seseorang yang merupakan panutan Anda, misalnya ibu Anda. Tentunya di sini fokusnya bukanlah pada ibu Anda, namun keputusan apa yang kira-kira akan beliau ambil, karena beliau adalah orang yang menyayangi Anda dan orang yang sangat berarti bagi Anda.

Yang perlu dicatat dari kelima uji keputusan tadi, ada tiga uji yang sejalan dengan prinsip pengambilan keputusan yaitu:

Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking) yang tidak bertanya tentang konsekuensi tapi bertanya tentang prinsip-prinsip yang mendalam.

Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir.

Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (CareBased Thinking), dimana ini berhubungan dengan golden rule yang meminta Anda meletakkan diri Anda pada posisi orang lain.

Bila situasi dilema etika yang Anda hadapi, gagal di salah satu uji keputusan tersebut atau bahkan lebih dari satu, maka sebaiknya jangan mengambil resiko membuat keputusan yang membahayakan atau merugikan diri Anda karena situasi yang Anda hadapi bukanlah situasi moral dilema, namun bujukan moral.

  • Pengujian Paradigma Benar lawan Benar.
  • Dari keempat paradigma berikut ini, paradigma mana yang terjadi di situasi yang sedang Anda hadapi ini? -

Individu lawan masyarakat (individual vs community)

Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy)

Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty)

Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term)

  • Pentingnya mengidentifikasi paradigma ini, bukan hanya mengelompokkan permasalahan, namun membawa penajaman bahwa situasi yang Anda hadapi betulbetul mempertentangkan antara dua nilai-nilai inti kebajikan yang sama-sama penting.
  • Melakukan Prinsip Resolusi

Dari 3 prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai?

Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking)

Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking)

Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking)

  • Investigasi Opsi Trilema Dalam mengambil keputusan, seringkali ada 2 pilihan yang bisa kita pilih. Terkadang kita perlu mencari opsi di luar dari 2 pilihan yang sudah ada.

Kita bisa bertanya pada diri kita, apakah ada cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah. Itulah yang dinamakan investigasi opsi trilema.

  • Buat Keputusan Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk melakukannya.

Lihat lagi Keputusan dan Refleksikan Ketika keputusan sudah diambil.

Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.

Perlu kita ingat bahwa 9 langkah pengambilan keputusan ini adalah panduan, bukan sebuah metode yang kaku dalam penerapannya.

Pengambilan keputusan ini juga merupakan keterampilan yang harus diasah agar semakin baik. Semakin sering kita berlatih menggunakannya, kita akan semakin terampil dalam pengambilan keputusan. Hal yang penting dalam pengambilan keputusan adalah sikap yang bertanggung jawab dan mendasarkan keputusan pada nilai-nilai kebajikan universal.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah, siswa kami yang sudah kelas 12 tidak seharusnya diluluskan berdasarkan peraturan yang ada, namun karena mengingat masa depannya dan juga keadaan keluarganya maka diluluskan juga. Bedanya dengan yang saya pelajari dalam modul ini adalah bahwa dalam pengambilan keputusan harus dilakukan pengujian terhadap keputusan yang diambil terlebih dahulu. Jika keputusan itu tidak lulus 1 (satu) atau 2 (dua) dari 3 (tiga) uji yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan maka sebaiknya keputusan tersebut tidak diambil, karena terlalu beresiko. Hal yang kami lakukan adalah mengambil keputusan tanpa menguji terlebih dahulu. Akibatnya tersisa pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab dan akibat negatif dari keputusan tersebut sudah mulai nampak pada siswa lain.

Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

 Dampak dari mempelajari modul ini pada diri saya adalah saya sekarang menyadari bahwa terdapat pengujian-pengujian yang harus dilakukan sebelum mengambil keputusan yang berguna supaya keputusan yang diambil benar-benar berpihak kepada murid dan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal. Pada awal mempelajari modul ini saya merasa jenuh dengan banyaknya kasus dan merasa bahwa ini adalah tugas kepala sekolah, karena pada kebanyakan kasus ada kepala sekolah yang akan mengambil keputusan, sedangkan saya sendiri belum berminat menjadi kepala sekolah. Namun, dengan mendalami modul ini saya menyadari bahwa mengambil keputusan adalah hal wajib bagi setiap orang terutama seorang guru yang merupakan pemimpin pembelajaran. Tidak harus menjadi kepala sekolah untuk mengambil keputusan. saya menjadi suka dalam mempelajari kasus-kasus yang berasal dari pengalaman teman-teman calon guru penggerak, karena kebanyakan mirip, namun dapat berbeda dalam penyelesaian.

 

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sebagai individu saya tidak lepas dari pengambilan keputusan. Bahkan masalah memilih sepatu yang akan digunakanpun dapat menjadi pengambilan keputusan yang rumit karena berbagai hal. Sehingga menurut saya sangat penting untuk dapat mempelajari modul ini terutama dalam peran sebagai pemimpin pembelajaran. Dalam peran sebagai individu, pengambilan keputusan tidak berakibat kepada banyak orang. Namun, sebagai pemimpin pembelajaran akan berakibat pada masa depan dari siswa yang selalu harus diutamakan. Sehingga, keputusan yang diambil tidak boleh salah. Modul ini mengajari bagaimana mengambil keputusan yang tepat dan banyak pengalaman yang berharga yang dibagikan dalam mempelajari modul ini, sehingga modul ini menurut saya sangat penting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun