Ketika tubuh bocah itu berlalu, Sri pergi ke dapur menyiapkan sarapan dan bekal sekolah. Hari itu Sri memasak telor mata sapi dan dua bungkus mi instan goreng yang direbus.
Sulur-sulur matahari sudah tumbuh merajalela di angkasa. Burung-burung bercicit-cicit bersiap diri keluar dari pepohonan berdaun rimbun terbang mencari biji untuk mengisi temboloknya yang sudah mengkerut. Manusia-manusia mulai berhamburan menggeber knalpotnya menebarkan bau bensin yang pekat.
"Makan yang banyak supaya bisa fokus belajar di sekolah. Biar kamu pintar"
"Kenapa Andri harus pintar, Bu?"
"Kalau pintar bisa sekolah sampai perguruan tinggi"
"Terus?"
"Terus kamu bisa meraih cita-cita. Bukan kayak bapakmu yang SD saja tidak lulus. Cuma jadi nelayan dan mati sia-sia. Kamu mau mati di laut kayak Bapakmu?"
"Andri tidak mau jadi nelayan kayak Bapak."
"Bagus! Lalu mau jadi apa, Nak?"
"Saat besar nanti, Andri mau jadi supir truk"
"Eh, ngawur! Kenapa kamu pengen jadi supir truk?"