Saya dihadapkan pada dua pilihan: menulis ulang semua materi tulisan atau tidak jadi posting sama sekali.
Karena masih kesal, saya tidak memutuskannya saat itu juga. Saya pun beralih kepada pekerjaan lainnya.
Setelah lebih adem, saya mencoba mengevaluasi, kenapa bisa terjadi? Ternyata, itu karena saya terburu-buru. Ke depan, saya perlu lebih berhati-hati ketika akan melakukan proses tersebut.
Lalu, apakah saya akan menulis lagi dari nol?.Â
Kalo iya, berarti buang-buang waktu dong. Saya harus kembali membuat kerangka, mendraft tulisan, riset data pendukung, dan lain sebagainya.
Saya kemudian mengingat lagi, apa tujuan (big goal) saya menulis? Jika ada hambatan dan kemudian saya pasrah begitu saja, tujuan itu tidak akan tercapai.
Saya memutuskan untuk menuliskan kembali materi yang sama, namun dengan target yang berbeda.
Target tersebut adalah, saya harus mampu menyelesaikan materi tulisan dalam waktu yang lebih singkat dan hasil yang lebih baik.
Target ini menjadi suatu hal yang menarik dan menantang bagi saya. Saya pun memperoleh energi kembali untuk menulis. Lalu, bagaimana hasilnya?
Menurut pendapat subjektif saya, berhasil tercapai.
Seni Mengelola Kekecewaan
Jika dituliskan dalam sebuah alur, maka proses mengelola kekecewaan adalah sebagai berikut: