Mohon tunggu...
Danang Arief
Danang Arief Mohon Tunggu... Psikolog - baca, nulis, gowes adalah vitamin kehidupan

Menekuni bidang pengembangan organisasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Seni Mengelola Kekecewaan

20 Mei 2023   07:15 Diperbarui: 20 Mei 2023   19:09 479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rasa kecewa. Sumber gambar: Pexels via Canva

Kecewa, adalah suatu perasaan yang seringkali harus kita hadapi.

Ketika realita tak seindah ekspektasi, ketika harapan tak terwujud di kenyataan.

Kualitas hari kita akan ditentukan dari bagaimana cara kita mengelola kekecewaan.

Siapapun Pasti Pernah Kecewa

Beberapa waktu yang lalu, ada suatu hal yang membuat saya kesal sekaligus kecewa.

Ceritanya, saya sudah selesai membuat draft tulisan pendek (mini blog) untuk LinkedIn. 

Saya membuka aplikasi di smartphone yang saya gunakan untuk menyusun draft tulisan. Seperti biasa, saya memencet tombol "select all", kemudian memencet kembali sehingga muncul deretan pilihan tombol (cut, copy, paste, share).

Harusnya tombol "copy" yang saya pilih, namun, nahasnya justru tombol "paste" yang kepencet.

Alhasil, seluruh draft tulisan siap publish hilang dan berganti dengan beberapa kalimat lain yang tidak ada hubungannya.

Proses itu tidak bisa dibatalkan (undo). 

Saya kecewa bukan main. 

Saya dihadapkan pada dua pilihan: menulis ulang semua materi tulisan atau tidak jadi posting sama sekali.

Karena masih kesal, saya tidak memutuskannya saat itu juga. Saya pun beralih kepada pekerjaan lainnya.

Setelah lebih adem, saya mencoba mengevaluasi, kenapa bisa terjadi? Ternyata, itu karena saya terburu-buru. Ke depan, saya perlu lebih berhati-hati ketika akan melakukan proses tersebut.

Lalu, apakah saya akan menulis lagi dari nol?. 

Kalo iya, berarti buang-buang waktu dong. Saya harus kembali membuat kerangka, mendraft tulisan, riset data pendukung, dan lain sebagainya.

Saya kemudian mengingat lagi, apa tujuan (big goal) saya menulis? Jika ada hambatan dan kemudian saya pasrah begitu saja, tujuan itu tidak akan tercapai.

Saya memutuskan untuk menuliskan kembali materi yang sama, namun dengan target yang berbeda.

Target tersebut adalah, saya harus mampu menyelesaikan materi tulisan dalam waktu yang lebih singkat dan hasil yang lebih baik.

Target ini menjadi suatu hal yang menarik dan menantang bagi saya. Saya pun memperoleh energi kembali untuk menulis. Lalu, bagaimana hasilnya?

Menurut pendapat subjektif saya, berhasil tercapai.

Seni Mengelola Kekecewaan

Jika dituliskan dalam sebuah alur, maka proses mengelola kekecewaan adalah sebagai berikut:

1. Denial/Acceptance

Ketika kita berhadapan dengan situasi yang tidak disukai, hanya ada dua pilihan yang bisa diambil:

Denial

Kita merasa kondisi ini tidak seharusnya terjadi, bahwa kita adalah korban. Kita seharusnya mendapatkan hal yang lebih baik.

Jika denial yang kita pilih, rasa kecewa tersebut akan lebih lama terpendam. Kita akan terjebak dalam mentalitas korban.

Ketika denial, kita cenderung menyalahkan orang lain/faktor eksternal jika suatu hal buruk terjadi pada diri kita.

Denial juga mengakibatkan kita tidak akan dapat berinstrospeksi, sehingga kita tidak dapat mengenal diri sendiri dengan baik.

Acceptance

Artinya kita dengan rela menerima segala hal yang tidak kita sukai, seberapapun mengecewakannya itu.

Konsekwensinya adalah kita akan mendapatkan perasaan tidak menyenangkan. Kita akan dipaksa mengakui bahwa kita punya kekurangan dan kelemahan. Bahwa kita memang tidak sempurna.

Jika kita mampu menerima rasa kecewa itu, kita akan dapat berjalan menuju proses berikutnya.

Alur mengelola kekecewaan. Sumber gambar: ilustrasi pribadi
Alur mengelola kekecewaan. Sumber gambar: ilustrasi pribadi

2. Evaluasi

Jika ada suatu hal terjadi diluar ekspektasi kita, artinya ada suatu hal yang menjadi pemicunya. Kita perlu merenung, berkontemplasi, berpikir untuk dapat mengetahui apa penyebabnya.

Proses kognitif yang membutuhkan daya pikir rasional dan logis ini tidak akan dapat dilakukan dalam kondisi kita tertekan, stres atau kalut. 

Dalam kondisi demikian, proses berpikir kita akan diambil alih oleh sistem limbik, bagian otak primitif yang mengolah emosi. Akibatnya kualitas keputusan yang dihasilkan pun rendah.

Itulah fungsinya kita perlu untuk menunggu, dan tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Semua ini agar kita lebih merasa memegang kendali, dan pusat pikiran rasional kita dapat menjalankan tugasnya dengan baik.

Dari hasil evaluasi ini, kita akan dapat menyusun langkah-langkah yang diperlukan dengan tepat.

3. Komitmen ke Tujuan Besar (North Star Goal)

Agar dapat cepat bangkit kembali, kita perlu mengingat, apa tujuan besar dalam hidup kita. Apakah hal yang mengecewakan kita akan berpengaruh terhadap tujuan tersebut jika kita abaikan saja, jika kita menyerah dengan keadaan.

Tujuan besar kita adalah lampu suar yang menerangi perjalanan bahkan ketika berada dalam kegelapan.

4. Menyusun Target (kecil) yang Menarik dan Menantang

Sebagai manusia, wajar jika kita menginginkan adanya apresiasi dan pengakuan. Janganlah berharap hal itu akan diberikan oleh orang lain. Buatlah sistem agar kita dapat memberikan apresiasi bagi diri kita sendiri.

Caranya adalah, dengan menetapkan target (kecil) yang menantang namun masih dapat dicapai. Jika kita berhasil, berikanlah self reward sebagai bentuk apresiasi bagi diri kita sendiri.

5. Menjadi Pribadi yang Lebih Baik

If you get one percent better each day for one year, you'll end up thirty-seven times better by the time you're done. - James Clear

Kekecewaan, yang apabila datang menghampiri tiap hari adalah sebuah peluang bagi kita, untuk dapat berproses menjadi pribadi yang lebih baik.

Cukup 1% saja lebih baik tiap harinya, artinya kita akan lebih dekat kepada tujuan besar kita dalam hidup. 

Semakin dekat kita dengan tujuan, semakin bahagia kita. Karena bahagia sesungguhnya terdapat dalam proses mencapai tujuan.

Sudahkah Anda kecewa hari ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun