Mohon tunggu...
Musri Nauli
Musri Nauli Mohon Tunggu... Administrasi - Media Ekspresi untuk melihat problema hukum, gejala-gejala sosial dan alam kosmologi Rakyat Indonesia

Saya mencatat peristiwa disekitar saya yang sering diperlakukan tidak adil. Dari kegelisahan saya, saya bisa bersuara. Saya yakin, apa yang bisa saya sampaikan, akan bermakna suatu hari nanti.\r\nLihat kegelisahan saya www.musri-nauli.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Blusukan, Turba dan Sidak

3 Juni 2014   20:51 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:45 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya kemudian banyak mendapatkan “pelajaran langsung” dari masyarakat.

Turba, sidak atau blusukan bukan berarti tidak percaya dengan laporan dari staff. Bukan tidak percaya dengan hasil dokumen yang telah disampaikan.

Turba, sidak atau blusukan merupakan kegiatan yang biasa-biasa saja. Tidak merupakan kegiatan seremoni yang membawa pasukan “punggawa lengkap. Di tambah dengan pasukan yang berseragama lengkap, memakai HT, membawa pasukan menggunakan berbagai kamera.

Turba, sidak atau blusukan merupakan kegiatan yang memang seharusnya dilakukan oleh pemimpin. Mendengarkan langsung “suara jujur” masyarakat.

Turba, sidak atau blusukan tidak perlu “didesain” untuk membangun citra pemimpin yang “Seolah-olah merakyat'. Mengatur siapa yang menjadi juru bicara. Bagaimana jawaban pemimpin.

Turba, sidak atau blusukan bukanlah pencitraan. Bukan kegiatan pura-pura. Bukan kegiatan sandiwara. Bukan kegiatan serimonial sang pemimpin. Turba, sidak atau blusukan kegiatan untuk memperbaiki kinerja pemimpin, mendapatkan input secara langsung dan mengagendakan kebutuhan masyarakat.

Dengan Turba, sidak atau blusukan pemimpin mengetahui “keputusan yang hendak diambil”, mengambil keputusan yang tidak keliru. Mengambil keputusan yang paling “dirasakan” oleh rakyat.

Mengambil putusan bukan di ruang ber-AC, berduduk kursi yang empuk, berada di ruangan yang mewah. Keputusan diambil dari lorong-lorong rumah penduduk, di tengah masyarakat, di pasar tradisional, di ruang-ruang pelayanan publik, di jalan raya atau di tempat persoalan itu terjadi.

Mengambil keputusan diambil dari suara masyarakat.

Saya percaya kepada pemimpin yang “sering turun ke lapangan”. Saya percaya pemimpin yang mau mendengarkan persoalan masyarakat. Saya percaya kepada pemimpin yang rela berjalan kaki ke sana kemari mendengarkan aspirasi secara langsung.

Diluar dari tujuan Turba, sidak atau blusukan maka itulah yang disebutkan dengna pencitraan, “pemimpin yang “seolah-olah “merakyat”. Rakyat pasti mengetahuinya. Karena rakyat menangkap dengan “hati”. Menangkap dengan “rasa”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun