Kodisi kantor sangat hening. Semua guru menunjukkan kesedihan yang mendalam. Andai putra-putri mereka sering sakit seperti itu tentunya sangat sedih sekali.
"Airin, semoga cepat sembuh, Nak" gumam Aisyah dalam hati. Betapa lemahnya Airin jika sedang kambuh penyakitnya. Wajahnya pucat, lemah dan matanya sayu.
"Arin menderita jantung lemah" tandas Pak Yanu.
Seketika dirinya terkesiap. Bak ada petir menyambar Aisyah. Ia mendongak seakan kurang yakin dengan apa ia dengar. Matanya mulai berkaca-kaca.
"Besok ia akan di rujuk ke Surabaya. Arin ingin Bu Aisyah menjenguknya. Hari ini juga!" ujar Pak Yanu.
"Bu Rahma hari ini akan membersamai saya ke KKG MI untuk rapat persiapan pelaksanaan Diseminasi hasil diklat dari balai diklat Surabaya. Jadwal sudah ditentukan dari Kemenag Trenggalek. Jadi Bu Rahma tidak bisa menemani."
"Sebaiknya Bu Aisyah diantar Pak Mumtaz, hehehe" seloroh Pak Syamsu.
Seisi kantor yang semula senyap, penuh haru. Pecah oleh candaan Pak Syamsu yang mampu mencairkan suasana.
"Betul, Bu Aisyah. Masak sejauh itu mau naik sepedah pancal," Bu Nanda menimpalinya.
Aisyah diam saja, mungkin nanti ada solusi yang tepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H