"Ya. Kita akan teruskan hitungan pohon yang kita tanam. Aku baru nyadar, otakmu ternyata cantik juga. Eh, motorku mana? Pasti belum cantik. Yang mau disaingi cantiknya saja masih bau iler dan muka bantal..." Mbilung mencari-cari posisi parkir motornya.
"Jidatmu!...."
"Heit, jidatku masih perawan. Kecuali kamu mau memerawaninya dengan satu kecupan, jidatku sungguh terbuka lebar..."
Teras rumahku di minggu pagi jelang siang, riuh oleh kekehan tawa Mbilung yang pegangi dua tanganku. Bergelut teruskan niat jitak lagi jidatnya.
Aku dan Mbilung masih sibuk tambahi angka-angka pohon yang sudah, pernah dan akan kami tanam. Cinta dan sayang kami telah tertanam pada akar-akar pohon. Membantunya menjulang langit. Teduhi tanah. Penuhi oksigen di udara.
*Selong 22 April
Olah diksi ini perwakilan ucap pada Hari Bumi.
Bumi yang telah berhitung, masihkah hari-harinya sepanjang seharusnya.