Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berapa Pohon yang Tumbuh dari Tanganmu?

22 April 2016   11:21 Diperbarui: 22 April 2016   11:53 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kupikir, aku keluar saja dari organisasi..."

"Hah?!! Keluar?!! Kamu gila!" Sekarang, aku telah sepenuhnya bangun.

"Sebentar, maksudku, aku akan pastikan kamu jadi ketua dulu. Pastikan aturan-aturan baru ruang sekret bebas asap rokok dan air dewa diterima. Nah, baru setelah itu aku keluar. Gimana?"

"Jidatmu! Darimana bisa yakin pasti aku yang akan terpilih jadi ketua! Trus,kamu keluar, nggak bakal lagi ada teman kita yang minum dan mabuk?! Pada tobat dan buang rokok semua?! Nggak kali Mblung!"

"Ya memang nggak Jan! Tapi, paling nggak aku benar-benar tak lagi harus duduk di lingkaran itu. Tak lagi harus pura-pura hisap rokok saat ada kawan lain yang maen ke sekret...," Mbilung yang gondrong, Mbilung yang gagah dengan tubuh tegapnya yang tinggi, Mbilung yang terpaksa minum dan merokok demi hormati orang lain.

"Lihat aku! Kita masuk organisasi ini tadinya buat apa? Karena kita merasa kita bisa lebih mencintai alam kan? Meski nyatanya kita cuma sibuk pamer taklukkan puncak gunung ini, itu, kita sendiri masih berhitung. Berapa pohon yang kita tanam di setiap pendakian kita. Berapa pohon yang ditanam di setiap seminar, rapat anggota, atau pas sekret justru sedang sepi karena kawan-kawan sedang mudik? Berapa Mblung? Kamu mau keluar dari itu? Mau hentikan angka-angka yang kita hitung?!"

"Itu..."

"Ya! Memang karena itu aku masih selalu mau kamu suruh ini itu. Mau ciumi mulut bau kamu karena asap rokok dan alkohol..."

"He??!! Kapan kita ciuman?"

"Jidatmu! Maksudkku pas kamu ngomong semalam, jarak semeter pun sudah penuh bau rokok dan alkohol!" Tak saja berucap, aku sungguh-sungguh menjitak dahi Mbilung.

"Berhitung pohon yang kita tanam? Ah ya, aku lupa yang itu. Aku terlalu merasa bersalah semalam," manggut-manggut sendiri, Mbilung abaikan wajahku yang memanas tiba-tiba. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun