Mohon tunggu...
Muslifa Aseani
Muslifa Aseani Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Momblogger Lombok

www.muslifaaseani.com | Tim Admin KOLOM | Tim Admin Rinjani Fans Club

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fikber 3] Percaya

20 November 2015   10:19 Diperbarui: 21 November 2015   11:36 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Muslifa Aseani, No. 02.

 

Wahai hujan, jika doa terlantun di sekian istisqa’ kami memanglah belum beroleh jawab, teknik apalagi yang harus kami tera pada jiwamu, untuk bersegera basuh segala rupa kering di bumi?

Merupalah segera di depan kami. Merupalah di segarnya tetesmu di setiap pori-pori kami. Tanah, dedaunan di ranting kering, genting-genting yang mengatapi manusia yang tak lagi merasa teduh, pun berbagai daging yang rindui basahmu nan segar.

(Note FB saya: Mengapa Tak Juga Turun, Hujan?).

 

Satu Pagi

"Bundaaaaa..Kita boleh maen hujan yaaaaa..." Yusuf Alfa (Afa) si lima tahun yang tambun teriak-teriak ndak penting dari atas sadel sepedanya.

"Belum boleh Faaaaa..Ini hujan pertama. Masih ada debu letusan gunung Rinjani. Bahayaaaaa.." Salwaa kakaknya, juga dari atas sadel sepeda miliknya, berteriak tak kalah kencang.

Aku hanya mengerling dari depan monitor, bacaan sore ini banyak yang belum selesai. Tebaran link di banyak jendela tak berhasil temukan rujukan selera humor yang kuinginkan. Meski komedi, fikber di K harus tetap bernas. Inginku.

Riuh cekakak Salwaa dan Afa di halaman memaksa leherku berpaling dari monitor dan jenakkan bacaan..

"Bundaaaa, segaaarrr. Sini ikutan kita.." Salwaa si sulung tertawa-tawa riang berputar-putar bersama sepedanya. Rambut ikal panjangnya terlihat lepek, jejari gerimis tak sanggup membasahinya sempurna. Cekakak Afa meningkahi, sama keras dan sama riang.

"Woiiiiii!! Katanya hujan pertama bahayaaaaa...Masuuukkkk!!"

(Berubah jadi Bunda Hulk dengan emosi lepel dewa)

 

Satu Malam

"Sssttt, Bunda punya cerita seram tapi sekaligus menggelikan. Mau dengar?" 

Salwaa yang kecewa karena acara menonton bersama Bunda, satu film Korea dengan karakter utamanya punya kemampuan melihat mahluk-mahluk astral terhenti, mengangguk antusias. File si film trouble, pas di scene si tokoh baru saja bertemu satu hantu cewek sekolah serupa Maria Ozawa.

"Ndak mauuuuu..Nanti aku mimpi hantu gimana?" Tolak Afa.

"Mau mau mau. Fa, ini menggelikan. Lucu. Gak menakutkan koq. Iya to Nda?"

"Biar ceritanya enak, Bunda baringnya ditengah-tengah kalian yaa..."

 

Alkisah si Ben dengan kemenangan telaknya mengusir si hantu Jempol Setan, jumawa hendak laporkan itu ke Ki Plenyun. 

"Ki Guruuuuu. Ki Guruuuuuu..."

Ki Plenyun belum selesaikan ritual pagi, menggosok gigi selepas sekian belas kunyahan pinang.

Kompleksitas bahan pada kombinasi sirih, kapur putih, sedadu pinang dan sapuan sejumput irisan tembakau kering sukses menjaga gigi geliginya masih berjumlah 28. Ah, cuma si Ben ini, gosok giginya ntaran.

 “Hoppooo o?"

Ben menganga. Meski menang, efek kejut bertemu Jempol Setan tak sepenuhnya menghilang.

"Lah, bocah gemblung. Malah mlongo, tak sembur kon.."

Muka keriput itu milik Ki Plenyun, tapi cairan apa yang menetes di dua ujung mulutnya? Apa karena kalah, Jempol Setan sukarela masuk dan menjadi sarapan pagi Ki Plenyun?

Bruuuuuhhhttt...Mamahan pinang sekaligus sejumput tembakau tersembur ke tanah. Satu kesutan lengan, " Opo o Ben?!"

"Astaga Ki Guru. Hari gini masih ngunyah pinang..." Ben lega.

"Ra ngurusi. Ki lo, deloko untuku," Ki Plenyun prengas-prenges pamerkan gigi. "Ngopo kon? Gasik men."

"Nganu Ki Guru. Dini hari tadi aku berhasil mengalahkan Jempol Setan pake jurus Suit an Manis Kelingking Dewa," sambil letakkan pantatnya di amben depan rumah Ki Plenyun, Ben bercerita jumawa.

"Sumpe lo? Mi apah?"

"Halah Ki, ra cucuk!"

"La ngopo kon kurang gawean ndadak petukan Jempol Setan."

"Kebelet J. Perutku Ki yang kurang kerjaan. Kebelet koq ngepasi jam 2 pagi."

"Njuk, koq ngerti kowe ngalahke Jempol Setan?"

"Ya ngerti lah Ki. Langsung ilang dia. Tadinya sudah mau nyekik leherku lo Ki.."

***

 

"Jempol Setan apa to Bunda?" Afa bertanya sambil memperhatikan dua jempol gendutnya.

"Tangannya setan, jempolnya ya jadi Jempol Setan. Gitu to Nda?" Salwaa menyimpulkan cepat.

***

 

Jempol Setan, jempol milik seorang pemuda, yang tak pernah kembali serta bergentayangan mencari korban. Ada yang ditemukan dengan dua mata sisakan lubang hitam dengan pinggirnya yang penuh darah. Sekali waktu, kucuran darah mengalir tak tertahan dari lubang di leher. Terakhir, di kampung Ben, cairan putih anyir juga tak henti mengalir dari lubang seukuran jempol di jidat seorang preman kampung yang terpaksa menginap di pos gardu karena mabuk berat.

***

 

"Udaaaaahhhhhhh Bundaaaa..Aku jadi mimpi hantu kan ni," Afa merengek. Dua lengannya memeluk erat guling dan badannya merapat ke badanku.

"Mimpi itu kalo udah tidur Afa. Itu aja matamu masih melek, koq udah mimpi toooo," timpal Salwaa. "Terusin Bunda. Kupikir jempolnya setan biasa.."

***

 

Merasa berhasil kalahkan Jempol Setan, Ben tetiba menjadi silitbritis kampung. Setiap lewat, setiap orang langsung berpose merapat, berbisik sesama mereka dengan sesekali mencuri pandang ke sosok Ben. Semua gadis kampung tetiba menjadi pemujanya. Setiap malam, tak ada pintu rumah yang tertutup bagi Ben. Kopi beraneka rasa terhidang di setiap malam 'kencan'. Terlalu banyak sampai suatu pagi..Sekian belas pagi berselang..

"Jempol Setan alas! Kebelet koq ya tengah malam begini," Ben misuh-misuh sambil tertunduk pegangi perutnya.

Khusuk redakan keributan di perut, merem melek merutuk lelapnya yang tak sampai hadirkan mimpi apapun, Ben merasa ada yang memperhatikannya.

Tes! Jidatnya merasai dingin cairan.

Enggan, Ben membuka sedikit celah di ujung mata kanannya dan menengadah.

"Jempol Setaaaannnnnnnnnnnn," refleks tenggorokan Ben menguarkan satu nama.

Groaaarrrghhhhhhh...Menukik serupa gunting, Jempol Setan arahkan ujung tertajamnya pada jakun Ben.

Begitu takut, Ben lupa jurus maut andalannya Suit an Manis Kelingking Dewa. Dua tangannya yang sedari tadi lemas di sisi badan, refleks bergerak seolah menyambut kematian dari tusukan Jempol Setan.

Wuuuussshhhhhh!!

Sepi. 

Ben terpejam. Rasanya badannya sudah tenang di gelapnya kungkungan tanah.

Siapa itu yang menangisinya?

Ben menyimak isakan lirih itu. Dan kemudian sadar, itu tangis tertahan dari tenggorokannya sendiri.

Aku masih hidup!

Nanar Ben mencari tahu apa yang terjadi. 

Dua tangannya masih terangkat, berusaha menahan tusukan persis di atas mukanya sendiri.

Dua kepal tangan. 

Masih suit, gunting-batu-kertas. Gunting! Batu!

"HAHAHAHAHAHAHAHAHA...Gua menang lagiiiiiii...Jempol Setan ALAS!!"

Bergegas membersihkan diri, Ben tak peduli gelegar tawa kemenangannya membangunkan seluruh penduduk kampung.

 *** 

 

"Wogh...Jempol Setannya dikalahkan suitan batu. Cuma gitu doang, mana lucunya. Bunda bundaaaa..." keluh Salwaa dan bersiap pejamkan matanya.

"Bundaaaa, aku maenan ayam ribet donggggg..." Afa masih belum mengantuk atau malah enggan tidur.

"Angry Bird Faaaa..Bunda anaknya dikasi tau to, mosok salah gitu terus," gerutu Salwaa.

"Angry Bird Faaa. Tu diprotes kakak Salwaa," sambil aku bergerak mengambil HP di atas meja.

"Iya bunda, engri breeedddd," mulut Afa merepet.

*** 

 

Kampung Ben kembali geger. Satu pagi, mayat Pak Amat tukang sampah kampung ditemukan tak berjakun. Sedepa dari mayatnya, sekelompok anjing kampung riuh berebut sekerat daging. Jakun Pak Amat.

***

 

*Selong 20 Nopember

 Kumpulan Fiksi Bersambung Lainnya || FB Fiksiana Community

Asbab Jempol Setan.

 

Glossary:

"Ra ngurusi. Ki lo, deloko untuku," .. : Ndak urusan. Ini liat gigiku.

"Ngopo kon? Gasik men." .. : Ngapain? Datang koq pagi sekali.

"La ngopo kon kurang gawean ndadak petukan Jempol Setan." .. : Kenapa kurang kerjaan banget ketemu Jempol Setan.

"Njuk, koq ngerti kowe ngalahke Jempol Setan?" .. : Terus, koq ngerti kamu mengalahkan Jempol Setan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun