Â
Jempol Setan, jempol milik seorang pemuda, yang tak pernah kembali serta bergentayangan mencari korban. Ada yang ditemukan dengan dua mata sisakan lubang hitam dengan pinggirnya yang penuh darah. Sekali waktu, kucuran darah mengalir tak tertahan dari lubang di leher. Terakhir, di kampung Ben, cairan putih anyir juga tak henti mengalir dari lubang seukuran jempol di jidat seorang preman kampung yang terpaksa menginap di pos gardu karena mabuk berat.
***
Â
"Udaaaaahhhhhhh Bundaaaa..Aku jadi mimpi hantu kan ni," Afa merengek. Dua lengannya memeluk erat guling dan badannya merapat ke badanku.
"Mimpi itu kalo udah tidur Afa. Itu aja matamu masih melek, koq udah mimpi toooo," timpal Salwaa. "Terusin Bunda. Kupikir jempolnya setan biasa.."
***
Â
Merasa berhasil kalahkan Jempol Setan, Ben tetiba menjadi silitbritis kampung. Setiap lewat, setiap orang langsung berpose merapat, berbisik sesama mereka dengan sesekali mencuri pandang ke sosok Ben. Semua gadis kampung tetiba menjadi pemujanya. Setiap malam, tak ada pintu rumah yang tertutup bagi Ben. Kopi beraneka rasa terhidang di setiap malam 'kencan'. Terlalu banyak sampai suatu pagi..Sekian belas pagi berselang..
"Jempol Setan alas! Kebelet koq ya tengah malam begini," Ben misuh-misuh sambil tertunduk pegangi perutnya.
Khusuk redakan keributan di perut, merem melek merutuk lelapnya yang tak sampai hadirkan mimpi apapun, Ben merasa ada yang memperhatikannya.